***
Jangan lupa tinggalkan jejak ❤️
***
🎀 Selamat Membaca 🎀
***
Ava hanya berbaring bolak-balik di tempat tidurnya. Ya. Dia tidak bisa tidur. Bagaimanapun dia tidak bisa menghilangkan bayangan ketika Raxel tiba-tiba meninju tembok kamarnya hingga tangan pria itu berlumuran darah. Memikirkan itu membuat Ava benar-benar tidak habis pikir, bagaimana pria itu bukannya terlihat merasa sakit malah terlihat merasa puas. Dia pernah mendengar tentang self injury. Melihat Raxel seperti tadi membuatnya berpikir kesana, apa Raxel juga sering melakukan sesuatu seperti itu? melukai dirinya sendiri untuk mendapatkan ketenangan?
Dia melihat pada jam dinding dikamarnya, menunjukkan pukul 12.10 malam. Ava menggigit-gigit kuku-kukunya tanpa sadar, dia sedang berpikir. Hingga beberapa saat dia bangun, mengambil jilbabnya, membuka pintu kamarnya.
Dia berdiri sebentar di depan pintu kamarnya melihat hati-hati ke pintu berwarna hitam yang merupakan pintu kamar Raxel. Ava berjalan pelan ke depan pintu kamar itu, lalu berhenti lagi. Dia hanya memandangi pintu itu dengan ragu-ragu. Sebenarnya, dia hanya penasaran dengan keadaan pria itu, meski tadi dia sempat mengintip ketika dokter pribadi yang dimaksud Raxel datang untuk menangani pria itu.
Ava akhirnya memilih melangkah mundur terlebih dulu dari pintu kamar Raxel dan bersandar di pinggiran besi pembatas di lantai itu. Dia menundukkan kepalanya dan mengusap-ngusap lantai dengan salah satu kakinya sambil berpikir.
Hingga suara langkah kaki yang cukup ramai membuat Ava mengangkat kepalamya. Dia menatap heran mendapati salah seorang pelayan di rumah itu datang bersama dengan Robert dan... seorang wanita.
"Selamat malam nyonya, saya bersama dengan teman tuan Raxel dan seorang wanita yang katanya ada urusan dengan tuan Raxel malam ini."
Mata Ava menyipit sambil mengernyit heran mendengar ucapan pelayan itu. Dia memandang bergantian pada Robert dan wanita disebelahnya. Wanita itu terlihat tidak menaruh perhatian tertarik pada Ava dan hanya melihat sekilas pada Ava lalu memperhatikan hal lain di rumah itu dengan kedua tangannya yang disedekapkan malas di depan dadanya.
"Hai, Amira, Raxel memintaku membawakan teman tidur untuknya, makanya kami disini," ucap Robert santai.
Mata Ava seketika melebar karena ucapan Robert.
Oh! jadi urusan dengan Raxel adalah menjadi teman tidur pria itu malam ini!
Nafas Ava tiba-tiba terasa tidak beraturan. Dia tanpa sadar menundukkan kepalanya sambil menatap berkeliling pada lantai. Ya, itu benar, ini bukan urusannya dan ini adalah dunia pria itu yang tidak boleh diusik olehnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
AVRA
RomanceApakah mungkin untuk jatuh cinta ketika semua yang kamu tahu adalah kebencian? . Is it possible to fall in love when all you know is hate? . Ava adalah seorang wanita konservatif yang tentu sangat terbiasa dengan kehidupan penuh aturan terutama atur...