Pagi hari Anna terbangun dengan sesuatu yang terasa mengganggu di dahinya. Kain yang sudah setengah basah menempel tepat di dahinya. Anna merasa badannya lemas.
Ia mencoba bangkit untuk duduk bersandar di sandaran ranjang. Namun, tidak cukup kuat tenaganya.
Tidak lama pintu kamar terbuka dan memperlihatkan seorang pria dengan membawa nampan di tangannya yang berisikan makanan.
Anna mengalihkan pandangannya ke arah jendela kamar yang masih tertutupi oleh gorden. Malas dan kesal rasanya melihat keberadaan suaminya ini.
"Monster keluar sana!" Usir Anna yang semakin lama semakin kesal. Karena Ryann malah duduk di tepi ranjang dengan nampan itu di tangannya."Makan dulu." Ucap Ryann.
Ryann menaruh nampan itu di atas nakas. Lalu, memberikan segelas air putih. Anna menerimanya dengan terpaksa. Jujur saja, baru bangun tidur ia merasa haus.
Anna mengembalikan gelas itu dan ditaruh lagi oleh Ryann. Ryann berganti mengambil semangkuk bubur yang terlihat polos.
Anna mengerutkan keningnya. Karena tidak ada isinya sama sekali. Ia meragukan rasanya yang sudah pasti hambar. Tidak ada rasa sama sekali. Apalagi ditambah Ryann seorang dokter yang biasanya rumah sakit memberikan makanan yang hambar.
"Tidak mau." Anna menolak ketika Ryann mencoba menyuapi sesendok bubur itu.
"Kenapa?" Ryann masih dengan kesabarannya.
Tidak ingin melewati batas seperti semalam. Sudah cukup ia menghukum istrinya. Bahkan, sampai tiba-tiba saja suhu tubuh istrinya menjadi panas saat sedang tidur.
"Itu…, itu pasti tidak ada rasanya kan? Aku tidak mau. Tidak enak." Ragu Anna.
"Coba dulu." Ryann menyodorkan sendok itu lagi.
"Aku bilang tidak mau!" Anna lagi-lagi menolak.
"Satu suap."
"Tidak! Buburnya tidak ada rasanya. Dasar monster! Aku bukan monster sepertimu." Ejek Anna.
Ryann menghela nafasnya berat. Rasanya ingin sekali marah. Namun, ia harus sabar.
"Makanan terasa hambar karena menurunnya kemampuan indera perasa dalam mulut untuk merasakan makanan. Jadi, makanlah. Bubur ini sebenarnya enak. Hanya saja karena kau sakit akan terasa hambar." Jelas Ryann.
Anna mendelik kan matanya sebal. "Sama saja bohong! Kau dokter jadi tahu hal seperti itu. Padahal itu makanan yang kau beli dari rumah sakit kan. Beli yang dari abang-abang saja, rasanya lebih enak. Jadi, orang mau makan." Ungkap Anna.
"Makanan di Rumah sakit sudah memenuhi standar makanan sehat. Di sana tidak menggunakan banyak penyedap rasa." Jelas Ryann tetap sabar dengan wajah datarnya.
"Tetap saja aku tidak mau." Anna masih menolak.
"Lebih baik dimakan saat bubur ini masih hangat."
"Buburnya hambar…, tahu arti hambar tidak sih?" Kesal Anna.
Ryann akhirnya memasukkan suapan bubur itu ke dalam mulutnya dan mencium mulut Anna dengan tangan yang menahan tengkuk Anna.
"Umm…"
Mau tidak mau Anna menelan bubur yang Ryann berikan melalui mulut.
"Jorok ih!"
"Mau disuapi pakai sendok atau ini?" Ryann bertanya tanpa rasa bersalahnya menunjuk bibirnya.
"Makan sendiri saja. Mana sini!" Anna hendak mengambil alih mangkuk bubur itu dari genggaman Ryann.
"Tidak. Pilih mana?" Tanya Ryann lagi.
Anna menghela nafasnya. Benar-benar harus sabar dengan makhluk satu ini. Tidak bisa menolaknya dengan mudah.
"Sendok." Jawab Anna.
Ryann tersenyum kecil. Dia pun dengan telaten menyuapi Anna semangkuk bubur hingga tuntas habis tidak ada tersisa.
Dilanjut dengan semangkuk sup krim ayam. Ayamnya pun dibuat selembut mungkin. Sehingga Anna bisa mengunyahnya dengan mudah.
Ternyata rasanya enak juga makanan yang dia kasih. Batin Anna.
Anna terus menerima suapan demi suapan dari Ryann hingga sampai pada makanan penutup yaitu buah-buahan. Setelah itu Ryann meminta Anna untuk meminum obat yang dia berikan.
Anna tidak menolak kalau obat. Karena ia juga tidak ingin berlama-lama sakit dan berbaring terus menerus di atas ranjang. Jadi, ia hanya tinggal menurut saja.
Bersambung.
Thankquuu yang sudah selesai baca episode terbaruku 💙
Jangan lupa tinggalkan jejak kalian ya 💜
Jaga kesehatan kalian dan bahagia selalu okkey 💚
See u on the next episode 👋💞
KAMU SEDANG MEMBACA
Andreana Salma VS Dokter Ryann
RomansPerjodohan demi memenuhi keinginan orang tua. Namun, niat baik tidak berjalan mulus dengan kenyataannya. "Aku tidak ingin menikah. Hanya memuaskan keinginan orang tua saja. Paham?" Ryann. "Aku paham. Tidak perlu memberitahuku, aku pun tidak ingin...