Chapter 3

6K 415 7
                                    

Sabar itu mudah dikatakan, tapi sungguh berat dilakukan, itulah kenapa balasannya Surga.

- Blue Lova -

***

Video di multimedia: Lantunan surah Al-Baqarah ayat 153 - 157 oleh Sheikh Mishari Rashid Alafasy

***

"Pak Ardiaz baik banget bu, tapi anaknya kebalikannya," ucap Ava menceritakan pengalamannya setelah mengunjungi rumah keluarga Ardiaz.

"Udah, jangan bicarain orang lain." Rachel memperingati anak angkat kesayangannya itu.

"Astagfirullah, tsk, tiba-tiba keinget jadi kesal, nggak tahan pengen berbagi," ucap Ava menyesali ucapannya.

Terkadang salah satu keadaan yang entah kenapa seakan manusiawi, ketika sedang merasa sakit hati pada seseorang, rasanya ingin sekali berkoar-koar membicarakan bagaimana buruknya orang itu, hingga tanpa sadar kita terlalu berlebihan dan akhirnya menzalimi orang itu dengan kata-kata kita, padahal kenyataannya orang itu tidak seburuk seperti yang kita ucapkan ketika kita sakit hati padanya. Yah, Ava juga manusia, tapi Ava tahu hukumnya, gibah itu dosa. Kalau udah tahu hukumnya tapi masih tetap dilakukan. BOOM. Double deh dosanya. Na'udzubillahimindzalik.

Suasana kafe mereka sudah mulai sepi, karena memang sudah sore, jika sudah mulai masuk maghrib, otomatis Ava dan ibunya langsung menutup kafe. Dua orang pekerja mereka biasanya dibiarkan pulang pukul empat sore agar maghrib sudah dirumah karena perempuan enggak baik juga kalau dibiarkan keluar maghrib-maghrib, alhasil sekarang tinggal Ava dan ibunya di kafe itu.

"Yang penting kan dia sudah berjanji akan menyelesaikan urusan sengketa palsu itu," tutur Rachel seakan menenangkan Ava.

Ava hanya memandang Rachel dengan tatapan kagum, bagaimana bisa ibunya begitu sabar, biasanya ibu-ibu akan lebih mempersoalkan hal gila yang dilakukan Raxel. Ini bukan perkara main-main, Raxel hampir membuat mereka kehilangan mata pencaharian. Tapi, Rachel hanya menanggapi hal ini dengan tenang.

"Sabar itu enggak ada batasnya kan bu?" Ava memberikan pertanyaan polos yang membuat Rachel memandangnya heran sembari tersenyum.

"Pertanyaan kamu kayak orang enggak pernah ngaji saja, Va," jawab Rachel.

Ava diam sambil tersenyum kecut mendengar jawaban ibunya.

"Kalau ada batasnya itu bukan sabar, Va, kamu pasti sudah tahu," lanjut Rachel sembari menepuk-nepuk pundak Ava.

"Ava tahu bu, Ava hanya pengin dengar jawaban dari ibu saja, karena Ava heran, kok bisa sih ibu tenang banget padahal Raxel sudah membuat kita hampir kehilangan mata pencaharian."

"Tapi, enggak jadi kan?"

"Itu kan baru katanya dia, tapi bukti dia sudah menggagalkan sengketa palsu itu enggak ada."

"Kamu kan baru ketemu dia tadi, Va, sabar saja, tidak ada ruginya kita bersabar, karena Allah bersama dengan orang-orang yang sabar, masak kamu tidak ingin bersama dengan Allah."

AVRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang