ANOTHER WORLD 🔞🔞🔞

232 13 62
                                    

Maaf. Mr. Kim family harus berakhir seiring kepergian Ravn. Kapalku berhenti berlayar dan aku dipaksa turun.

Jadi anak-anak sang omega leader aku pindahkan dalam booknya Woong. Sejakawal mereka sudah memilih untuk membersamai Mommy-nya tanpa pernah bertanya tentang daddy yang memilih pergi.

Soon will be Mr. Lee family cause life must go on...

Happy reading.

💜💜💜

"Kau akan menginap di sini? "

Hwanwoong memeluk tubuh Juyeon dari belakang sementara pria itu sibuk mencuci piring-piring kotor. Dia tersenyum.

"Apa itu boleh? "

"Semua orang pergi untuk berlibur, tinggal aku saja. Haru kemping ke gunung bersama teman-temannya dan Subin? Entahlah, dia bilang kalau ada pekerjaan di luar kota atau apa. Aku lupa."

"Jadi? "

Wajah Hwanwoong bersemu. Dia hanya membenamkannya ke punggung lebar Juyeon. Terus saja dia bertahan dengan posisi itu sampai Juyeon susah bergerak untuk memindahkan piring-piring bersih ke rak.

"Hwanwoong ah, " panggil Juyeon lembut.

Pria itu membersihkan tangan dengan lap kering lalu berbalik. Dia jauhkan sedikit sosok berpostur mungil dan paras cantik itu agar bisa lebih leluasa jarak pandangnya menikmati manik mata legam sekaligus bercahaya yang hadir sambil membawa rasa cemas.

"This is what you want? Tell me, " ujar Juyeon sambil menangkup kedua wajah Hwawoong di telapak tangan. "I wont leave at least_"

"Yes, " sahut Hwanwoong cepat. "Yes, please. stay."

Nada suara Hwanwoong terlalu pelan. Mungkin ia juga merasa tak pantas mengungkapkan keinginannya yang agak-agak di luar kapasitas.

Juyeon menarik serta tubuh Hwanwoong. Dekapan pun mengerat. Menghangat dalam suasana rindu yang aneh. Hwanwoong terpejam saat dirasakan olehnya bibir Juyeon menempel di kening.

"Harusnya kau mengatakan ini dulu, Woongie. Kupikir semua tidak akan terjadi."

"Kau menyalahkanku sekarang? "

Juyeon menekan punggung Hwanwoong sebagai isyarat bukan itu maksud perkataannya tadi.

"Kau selalu saja salah paham, aku jadi takut bicara padamu. "

Sambil mendengar degup jantung Juyeon, Hwanwoong memainkan kancing kemeja pria itu. Di luar, hujan turun dengan deras. Airnya mencripati jendela dapur. Membuat suasana rumah semakin hening.

"Lets sleep," kata Juyeon.

Maka sejurus kemudian mereka sudah berada di kamar utama. Tempat paling pribadi yang tidak pernah Juyeon sambangi meski sudah beberapa kali ia datang ke rumah itu.

"You okay? Atau kita bisa pindah ke kamar tamu kalau kau mau."

Hwanwoong tersenyum dan menggeleng. Dia menyibakkan lipatan selimut lalu meletakkan posisi bantal senyaman mungkin. Dia tidak tahu harus menanggapi seperti apa tapi gerak tubuhnya jelas berbicara. Hwanwoong merapat. Masuk dalam pelukan Juyeon. Aroma tubuhnya masih mengandung nuansa pasta bercampur parfum yang selalu ia senangi.

"Bukankah yang terpenting adalah ingatanku saat ini? Tidak peduli kita ada dimana, aku sudah lama menghilangkan dia dari dalam pikiranku. Lagi pula kau bersamaku sekarang. Selama ini kau memintaku untuk berpikir puluhan kali, dan aku sudah melakukannya."

"Kau tahu, aku hanya mengkhawatirkanmu. Aku juga memiliki rasa takut bahwa aku akan disalahkan oleh orang-orang."

Hwanwoong menggeleng. "Kenapa kau harus mempedulikan perasaan orang-orang? I mean, just look at me."

LOGIC SPACE || HWANWOONG 🔞⚠️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang