CHAPTER 72

3.2K 323 350
                                    

- too much -

***

You drew memories in my mind I could never erase.

You painted colors in my heart I could never replace.

***

Playlist: Ghost - Justin Bieber

***

Actually, karena sudah hitungan bulan baru update lagi, aku ingin mengapresiasi teman-teman pembaca ceritaku yang satu ini, yang selalu setia menunggu dan menodong aku update lewat Wattpad ataupun Instagram. Aku termasuk author yang mengapresiasi kalau ditodong update, aku gak bakal marah ataupun merasa terganggu 😅 karena bagiku itu artinya antusias dengan ceritaku, karena kekurangan aku sendiri juga yang memang sering lama update 😅. Thank you so much.

💙💙💙

***

Jangan lupa vote 💙💙

***

💙 SELAMAT MEMBACA 💙

***

"Tertinggal padaku."

Ava melirik datar pada sebuah kotak kecil berwarna hitam yang dibawakan Samuel. Ketika menyadari itu, dia langsung merebut kotak itu dari tangan Samuel. Itu adalah sesuatu yang diberikan Aliyah - kerabat ibunya - ketika di rumah sakit.

"Aku tidak membukanya sama sekali," lanjut Samuel.

Ava diam. Tidak berusaha menanggapi ucapan pria itu sama sekali.

Saat ini - Pagi ini - dia hanya duduk di bangku taman belakang di rumah itu. Di setiap sudut selalu ada penjaga yang mengawasinya. Seolah memastikannya untuk tidak pergi dan menghilang dari rumah itu. Dan memang sepertinya begitu. Dia merasa seperti tawanan sekarang. Meski apapun yang dibutuhkannya terpenuhi tanpa dia perlu berusaha, namun dia tidak dibiarkan bebas. William melarangnya keluar, melarangnya memegang ponsel, mengisolasinya dari dunia luar. Pria itu berpikir dengan begitu dia bisa mulai perlahan melupakan Raxel, menghilangkan pengaruh Raxel darinya.

Ava tidak dapat melakukan apa-apa. Dia sendiri merasa sangat bingung dengan keadaannya. Apa yang sebenarnya terjadi padanya sekarang, dia menemukan dirinya hanya menjadi lebih bingung setiap harinya. Mungkin karena dia masih terlalu kaget dan sulit mempercayai semuanya.

William menyebut mereka keluarga. William mengatakan dia sudah aman. William mengatakan dia sudah berada di tempat seharusnya. William mengatakan dia sudah pulang.

Namun...

Yang dia rasakan kebalikan dari semuanya.

Dia menjadi sangat pendiam sekarang...

Dia merasa kesepian...

Dia tidak merasa disini tempatnya.

William menyakinkan jika dia hanya membutuhkan waktu untuk semuanya. Dan... yah, mungkin itu benar. Ini baru lima hari.

Sekalipun, Ava tahu ini tetap tidak tepat. Dia tidak memiliki kemampuan untuk menghilang. Mungkin dia terjebak. Anggap saja dia terjebak sekarang. Dia tidak memiliki kekuatan apapun juga untuk membebaskan diri. Entahlah... Atau, dia memang sedang tidak ingin melakukan apapun, tidak bahkan ingin membebaskan diri. Dia merasa sangat lelah, fisik dan batinnya.

AVRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang