KATASTROFA (CHAPTER 41)

35 8 11
                                    

Siang tadi seorang perempuan tiba-tiba datang ke rumah. Dia mengaku disuruh oleh mamanya Juyeon untuk mengantarkan sebuah bingkisan berupa baju yang harus aku kenakan malam ini. Ada acara di rumah Tuan Na, aku diharuskan ikut karena ini adalah momen yang tepat untuk memberitahukan Tuan Na soal rencana pernikahan kami.

"Hwanwoong,"kudengar panggilan Kak Minhyun setelah dia mengetuk pintu kamarku pelan.

"Masuk."

Aku menatap sosoknya dari pantulan cermin meja rias. Dia menghampiri lalu duduk di pinggir tempat tidur. Matanya memandangiku yang sedang merapihkan rambut.

"Apa keputusan kamu sudah bulat?"tanya kakakku dengan suara berat dan dalam.

Aku tersenyum padanya lewat cermin di hadapanku.

"Kak, aku tahu Kakak adalah orang pertama yang akan selalu mendukungku. Ini bukan hanya soal pernikahan, tapi juga membuktikan kebenaran yang selama ini ditutupi oleh mereka."

Dia menghela napas. "Semenjak mama dan papa meninggal, aku benar-benar merasa belum berhasil menjaga dan merawatmu. Kegagalan terbesarku adalah ketika mereka menculik dan memperkosamu delapan tahun lalu. Itulah sebabnya aku tidak ingin sesuatu yang buruk terjadi lagi. Apalagi sebuah pernikahan artinya aku tidak bisa mengawasimu secara langsung, kamu akan berada jauh dariku. Kamu akan diam di sebuah tempat yang bisa membahayakanmu setiap saat."

Dengan segala kegusaran dia mengemukakan semua itu di hadapanku. Aku sendiri berusaha menguatkan hatiku. Ini keputusan yang tidak mudah, tapi aku benar-benar sudah membulatkan tekad untuk menjebloskan orang-orang itu ke penjara dengan tanganku sendiri.

Kutatap kakakku dengan berlipat kesedihan yang tergambar dalam raut wajahnya. Jemariku meraih dan menggengam kedua tangannya yang terasa dingin dan berkeringat.

"Apa kakak lupa? Dulu ketika kakak mengajakku untuk menyelesaikan kasusku, menuntu orang-orang itu dengan bukti seadanya, aku bilang tidak usah. Aku akan menemukan dan membalas sendiri perbuatan orang itu hingga dia berlutut untuk meminta belas kasihan padaku atas hidupnya. Dan inilah saat yang diberikan oleh Tuhan kak, kita tidak mungkin lagi mengelak. Semua yang terjadi dalam hidup kita berkaitan satu sama lain. Kali ini aku akan meminta pertolongan yang sempat kakak tawarkan padaku dulu. Apa aku sekarang boleh memintanya?"

Dia tertegun. Menatapku dengan sorot mata redup.

"Bukankah sebagai seorang polisi, kakak harus mengutamakan kebenaran dibanding perasaan dan ego kakak sendiri? Kalau aku boleh memilih, aku ingin menikahi Juyeon tanpa ada beban seperti ini. Tapi delapan tahun sudah cukup bagiku untuk diam dan menyaksikan mereka hidup dengan tenang, sambil memperlakukan kakakku seperti seorang buronan yang harus dibunuh. Tolong bantu aku kak, aku ingin melihat orang itu menerima semua balasan atas perbuatannya."

Dia tiba-tiba meraih tubuhku, memeluk dengan erat dan helaan napas yang berulang kali dia embuskan.

"Nggak tahu Woong, aku masih belum bisa menerima semua ini,"bisiknya.

Aku mengeratkan pelukan kami, menepuk-nepuk punggungnya seolah saat ini dia yang menjadi adikku. Rasanya sulit sekali mencoba menahan air yang sudah mendesak di kelopak mata. Tapi aku sudah bertekad tidak akan merusak keteguhanku malam ini. Walaupun kenyataannya meyakinkan kak Minhyun memang terlalu sulit dan alih-alih aku membuatnya percaya, aku sendiri justru merasa ketakutan lalu tiba-tiba nyaliku ciut dengan sendirinya. Dia seperti sedang berusaha menularkan rasa cemas yang sedang bergejolak dalam dadanya. Kalau kak Minhyun sampai tahu bahwa aku melakukan ini karena sebuah skandal, bukan karena aku memang benar-benar mencintai Juyeon, pasti aku akan lebih menyakiti perasaan dia.

"Kak, aku nggak pernah benar-benar jatuh cinta pada seorang setelah bertahun-tahun lamanya menutup diriku dengan rasa takut dan trauma,"bisikku. "Jadi ijinkan aku menikahi Juyeon, karena aku sudah terlanjur mempercayakan hidupku padanya. Biarkan aku mencintai seorang dengan sungguh-sungguh kali ini."

LOGIC SPACE || HWANWOONG 🔞⚠️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang