Chapter 5

4.7K 355 3
                                    

If your relationship with God isn't right. No human relationship will fill your emptiness.

- elsajidaQuotes -

***

"Pak, ini berkas-berkas yang harus bapak tanda tangani," ucap Ava sambil membawakan tumpukan berkas kehadapan Raxel.

Raxel memalingkan wajahnya dari hadapan Laptop dan beralih ke tumpukan berkas yang dibawa Ava.
"Letakkan di atas meja," ucap Raxel.

Ava dengan segera melaksanakan perintah laki-laki itu.

"Apa saja jadwalku hari ini?" tanya Raxel saat mengambil satu berkas dari tumpukan itu, dia membolak-balik berkas itu seakan memeriksanya.

Ava yang mendapati pertanyaan Raxel yang sudah jelas dan dapat dipastikan memang ditujukan padanya seketika menegang.

Sungguh sangat teledor!

Ava lupa memeriksa jadwal Raxel!

Tsk, padahal itu kan hal dasar.

Dia mengulum bibirnya sambil memandang ketakutan pada Raxel yang baru saja menandatangani berkas yang tadi diperiksanya.

Merasakan tidak ada jawaban dari sekretarisnya itu membuat Raxel mengangkat wajahnya dari berkas dihadapannya. Didapatinya pandangan ketakutan yang ditunjukkan oleh Ava.

"Kau tidak mengecek jadwalku?" Ava benar-benar tidak pandai menyembunyikan emosi. Dia ketahuan.

"Maafkan aku pak, aku akan memeriksanya sekarang," jawab Ava cepat dan dengan segera dia melangkahkan kakinya meninggalkan ruangan Raxel.

"Nona Amira!"

Panggilan Raxel membuat Ava spontan menghentikan langkahnya. Sudah jelas apa yang akan terjadi sekarang. Dengan langkah berat dia berbalik dan kembali menuju ke hadapan Raxel.

"Sekali lagi aku minta maaf, pak," ucap Ava sebelum Raxel pasti akan mengomelinya.

Raxel memandang Ava sambil bersedekap dan menyandarkan diri di kursi kerjanya yang nyaman.

"Sekarang kau bisa memahami alasanku kan?" tanya Raxel tiba-tiba.

Jangankan memahami alasan Raxel, Ava bahkan tidak memahami kemana arah pertanyaan ini jadi dia hanya mengernyit.

"Kenapa aku lebih memilih berkerja dengan lulusan luar negeri dibanding dalam negeri," lanjut Raxel dan seketika membuat Ava membulatkan matanya.

"Maaf, pak?" ucap Ava mencoba sopan menanggapi Raxel yang sekarang telah menjadi atasannya itu meskipun dia sendiri tidak pernah ingin ini terjadi.

"Bahkan kau saja yang 'katanya' mendapat predikat cumlaude dari salah satu Universitas Terbaik di negeri ini sama sekali tidak paham hal dasar dalam berkerja!"

Sekarang Ava sudah mulai memahami maksud pembicaraan laki-laki ini, Ava tahu dia salah, tapi ini bukan murni kesalahan yang sengaja dibuatnya atau sesuatu yang tidak diketahuinya. Ini karena dia memang lupa.

"Maaf, pak, tapi sebelum anda semakin jauh menggenaralisir sesuatu, pahami dulu konteks kesalahan yang terjadi!" tukas Ava.

Meskipun dia mencoba sopan tapi tetap saja nada bicaranya sama sekali tidak dapat menyembunyikan rasa kesalnya.

Raxel mengangguk-anggukkan kepalanya dengan santai sambil menatap Ava yang wajahnya sudah menunjukkan raut tidak menyenangkan.

"Konteks kesalahan seperti apa yang harus aku pahami sekarang, nona Amira?" ucap Raxel penuh penekanan. "Baru beberapa hari berkerja, tapi kau sudah melupakan hal paling dasar, sebenarnya aku tidak ingin mengungkit ini, tapi sekertarisku sebelumnya tidak pernah lupa untuk mengabarkan tentang jadwalku setiap harinya." Raxel semakin menyudutkan Ava.

AVRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang