KATASTROFA (CHAPTER 39)

34 8 16
                                    

Suasana klub begitu temaram. Lagu jazz yang terlampau klasik mendayu-dayu di sudut ruang. Memantulkan gema-gema obrolan beberapa orang dengan setelan berkelas. Tidak berisik, seolah pokok pembicaraan mereka begitu rahasia meski sesekali diselingi derai tawa. Ada juga yang mengobrol di sofa-sofa beludru dalam jumlah lebih banyak. Mereka masih mengenakan pakaian kantor dan terlihat tidak bosan berbicara soal peruntungan bisnis.

Juyeon melihat ke kiri dan kanan. Dia lalu mendapati sosok itu duduk di meja bar sambil menyilangkan kaki dan menatap gelas minumannya. Sebagai laki-laki normal, Juyeon jelas memuji tampilan wanita itu. Semampai, ideal dan memesona. Tidak ada celah, kecuali sikap sinisnya yang kadang tidak tahu tempat dan waktu. Tapi lumrahnya semua wanita yang merasa dirinya cantik pasti akan begitu kan? Saat mendekat, Juyeon memperhatikan rambut panjang bergelombang yang menutupi dress span backlessnya sambil membayangkan bagaimana sekiranya kalau Hwanwoong yang mengenakan baju minimalis itu. Ah dia sudah gila memang.

"Aku baru tahu tempat ini,"kata Juyeon ketika berhasil menghempaskan bokongnya di kursi tinggi di sebelah wanita yang langsung menoleh padanya.

"Baru soft launching minggu kemarin,"jawab dia setengah berbisik.

Alis Juyeon terangkat sambil menatapi bulu mata lentik si lawan bicara. Dia juga mengancungkan sebelah tangan pada sang bartender yang langsung mengangguk.

"Apa ada masalah di kantor?"tanya Juyeon berpura penasaran.

Min Ah balas menatapnya gusar. "Kamu bukan orang tepat untukku membicarakan masalah kantor."

"So?"

"Apa menurutmu aku terlalu naif?"

Tanpa sadar Juyeon berdecak. "Seorang Han Min Ah terlalu naif? Aku sendiri rasanya nggak percaya."

Minuman Juyeon datang. Tapi setelah itu dia hanya memain-mainkan pinggiran gelas di hadapannya.

"Kenapa kamu begitu tenang menghadapi hal ini? Kamu tahu ada di mana mereka sekarang?"tanya Min Ah memancing jawaban Juyeon.

"Tentu saja aku tahu, kita semua tahu alurnya, Min Ah."

"Terus kenapa?"

"Apanya?"

"Kenapa kamu membiarkan mereka begitu saja?"

Juyeon tersenyum sinis, menatapi minuman beralkohol itu tanpa minat.

"Menurutmu kita ini anak sekolah yang sedang menjalani roman picisan murahan? Lagipula siapa yang bisa mengelak dari kenyataan kalau Jeno dan Hwanwoong itu saling mencintai? Ditambah, aku tahu kepergian mereka ke vila bukan sekedar melepas rindu atau bermain serong di belakangmu."

Giliran Min Ah yang mencibir malas.

"Apa sebenarnya yang dia inginkan dari anak sialan itu?"pertanyaaan Min Ah menguap di udara.

Juyeon tidak menjawab. Mustahil kalau dia tidak tahu bahwa ayahnya menyimpan orang suruhan untuk mengikuti gerak-gerik Jeno dan Hwanwoong. Dalam pikirannya, dia pun merasakan kecemasan yang tidak pernah dia rasakan sebelumnya. Dia tahu Hwanwoong dalam bahaya, tapi dia tidak mungkin bertindak gegabah. Satu hal yang bisa membuat nyawa Hwanwoong semakin terancam. Apalagi perasaan bersalah karena telah berulang kali berhubungan intim membuatnya tidak bisa bergerak lebih jauh kecuali dengan mengawasi dari tempatnya berada saat ini.

Mungkin lain hal dengan Min Ah. Melihat tunangannya semakin berpeluang untuk dekat dengan Hwanwoong, dia merasa terusik. Entah apa yang ada di benaknya sampai malam ini dia memutuskan untuk meminta Juyeon untuk menemuinya. Dia dan Juyeon jelas bukan teman baik, namun baginya Juyeon adalah sekutu paling memungkinkan yang bisa dia pilih sebagai harapan terakhir. Jelas bukan hal yang mudah membuat Jeno akhirnya menyodorkan sebuah cincin dan melamar dia meski tidak resmi. Maka dari itu dia tidak akan mungkin membiarkan seorang Hwanwoong menghancurkan apa yang sudah dia tunggu selama lebih dari lima tahun semenjak dia mengenal seorang Jeno dalam hidupnya.

LOGIC SPACE || HWANWOONG 🔞⚠️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang