Ternyata prediksi tidak selalu tepat. Pada tengah malam Anna merasakan sakit pada perutnya. Rasanya kencang sekali dari bagian perutnya hingga bagian bawah.
Anna menggoyang-goyangkan tubuh Ryann yang sedang tertidur pulas di sampingnya. Ryann yang sebenarnya tidurnya penuh rasa tidak tenang langsung terbangun. Ia melihat wajah istrinya yang dipenuhi peluh di sekitar keningnya.
"Kenapa sayang? Sakit? Ada yang sakit?" Tanya Ryann khawatir.
"P-perut aku…"
Ryann melihat ke bawah dimana ada cairan yang membasahi bagian bawah Anna. Dengan sigap Ryann langsung menggendong tubuh Anna pelan-pelan.
Selama masa tegang Anna mendekati persalinan. Ryann selalu menggunakan jam tangan. Dimana dalam jam tangannya ada mode darurat.
Ryann pun sudah menekan bagian darurat tersebut yang dimana sudah disiapkan sedemikian rupa. Jika, terjadi keadaan darurat seperti ini.
Anna langsung dibawa ke rumah sakit terdekat. Dengan cepat dimasukkan ke dalam ruang persalinan. Ryann ikut masuk ke dalam. Suasana cukup menegangkan saat ini.
Pembukaan Anna yang sudah dibilang sempurna sudah bisa untuk dilakukan persalinan secara normal. Dokter kandungan serta perawat yang ikut serta langsung bersiap.
Walaupun Ryann seorang dokter. Tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. Tetap saja merasa tidak tega dengan istrinya saat ini. Berjuang untuk melahirkan darah dagingnya ke dunia.
"Tarik nafas buang, sayang…, tarik nafas buang…" Ryann membantu para dokter dan perawat yang turut turun tangan dalam persalinan Anna untuk menenangkan istrinya.
"Sakit…" Rintihan Anna dengan peluh yang semakin bercucuran.
"Iya…, sayang kuat ya…" Ryann mengusap punggung tangan Anna.
Ryann menggenggam tangan istrinya memberikan kekuatan. Diusapnya kening istrinya yang dipenuhi oleh peluh.
"Aaaa….uhh…aaa…uhh…"
Ryann mengecup pucuk kepala Anna beberapa kali. Merasakan genggaman tangan Anna yang sangat kencang membuatnya sedikit merasakan sakit. Meskipun tidak sesakit apa yang sedang Anna lewati saat ini.
"Arrgghh…, huh…,huh…" Anna mengatur nafasnya yang tersengal.
Ryann mengusap pucuk kepala istrinya. "Terima kasih, sayang." Ucapnya lembut. Tanpa ia sadari bahwa ia menitikkan air mata harunya.
Di luar ruangan sudah disusul oleh keluarga. Dion dan Nisa yang siap tanggap selalu dengan keadaan darurat sebelumnya merasa senang dan bahagia. Setelah mereka semua yang di luar mendengar suara tangisan bayi dari dalam.
Yang dimana menandakan proses persalinan telah selesai. Ibu Riana yang sedari tadi khawatir menjadi menangis dalam pelukan suaminya. Ibu Erica bersama suaminya menunggu pintu ruangan dibuka untuk melihat cucu pertamanya.
"Syukurlah, anak kita kuat sayang…, sudah jangan menangis lagi." Ayah Reino mengusap punggung istrinya untuk menenangkan ibu dari wanita yang telah berjuang untuk melahirkan cucu mereka.
"Akhirnya, yah…" Ucap Ibu Erica yang langsung memeluk suaminya.
Edward dan Tama pun merasa tenang sekarang. Karena prosesnya telah selesai. Mereka berdua tidak sendirian. Melainkan bersama istri mereka masing-masing.
KAMU SEDANG MEMBACA
Andreana Salma VS Dokter Ryann
RomancePerjodohan demi memenuhi keinginan orang tua. Namun, niat baik tidak berjalan mulus dengan kenyataannya. "Aku tidak ingin menikah. Hanya memuaskan keinginan orang tua saja. Paham?" Ryann. "Aku paham. Tidak perlu memberitahuku, aku pun tidak ingin...