64. First Meeting

27.1K 929 8
                                    

"Sayang, sudah cukup malam kita disini. Kita pulang ya..., kamu juga harus istirahat. Kak Anna juga mau istirahat." Ucap Rey seraya mengusap kepala anaknya yang masih bermain tablet dengan Agnes.

"Tapi, Anes masih mau disini." Dengan wajah cemberut menatap ayahnya.

"Kapan-kapan kita ketemu Kak Anna lagi ya."

"Kapan daddy?" Agnes mendekat ke ayahnya.

"Kalau daddy ada waktu, kita main lagi sama kakak ya." Rey mencium pipi anaknya seraya mengusap pucuk kepalanya. Memberi pengertian agar Agnes mengerti. Agnes pun mengangguk saja dengan wajah tidak semangat.

"Hmm..., An. Sepertinya kita harus pulang..., terima kasih untuk malam ini."

"Baiklah, tidak apa. Terima kasih juga ya sudah menghibur hariku. Semoga liburan kalian menyenangkan ya."

"Oke kakak. Peluk dong, kak Anna nya. Kita mau pulang dulu." Rey mengambil tablet yang dipegang oleh Agnes.

Agnes pun memeluk Anna dengan wajah sedih. Anna memeluk tubuh mungil Agnes. Dimana rasanya sangat asing karena tubuh kecil itu yang didekapnya. Yang biasanya memeluk teman-temannya saja yang sudah pasti tubuhnya sama dengannya.

"Cepat sembuh ya cantik." Anna mengusap pipi Agnes. Agnes mengangguk dan berhambur ke dalam pelukan ayahnya. Rey menggendong Agnes.

"Kita pamit ya. Jaga kesehatanmu. Kabari aku saat menjelang persalinan. Agar aku bisa datang."

"Baiklah, aku akan kabari nanti."

"Aku juga ingin bertemu dengan suamimu nanti. Aku merasa tidak enak, bertemu dengan istrinya tanpa sepengetahuan yang punya."

Anna hanya mengangguk sebagai jawaban. "Hati-hati ya dijalan." Anna hanya mengantar mereka sampai depan pintu unit Apartemen saja. Rey bersama Agnes di antar oleh Nisa sampai ke lobby.

Matahari kembali menyinari kamar dengan cahayanya yang menembus sela jendela yang masih tertutup oleh gorden besar dan tebal

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Matahari kembali menyinari kamar dengan cahayanya yang menembus sela jendela yang masih tertutup oleh gorden besar dan tebal. Anna terbangun ketika alarm pada ponselnya berbunyi.

Ia bangkit dan segera mandi. Anna bersiap-siap untuk kembali berangkat bekerja seperti biasanya. Tidak lupa sarapan dengan makanan yang sudah disiapkan oleh Nisa.

"Selamat pagi, nona." Sapa Nisa ketika melihat Anna datang ke ruang makan hendak duduk di meja makan.

"Pagi." Balasnya singkat.

Nisa tersenyum mendengarnya. Setidaknya ada respon yang diberikan untuknya. Pagi ini dia dapat melihat Anna dengan wajah yang segar. Seakan melihat Anna dengan perasaan hati yang sangat baik.

Mereka pun sarapan bersama. Tanpa adanya pembicaraan apapun diantara mereka. Selesainya mereka langsung bergegas berangkat ke kantor.

Di ruangan Anna seperti biasa disibukkan dengan tumpukan berkas yang harus ditandatangani serta di review kembali

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Di ruangan Anna seperti biasa disibukkan dengan tumpukan berkas yang harus ditandatangani serta di review kembali.

Beberapa saat Anna teralihkan atensinya dengan ketukan pintu. Anna menyahutnya untuk mempersilahkan masuk.

Dimana ada Nisa yang masuk ke dalam membawa tabletnya yang berisikan jadwal Anna hari ini.

"Nona, untuk schedule hari ini ada pertemuan dengan partner proyek Bravo 2.0. Pertemuan akan dilaksanakan di hotel Langham." Jelas Nisa memberitahukan jadwal Anna hari ini.

"Dengan Perusahaan Darvostey?" Anna menatap Nisa dengan menaikkan satu alisnya. Memastikan partner perusahaan yang dimaksud benar.

"Benar, nona. Yang bersangkutan meminta pada saat jam makan siang."

"Hmm, baiklah. Persiapkan file tentang proyek tersebut."

"Baik, terima kasih, nona. Saya permisi." Nisa pun keluar dari ruangan Anna.

Saat menjelang jam makan siang tiba. Anna bersama Nisa langsung menuju ke tempat tujuan mereka untuk melaksanakan pertemuan pertama dalam masa proyek Bravo 2.0 yang selama ini berdiskusi antar perwakilan perusahaan saja. Dimana Nisa perwakilan dari AnS Wijaya Group dengan perwakilan perusahaan yang bersangkutan.

Sesampainya ditempat tujuan. Nisa mengarahkan Anna menuju tempat pertemuan mereka. Tepatnya restoran dalam hotel mewah tersebut.

Anna terpukau ketika melihat isi dari hotel tersebut yang sangat mewah dan sangat elegan. Sepertinya partner perusahaan dalam proyek besarnya ini bukanlah perusahaan biasa, melainkan perusahaan yang sudah mengepakkan sayapnya lebih lebar dibanding perusahaannya. Secara pemilihan tempat untuk pertemuan saja sangat diperhatikan.

Setiap langkah Anna mengikuti Nisa yang menuju tempat mereka akan melakukan pertemuan sekaligus makan siang bersama. Dimana menjalin hubungan kerjasama yang baik juga membicarakan proyeknya pun bisa dengan nyaman.

"Sepertinya perusahaan partner belum datang, nona." Ucap Nisa ketika melihat restoran yang ada dalam hotel tersebut sepi. Hanya berisikan para pelayan resto yang bekerja.

"Yakin? Tidak salah tempat ataupun waktu pertemuan?" Anna memastikan.

Karena kondisi restoran hotel benar-benar sepi. Tidak ada pengunjung maupun orang yang menginap di hotel sedang makan di restoran tersebut. Hanya para pelayan saja yang ada disana.

"Tidak nona. Saya yakin kita sudah berada di tempat dan waktu yang tepat." Jelas Nisa.

Nisa pun membawa Anna untuk duduk di meja yang akan menjadi meja utama antara perusahaan Anna dengan perusahaan partner. Anna tidak masalah menunggu. Karena proyek Bravo 2.0 termasuk proyek besar pertama yang perusahaannya kerjakan.

Selama kurang lebih sepuluh menit menunggu. Seseorang hadir dengan pakaian rapi dan formalnya. Dia berjabat tangan dengan Anna.

"Please sit down, sir."
(Silahkan duduk, pak.)

Namun, orang itu hanya tersenyum dan mengangguk saja.

"Thank you, miss. But, what is worthy of sitting on this main table is only the young Master of the Director President."
(Terima kasih, nona. Tapi, yang layak untuk duduk di meja utama ini hanya Tuan muda Presiden Direktur saja.)

Anna pun reflek ikut berdiri. Karena ternyata orang yang sedang berdiri di hadapannya bukanlah pimpinan teratas dari perusahaan partnernya.

"Hmm ..., sorry, sir. May I know where the young master of the Director President, you mean?"
(Hmm..., maaf. Boleh saya tahu dimana Tuan muda Presiden Direktur yang anda maksud?)

Penasaran sudah melanda Anna. Karena orang yang ditunggu belum kunjung datang juga.

"The young Master of the President Director briefly will arrive. He's already in the Lobby."
(Tuan muda Presiden Direktur sebentar lagi akan sampai. Dia sudah ada di lobby tadi.)

"All right."
(Baiklah.)

Akhirnya, mau tidak mau ia pun harus menunggu partner perusahaannya datang.

"That was he, the young master of the Director president has come."
(Itu dia, Tuan muda Presiden Direktur sudah datang.)

Anna pun mengikuti arah tatapan orang yang ada dihadapannya. Anna melihat rupa orang itu dengan detail. Dari jauh samar-samar ia merasa seperti mengenalnya.

Tubuhnya mirip Ryann, tapi..., haduh jalannya lama banget sih. Ada anak kecil di belakangnya. Apa itu Rey sama Agnes? Batinnya yang sibuk menerka-nerka. Entah benar mirip dengan seseorang yang ia kenal atau memang orang yang belum pernah ia kenal.

Bersambung.

Thankquuu yang sudah selesai baca episode terbaruku 💙

Jangan lupa tinggalkan jejak kalian ya 💜

Jaga kesehatan kalian dan bahagia selalu okkey 💚

See u on the next episode 👋💞

Andreana Salma VS Dokter RyannTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang