Aku Andreana Salma Wijaya. Panggil saja aku Anna. Keluargaku mayoritas adalah seorang dokter. Ayah seorang dokter spesialis saraf, ibu seorang dokter spesialis anak, kakak laki-laki tertua ku bahkan seorang dokter spesialis bedah. Hanya aku bersama kakak laki-laki kedua yang berbeda dari lainnya.
Menjadi seorang pengusaha sukses adalah impianku sejak berada di sekolah menengah atas. Tidak ada yang bisa meruntuhkan keinginanku yang satu ini. Bahkan, jika ayah dan ibu meminta dengan berani aku akan menolaknya dengan alasan yang sudah aku siapkan sejak dulu.
Berbeda dengan kakak laki-laki kedua ku yang menjadi seorang psikolog. Meskipun psikolog itu bukan dokter. Aku menganggapnya suatu hal yang sama. Tapi, aku tahu yang benarnya.
Dengan begitu, hanya aku yang berbeda dari mereka semua. Aku tidak bersedih, apalagi berkecil hati karena tidak menjadi dokter. Tentu saja, karena aku ingin menjadi pengusaha.
Beruntungnya aku dapat lulus lebih cepat dari waktu lulus kuliah pada umumnya. Sehingga aku bisa melakukan proses awalku untuk menggapai cita-cita ku lebih awal dari seharusnya.
Pengusaha sukses yang akhirnya aku capai sesuai dengan keinginanku. Meskipun rintangan dan tahapannya membuat diriku harus beberapa kali berurusan dengan kakak kedua.
Enam tahun berjalan dengan baik aku lakukan menjadi seorang pengusaha. Duduk di kursi kebesaranku dengan berbagai macam berkas di meja yang harus aku baca dan tanda tangani.
Hingga aku pun bertemu dengan umurku yang ke Dua puluh tujuh tahun. Dimana yang ternyata aku sudah di jodohkan oleh kedua orang tuaku. Sangat miris saat aku mengetahui hal ini. Memangnya aku wanita macam apa yang sampai dijodohkan seperti ini.
"Memangnya aku tidak laku?!" Pernah aku bertanya dengan diriku sendiri seperti itu. Namun, jawaban yang ku dapat adalah memang dirikulah yang tidak peduli akan pernikahan. Bahkan, jika diriku tidak menikah saja mungkin tidak akan menjadi sebuah masalah bagiku. Ada kedua kakak laki-laki ku yang dapat memberikan cucu kepada ayah dan ibuku.
Kedua kakakku ialah laki-laki. Sudah pasti mereka tidak akan hanya membuat satu cucu saja kan. Bisa saja tiga atau lima, bahkan lebih mungkin. Aku tidak suka dengan kebisingan yang terjadi di sekitarku. Aku tidak nyaman dengan adanya suara tangisan anak kecil. Mungkin ini yang membuat ku tidak ingin menikah. Karena aku pun tidak ingin memiliki seorang anak.
Hanya saja permasalahan ku saat ini adalah...
Aku dijodohkan dengan seorang dokter. Ya, dia seorang dokter. Apa ini karma bagiku? Hai, tuhan! Tolong jawab pertanyaanku. Apakah ini karma bagiku karena aku tidak ingin menjadi dokter? Sehingga kau bisa dengan seenaknya memberikan aku jodoh seorang dokter.
Dia Dokter spesialis jantung, katanya. Kata ayah dan ibuku yang tidak aku pedulikan sama sekali dia pekerjaannya apa, dia siapa, lahir tanggal berapa, dimana, kulitnya warna apa, mancung ke dalam atau keluar pun aku tidak peduli.
Hingga saatnya aku menikah dengan seorang Dokter spesialis jantung itu tiba. Perasaanku biasa saja. Hanya berdebar takut jatuh karena memakai gaun pernikahan yang membuatku sedikit sulit berjalan.
"Satu kali seumur hidup tidak apa-apa, nak." Ya, itulah kata ibuku.
Bagaimana setelah ini aku akan menghadapi kehidupanku yang baru? Menjalani hari-hari menjadi seorang istri. Tidak pernah terbayangkan hari pernikahan dalam diriku akan terjadi. Dia bernama...
"Permisi Nona Andrea, nona dipanggil tuan Ryann untuk ke dalam ruang khusus tamu keluarga." Ujar Staff Wedding Organizer.
Kehidupanku bersamanya akan dimulai detik ini, menit ini, jam ini, hari ini, minggu ini, bulan dan tahun ini.
Bersambung...
#ihlebay (author;)
Hai semua, bertemu di karyaku yang satu ini. 👋👋
Andreana Salma VS Dokter Ryann
Semoga kita bisa langgeng sampai karya ini berakhir ya.💙
Salam sayang untuk kalian semua💜
Jangan lupa beri jejak kalian di karyaku ini ya.💛
Thank you 💖
KAMU SEDANG MEMBACA
Andreana Salma VS Dokter Ryann
RomancePerjodohan demi memenuhi keinginan orang tua. Namun, niat baik tidak berjalan mulus dengan kenyataannya. "Aku tidak ingin menikah. Hanya memuaskan keinginan orang tua saja. Paham?" Ryann. "Aku paham. Tidak perlu memberitahuku, aku pun tidak ingin...