Chapter 2

6.3K 463 11
                                    

Dijadikan terasa indah dalam pandangan manusia cinta terhadap apa yang diinginkan, berupa perempuan-perempuan, anak-anak, harta benda yang bertumpuk dalam bentuk emas dan perak, kuda pilihan, hewan ternak, dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik."

(QS. Ali 'Imran [3]: Ayat 14)


***

Suara dentuman musik yang keras, wanita-wanita dan pria-pria yang saling bercampur baur dan berjoget bersama mengikuti dentuman musik, bau alkohol, rokok, semuanya lengkap di dalam club itu. Club elit yang didatangi oleh kalangan-kalangan atas di ibukota itu merupakan salah satu surga bagi mereka yang mencintai dunia dan menganggap kehidupan dunia ini adalah satu-satunya kehidupan.

Pada salah satu ruangan khusus di lantai untuk para pelanggan VVIP club itu, disitulah Raxel berada bersama teman-temannya dan para wanita penghibur yang disewanya. Lama menjalani hidup bebas di Amerika membuat Raxel terlena dengan gaya hidup bebas itu. Untuk seseorang yang memiliki segalanya, tentu Raxel sangat menikmati kehidupannya yang sekarang.

Dia memiliki rasa addict pada wanita dengan tubuh sexy bak model ternama, berganti-ganti teman kencan setiap saat adalah salah satu gaya hidup Raxel yang telah terbiasa didapatkannya saat hidup di Amerika.
“Apa yang kau inginkan, Raxel? Tequila? Vodka?” tanya seorang wanita padanya dengan menawarkan alkohol-alkohol yang berjejer di atas meja dihadapan mereka.

“Berikan aku Vodka,” jawab Raxel sembari tersenyum manis pada wanita itu. Raxel memang terkenal flamboyant pada wanita bahkan dia juga sangat mudah memberikan apapun yang diinginkan wanita yang bersamanya hari itu.

Wanita itu memberikan alkohol yang diminta Raxel, baru saja dia akan meneguk alkohol itu. Ponselnya berbunyi.

“Tsk!” decak Raxel ketika melihat nama orang yang memanggilnya pada ponsel di atas meja dihadapannya. ‘Dad

Raxel mengambil ponselnya dengan malas dan kemudian menekan tombol jawab.

Hello, Dad,” ucap Raxel dengan suara seakan dia sangat bahagia menerima telfon itu. Memanipulasi diri sendiri adalah salah satu keahlian Raxel.

Pulang sekarang!” perintah ayahnya dari seberang telfon.

“Pulang? Dad sedang di apartemenku?” tanya Raxel dengan satu alis terangkat.

Bukan ke apartemenmu, pulang ke rumah orangtuamu!” ucap ayahnya, lagi-lagi dengan nada perintah yang jelas.

“Ada apa? Tumben sekali Dad memintaku pulang,” ucap Raxel heran.

Berhentilah bertanya, jika kukatakan pulang, maka kau harus pulang!”

Raxel menghela nafas berat mendengar perintah ayahnya. Jika bukan karena ambisinya untuk mendapatkan hak kepemilikan atas Ardiaz Corporation, tentu dia tidak akan memperdulikan titah ayahnya itu.

Dia sedang bersenang-senang di siang hari, waktu yang sangat jarang bisa didapatkannya. Biasanya dia di club hanya pada malam hari karena kesibukannya, tapi hari ini dia sengaja membuat waktu luang di sela-sela waktu makan siang karena dia sedang malas bertemu dengan salah satu relasi bisnis-nya yang paling cerewet. Tapi sayangnya, ayahnya mengacaukan segalanya.

AVRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang