KATASTROFA (CHAPTER 36)

43 9 25
                                    

"Lo harus buka celana lo, Woong," ucap Jeno dengan suara serak, setengah berbisik.

"Hah?"aku terbelalak.

Kulihat sekeliling kamarku yang remang-remang, hanya siluet cahaya yang berhasil menyeruak masuk lewat jendela.

"Gue nyalain lampu dulu."

Tangan Jeno dengan cepat menahanku untuk duduk kembali.

"Kayak gini jauh lebih baik," dia mendekat. Aku tidak bisa lari kemana pun. Tubuhku terperangkap di atas kasur dengan beberapa tumpuk bantal yang menahan punggung ini.

"Ngapain Jen?"tanyaku takut.

Dia menyeringai.

"Bukain celana lo lah, lo nggak lihat darah yang ngalir di luka lo?"

Kulihat tempurung lututku yang kembali memerah. Bagaimana mungkin? Lalu tanpa sempat kutahan kedua tangan Jeno sudah mencengkram pinggangku.

"Tu-tunggu, Jen."

Dia tidak menjawab. Bibirnya mengecup bibirku tanpa terasa. Hingga celanaku dia turunkan sampai ke setengah bagian pahaku yang akhirnya terbuka. Aku menyesal kenapa aku tidak memakai jeans, sesuatu yang jauh lebih sulit untuk dipeloroti seperti ini.

"Jen, jangan macem-macem lo ya."

Suaraku memekik dan berdecit. Siapa sangka aku harus mengalami hal seperti ini lagi dalam kondisi sadar. Namun tatap mata Jeno yang redup dan sayu nyatanya menghilangkan semua kekuatanku untuk melawan. Seolah-olah aku memang sudah sedari tadi meminum obat penenang. Membiarkan dia sekarang tanpa suara menempelkan keningnya di keningku semantara tangannya berhasil membuat tubuh bagian bawahku tanpa pakaian. Dia menekuk kakiku, memperlihatkan adegan dimana dia mengecup lukaku dengan bibirnya yang lembut dan napasnya yang panas.

Aku gelagapan, dadaku naik turun menatapi semua itu. Cahaya lampu dari luar jatuh menerpa rambut hitamnya yang . Diamku lantas seperti isyarat bahwa dia boleh menelusuri semua bagian kakiku dengan bibirnya. Kepalanya merunduk, kecupan itu turun ke paha dan...

Aku menarik napas. Memejamkan mataku dengan rasa takut dan bergairah yang membuncah kesana kemari. Laki-laki itu tidak malu-malu menunjukkan hasratnya. Memperlihatkan seberapa brengseknya dia kali ini. Tensi yang panas menyapu kulitku di bawah sana, aku megap-megap kehilangan udara.

"Woong."

"Nggh?"

"Woongie."

"Iya.. Jen... "

"Wonggiee? Woong?"

Aku terkesiap. Cahaya terang menerjang retinaku. Wajah Yeji membuatku semakin tersentak kaget dan membuatku langsung terduduk sambil melihat sekeliling.

"Bangun sayang," Yeji membuka jendela kamar lebar-lebar. "Bapak Jeno nggak ada di sini,"dia menggelengkan kepala sambil tersenyum usil.

Aku menelan ludah. Kusibakkan selimutku dan melihat pakaianku yang masih utuh. Gila! Bagaimana bisa mimpiku kotor begitu? Mataku terpejam sambil mengerutu dalam hati betapa menjijikkannya mimpi barusan. Pikiranku pasti sudah tidak waras. Hanya karena dia memperlakukan semanis tadi malam, lantas aku mulai berhalusinasi tentangnya?

"Mandi sana! Pangeran lo ada di bawah."

"Siapa?"

"Si lautan biru yang menenggelamkan,"jawab Jeno dibuat dramatis.

Keningku berkerut. "Hah?"

Lagi-lagi Yeji menggeleng sambil tersenyum geli. Dia menyilangkan tangan sambil memandangiku.

LOGIC SPACE || HWANWOONG 🔞⚠️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang