Apakah mungkin untuk jatuh cinta ketika semua yang kamu tahu adalah kebencian?
.
Is it possible to fall in love when all you know is hate?
.
Ava adalah seorang wanita konservatif yang tentu sangat terbiasa dengan kehidupan penuh aturan terutama atur...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
***
Janganlupa tinggalkan jejak ❤️
***
SelamatHariPahlawan🎉🎈
***
SELAMATMEMBACA
***
Ava hanya duduk diam di dalam mobil yang dikendarai oleh Gandhi. Di sebelahnya Raxel terlihat sedang sibuk dengan Ipad-nya. Ava tidak tahu apa yang sedang benar-benar dikerjakan pria itu dengan Ipad-nya. Perkiraan paling tepat tentu tentang urusan bisnis.
Selama perjalanan tidak ada suara siapapun di dalam mobil itu, semua seakan sibuk dengan diri masing-masing. Membuat Ava merasa mengantuk. Tanpa sadar dia sudah menutup mata dan beberapa saat kemudian kepalanya terantuk ke depan, membuatnya segera sadar lalu menegakkan tubuhnya, menyandarkan diri dan kemudian kembali menutup mata.
"Tsk, tsk, tsk, kau lebih dulu kembali kekamarmu tapi kau masih mengantuk seperti ini," komentar Raxel.
"Kenapa? Aku tidak boleh mengantuk? Sekalian saja aku tidak boleh tidur," ucap Ava dengan ekspresi sedikit memberengut karena masih menikmati kantuknya.
Raxel mengernyit. "Memangnya aku mengatakan sesuatu tentang melarangmu?"
"Kalau kau sudah berkomentar padaku, biasanya itu pertanda buruk," balas Ava masih dengan ekspresi mengantuk yang nyata. Tetap menghadap ke depan dengan mata terpejam tanpa memandang Raxel.
"Bukankah kau terlalu berprasangka buruk padaku?" ucap Raxel santai.
"Bagiku sekarang itu keharusan. Aku sedang bersama dengan orang yang memaksakan semuanya padaku, mengatur hidupku, me..."
Ava tidak membalas lagi. Beruntung Raxel tidak melanjutkannya, dia tidak bisa tidak membalas ucapan pria itu, ya sepertinya itu benar-benar kelemahannya, entah bisa disebut kelemahan atau tidak. Dia benar-benar tertidur selama setengah perjalanan di mobil itu. Sepertinya dia terlalu nyenyak hingga tidak sadar mereka sudah sampai dan dia masih betah memejamkan matanya di mobil itu.
"Kau tidak akan bangun?"
Tubuhnya terasa sedikit digerak-gerakkan seperti sedang coba disadarkan.
"Aku masih butuh tidur," jawabnya. Tidak peduli pada siapa dia sedang bicara.
"Hey dengar, kita sudah sampai, sampai kapan kau akan tidur di mobil ini?"
"Bangunkan ketika kita sudah sampai." Dia memiringkan kepalanya berusaha menjauhi orang yang mencoba mengganggu tidurnya.