Sehari-hari Ryann bangun tidur tanpa adanya sang istri di sampingnya. Ia mulai terasa perbedaannya. Beberapa bulan telah berlalu dengan Anna yang belum kembali juga.
Ternyata tidak sesuai yang dipikirkannya. Anna berani untuk melakukan lebih dari yang diperkirakan. Anna berani untuk pergi darinya selama berbulan-bulan lamanya. Ryann mulai marah rasanya dengan apa yang sudah dilakukan oleh Anna.
Sarapan pagi ini pun terasa hampa rasanya. Tanpa adanya ribut-ribut dulu dengan sang istri. Ryann mengeluarkan ponselnya dari kantong jas hitamnya.
Ia membuka kontak dalam ponselnya untuk menelepon seseorang.
📞
"Andres, bagaimana?"
"Semuanya aman, tuan muda."
"Bagaimana dengan rumah sakit yang memberikan obat menggugurkan kandungan itu?"
"Mengenai rumah sakit The La'Royale Hospital sudah saya urus untuk proses kepemilikannya."
"Sudah kau pastikan semuanya sudah dalam kekuasaan ku?"
"Sudah tuan."
"Lalu, perusahaannya?"
"Perusahaan nona muda sudah mulai stabil, tuan."
"Baiklah. Aku akan kembali kesana, ketika proyek sudah dua puluh lima Persen."
"Baik tuan muda."
📞
Ryann langsung menutup teleponnya. Dimasukkan kembali dalam kantong jasnya.
Sesampainya di kantor. Ryann dan Dion seperti biasa langsung menuju ruangannya masing-masing."Maaf Tuan muda. Ada Nona Arselia Jeannathan sedang menunggu kedatangan tuan muda di ruang tunggu." Seorang staf sekretaris menghentikan langkah mereka berdua.
Ryann menoleh menatap Dion. "Tuan muda, yakin?" Dion memastikan. Ryann mengangguk.
Dion pun menatap staf sekretaris itu. "Suruh masuk saja setelah sepuluh menit kedepan."
Staff itu mengangguk paham. "Baik tuan, terima kasih. Saya permisi." Staff itu pun melenggang pergi.
Ryann pun masuk ke dalam ruangannya bersamaan dengan Dion yang juga turut ikut masuk ke dalam ruangan Ryann. Hanya untuk memastikan dalam ruangan tidak terjadi apapun.
Sesuai dengan waktu yang sudah ditentukan. Pintu ruangan pun diketuk dengan seseorang. Dion menuju pintu untuk membuka pintu.
"Silahkan masuk, nona." Dion mempersilahkan masuk dengan wajah datar.
Arli masuk ke dalam menghadap ke arah Ryann yang fokus dengan layar laptopnya di meja kerjanya. Dion memperhatikan dari dekat pintu saja.
"Sudah berbulan-bulan, Arli. Kau masih-"
"Tidak, Ry..." Arli memotong perkataan Ryann.
Ryann mengangkat kepalanya menatap Arli yang tampak tenang. Namun, dapat terlihat raut wajah penuh kesedihan. Dengan tangan yang terlihat bergetar.
Ryann mengangkat alisnya. Tidak mengerti dengan kata 'tidak' Arli. Karena, ia belum menyelesaikan kata-kata.
"Aku tidak..., aku tidak lagi mengharapkan apapun dari hubungan kita yang sudah usai." Jelas Arli.
Ryann tetap diam. Ia melihat Arli yang masih ingin berbicara. Namun, sedang mempersiapkan diri.
"Aku datang untuk meminta maaf..." Arli menghela nafasnya pelan. " Aku minta maaf, karena sudah masuk dalam kehidupanmu dengan..., istrimu." Lanjut Arli dengan mata yang mulai berkaca-kaca.
"Anna." Ryann menyebut nama istrinya.
"Iya..., aku minta maaf sudah mengganggu kehidupan Anna sebagai istrimu." Ucapnya.
"Aku..." Ucap Arli lagi. Namun, tidak kuasa untuk menahan bulir bening yang hendak keluar dari sudut matanya. Hatinya terasa sesak sekali.
Ryann berdiri dari duduknya. Ia menghampiri Arli yang juga sedang menatapnya. "Duduk." Ryann memegang punggung Arli membawanya untuk duduk di sofa ruangan itu.
"Ryann..." Arli menatap Ryann lekat.
"Hmm."
"Aku siap untuk melupakan semua yang pernah terjadi di antara kita berdua." Arli menatap Ryann. Dengan penuh percaya diri dan sisa kekuatan dirinya. "Semoga kamu bahagia ya..., aku minta maaf dengan semua yang sudah aku lakukan." Lanjut Arli.
Ryann menatap kedua mata Arli. "Sekali lagi aku..., minta maaf." Arli tersenyum.
Arli memegang tangan Ryann dan menepuknya pelan. "Doakan aku juga ya semoga bisa mendapatkan pasangan dan menikah sepertimu." Ucapnya dengan senyuman manis dan indahnya.
Ryann mengusap punggung tangan Arli. "Kamu pasti akan mendapatkan seseorang yang tepat dan lebih baik dariku." Ucapnya.
"Tapi..." Arli menarik tangannya lagi. "Apa aku pantas bahagia?" Tanya nya meminta jawaban Ryann yang sejujurnya dengan melihat kedua matanya dalam.
"Semua orang memiliki hak untuk bahagia." Jawab Ryann yang menjawabnya secara umum saja.
Arli mengangguk. Ia menarik tangannya yang menggenggam tangan Ryann. "Baiklah. Oh iya, istrimu ada dirumah?" Tanya Arli.
Ryann mengalihkan tatapan matanya kepada Arli. Ia berdiri seraya berjalan menuju kursi kebesarannya lagi. "Istriku sedang ada kesibukan di luar negeri." Ucap Ryann.
"Ah, oke. Lain kali aku akan datang ke rumah untuk meminta maaf kepada istrimu, boleh?"
"Silahkan saja. Aku tidak melarang untuk datang. Tapi, istriku juga pasti sudah memaafkan. Dia bukan wanita pencemburu." Jelas Ryann yang jelas tahu sudah pasti Anna akan masa bodoh dengan apa yang sudah dilakukan oleh Ryann dengan Arli. Meskipun hanya pada satu pihak yang melakukan hal yang salah, yaitu Arli.
Karena tidak ada rasa saling mencintai di antara Ryann dan Anna. Sehingga tidak ada rasa cemburu yang akan muncul pada mereka berdua. Rasa ketidakpedulian dan mengurus hidup masing-masing saja perjanjian yang pernah mereka tanda tangani.
Arli mengangguk paham. Tidak ingin mengetahui lebih lanjut lagi. Khawatir akan menyangkut kan hal privasi. "Baiklah, aku pulang ya. Terima kasih sudah ingin menerima kehadiran ku disini." Arli tersenyum.
"Arli, jangan memaksakan kehendak, jika kenyataan memang tidak berpihak kepadamu." Pesan Ryann menatap Arli. Arli mengangguk.
Lalu, berjalan menuju pintu untuk keluar ruangan. Di luar tepat di depan pintu Arli menunduk meneteskan air mata yang sempat tertahan.
Semoga pilihanku kali ini adalah pilihan terbaik untuk ku. Batin Arli. Mengepalkan tangannya erat seraya berjalan menuju lift. Meninggalkan ruangan Ryann.
Bersambung.
Thankquuu yang sudah selesai baca episode terbaruku 💙
Jangan lupa tinggalkan jejak kalian ya 💜
Jaga kesehatan kalian dan bahagia selalu okkey 💚
See u on the next episode 👋💞
KAMU SEDANG MEMBACA
Andreana Salma VS Dokter Ryann
RomantizmPerjodohan demi memenuhi keinginan orang tua. Namun, niat baik tidak berjalan mulus dengan kenyataannya. "Aku tidak ingin menikah. Hanya memuaskan keinginan orang tua saja. Paham?" Ryann. "Aku paham. Tidak perlu memberitahuku, aku pun tidak ingin...