AGONY (CHAPTER 10)

55 12 22
                                    

Hari ini aku memutuskan untuk berangkat pagi-pagi sekali agar bisa menyelesaikan tugas visit sebelum praktek di poli. Sesampainya di rumah sakit, beberapa perawat jaga malam terlihat kaget melihatku sudah datang. Mereka kelihatan baru saja bangun.

"Maaf ya, saya harus ke pernikahan Arin soalnya," kataku dengan nada sungkan.

Perawat Minji mengangguk dan tersenyum. "Nggak apa-apa, Dok. Kita ke kamar 405 dulu, ada satu pasien baru yang datang tadi malam."

Dia berjalan mendahuluiku sambil membawa iPad.

"Yang kamar 404 udah boleh pulang ya? Kontrol rawat jalan satu minggu lagi setelah obat habis," kataku sambil menulis resep untuk setiap pasien.

"Iya, Dok."

"Putri Sunny masih suka ngamuk?"

"Sampai siang kemarin iya. Ada keluhan GERD juga."

"Udah konsul Dokter Daewoon?"

"Udah, rencana endoskopi besok."

Aku mengangguk dan segera menyelesaikan kegiatan visit pagi itu lalu turun ke area rawat jalan.

"Rajin banget, Dok. Tumben." Perawat Naeyon yang menggantikan Aerin hari ini, berkomentar penuh rasa penasaran.

Aku hanya mengangguk, mengabaikan nada sindirian dari kalimatnya. Nyonya Sonyeol memberitahuku kalau orang ini adalah salah satu tukang gosip paling up to date, yang besar 'kemungkinan' menjadi penyebar rumor antara aku dan Haejin ke semua jaringan tukang gosip di rumah sakit.

"Berapa pasien hari ini?" tanyaku sambil membuka salah satu berkas rekam medis.

"Sepuluh orang. Baru lima orang yang sudah datang," jawabnya sambil terus mengamatiku seperti CCTV. Apa sebenarnya yang dia cari? Wajah berseri-seri karena bekerja di ruang lingkup pribadinya Haejin? Atau suasana tertekan karena aku mendapat banyak cibiran dari para kaum hawa di area ini, termasuk Dokter Sandra Min –si spesialis bedah saraf- yang katanya lebih cocok menjadi pendamping Haejin dilihat dari segi kualifikasi apapun.

Aku menggerakkan tetikus sambil mengamati daftar pasien yang berkunjung.

"Apa Dongju udah berhenti kontrol?"

Kulihat tanggal terakhir berobatnya adalah ketika dia mendatangiku dengan sejuta euforia menyebalkan waktu itu.

"Emang Dokter Woong belum tahu?" dia sedikit berbisik.

Keningku berkerut. "Soal apa?"

"Dongju kan masuk penjara, Dok."

"Hah?"

Dia mengangguk dengan semangat. Barangkali menurutnya ini sebuah kabar yang menggembirakan.

"Tapi ... kasus apa?"

"Yang saya denger sih, masalah keluarga. Kelihatannya ada semacam perebutan kekuasaan atau apalah gitu, Dok. Dia kan memang seneng bikin kacau ya. Saya pikir keluarganya juga udah nggak tahan lagi, makanya ngirim dia ke penjara."

Aku tercenung sejenak. Kasihan sekali. Penjara jelas bukan tempat yang tepat baginya bahkan jika dia sampai membunuh sekali pun. Sungguh disayangkan apa yang sudah keluarganya perbuat. Seketika aku teringat dengan kondisi Jeno. Laki-laki itu tidak akan kubiarkan mendapat nasib yang sama buruknya dengan Dongju.

"Oke, siapa pasien pertama?"

"Tuan Han."

"Oke, suruh dia masuk."

Setelah Naeyon mempersilahkan veteran tentara itu duduk di hadapanku, dia langsung menangis. Aku melihat batas ketersediaan obatnya sudah habis hari ini.

LOGIC SPACE || HWANWOONG 🔞⚠️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang