Sekembalinya Anna dirumah. Setelah kedua urusannya bersama sang ibu selesai. Anna merebahkan tubuhnya diatas ranjang. Hari ini terasa lelah. Karena ia menahan kesal dan marah terhadap ibunya.
Karena pemaksaan kepada dirinya untuk memeriksa kehamilan pada dirinya. Anna bukannya hanya tidak mau diperiksa saja. Melainkan Anna tidak ingin punya anak. Ia tidak menyukai kehadirannya. Namun, ia harus bagaimana kalau ibunya meminta cucu darinya.
Anna menatap langit-langit kamarnya. Rasanya tinggal memejamkan mata ia bisa tidur dengan nyenyak ditambah dengan rasa lelahnya yang mendukung untuk tidur.
"Sudah mandi?"
Anna terkesiap. Ia langsung terduduk di sisi ranjang sembari mengelus dadanya. "Bisa tidak sih, kalau masuk ketuk dulu!" Kesal Anna. "Orang kan jadi kaget." Cecarnya.
"Ini kamarku." Ucapnya santai.
"Aku tahu! Sekarang kamar ini juga bukan hanya milikmu saja sekarang. Tapi, juga milikku." Tegas Anna yang memang benar adanya.
"Kamar ini beserta pemilik barunya." Ryann melengkapi.
Anna mendelikkan matanya. Kesal sekali harus selalu adu mulut dengan suaminya. Setiap saat setiap bertemu selalu saja. Tidak ada hari tanpa bertengkar.
"Sudah mandi?" Tanya Ryann lagi yang belum dijawab oleh Anna.
"Belum!" Ketusnya.
"Mau mandi bareng?" Ajaknya.
"Tidak!" Tolaknya dengan ketus.
Ryann masuk ke dalam kamar mandi. Meninggalkan Anna yang lanjut merebahkan tubuhnya di atas ranjang.
•••~~~~~•••
•••~~~~~•••
Saat masuk waktunya makan malam. Anna memasak sendiri makanan untuk makan malam. Dibantu oleh beberapa pelayan bagian dapur untuk memasak.
Ryann menunggu di meja makan. Karena waktu jam makan malam yang seharusnya sudah mulai melainkan sudah lewat lima belas menit.
Karena tidak tahan dengan waktu yang semakin mundur dari yang seharusnya. Ryann memutuskan untuk ke dapur.
"Heh, tangannya!" Anna risih dengan tangan Ryann yang tiba-tiba saja melingkar di perutnya.
"Kau lambat sekali."
"Ya makanya jangan kemari. Tunggu saja di meja makan!" Larangnya.
"Lepas." Perintah Ryann.
"Lepas? Apanya lepas? Yang ada kau yang lepas, gimana sih?! Ingat ada perjanjian, ingat!" Tukas Anna.
"Angkat tanganmu." Perintahnya lagi.
"Apa sih? Tidak jelas banget jadi manusia! Kau ini tangannya lepas! Jangan mesum jadi orang!" Kesal Anna.
"Angkat tanganmu, kita pergi atau aku gendong, kita ke kamar?" Tanya Ryann memberikan pilihan.
"Apa maksudnya?" Anna tidak mengerti. Ia masih tetap melanjutkan memasaknya.
Para pelayan yang mendengarkan hanya menyimak mencoba menjaga mata mereka dari pemandangan yang seharusnya tidak mereka lihat.
"Satu…"
"Kita pergi mau pergi kemana?" Tanya Anna dengan nada tinggi.
"Dua…"
🙌
Anna pun mengangkat kedua tangannya dengan terpaksa. Ryann tersenyum dibalik punggung istrinya melihat wanitanya yang menurut padanya.
"Akhh!" Anna terkejut. "Ryann brengsek! Dasar pembohong! Turunkan aku bodoh!" Sarkasnya.
"Jaga ucapanmu." Tegur Ryann sembari menggendong Anna ala Bridal Style keluar rumah. Menuju basement dimana mobil terparkir rapi di sana.
Ada sopir rumah yang siap sedia membukakan pintu mobil untuk mereka berdua. Keberadaannya hanya untuk keadaan darurat saja. Jika, Ryann sedang tidak bersama Dion, asisten pribadinya.
"Kita mau kemana?!" Tanya Anna lagi setengah berteriak.
"Lihat saja nanti." Balasnya dengan santai.
Bersambung.
Terima kasih semua yang sudah baca episode terbaruku💜
Andreana Salma Vs Dokter Ryann
Salam sayang untuk semuanya💚
Jaga kesehatan kalian yaa💙
Jangan lupa tinggalkan jejak kalian👍
Thankquu
See u on the next episode 👋💞
KAMU SEDANG MEMBACA
Andreana Salma VS Dokter Ryann
RomancePerjodohan demi memenuhi keinginan orang tua. Namun, niat baik tidak berjalan mulus dengan kenyataannya. "Aku tidak ingin menikah. Hanya memuaskan keinginan orang tua saja. Paham?" Ryann. "Aku paham. Tidak perlu memberitahuku, aku pun tidak ingin...