Acara peresmian hotel berjalan lancar meskipun tidak dihadiri oleh Tuan Na sendiri selaku direktur utama karena beliau masih melakukan perjalanan bisnis di Hongkong untuk akuisisi pembelian sebuah kasino. Selesai gunting pita, semua tamu undangan berkumpul di ballroom menikmati hiburan dan makan siang. Awalnya aku berada tidak pernah jauh dari Jeno, namun semakin siang Jeno semakin asyik menenggelamkan dirinya dalam obrolan-obrolan bermanfaat antar kolega. Mereka seperti melakukan reuni, mengutarakan kesempatan dan peluang emas untuk menunjang karir, bahkan berbicara soal beberapa wanita yang sedang mereka plih sebagai calon istri.
Akhirnya aku memisahkan diri, mendekat pada Jaemin yang sedang asyik berada di sudut ruangan sambil menyantap kudapan.
"Malah diem disini lo, Nyuk. Nanti bos lu nyariin," komentarnya saat aku meletakkan piring berisi potongan puding dan buah di atas meja bundar yang kosong.
"Menurut lo gue harus ikutan nimbrung obrolan elit ala mereka?" cibirku malas.
Mataku melirik ke arah lain, pada Juyeon yang juga sedang bercengkrama dengan tamu-tamu yang lebih berumur sambil dikelilingi perempuan cantik berkalung name tag perusahaan. Di belakang tubuhnya, Haejin tegap berdiri sambil memegangi map berkas dan sesekali mencatat sesuatu di dalam iPad.
"Lo jadian ya sama manajer pemasaran itu?" tanya Jaemin tiba-tiba.
"Hah?" aku terbelalak. "Masih doyan lo nguping gosip di toilet cewek?"
"Kok gosip sih? Gue memang demen nangkring di sana, tapi sumbernya bukan para pengikut sekte dispatch itu."
"Terus siapa yang ngomong sama lo?"
"Min Ah."
"Sis-Sisssy??"
Aku tidak tahu sebesar apa mataku sanggup membulat saat ini. Tapi jelas kalah besar dengan keterkejutanku atas pengakuan Jaemin barusan.
"Min Ah lo bilang?"
"Emang dia hoax ya?"
"Gue nggak nyangka banget bos lo bisa mencetuskan kabar tanpa kebenaran seperti ini," gelengan kepalaku menunjukkan betapa kecewanya aku atas apa yang Min Ah beritakan.
Jaemin mencondongkan tubuhnya. Dia menunjukkan sikap meminta klarifikasi setiap kali mendengar masalah yang berkaitan denganku.
"Jadi sebenernya ada hubungan apa lo sama playboy sawah itu? Apa lo kenal sama dia waktu pertama kita ketemu dia di klub?" Jaemin menunjuk ke arah Juyeon sambil tetap menatap wajahku.
Aku menggeleng pelan.
"Ya terus sejak kapan?"
"Sejak beberapa kebetulan yang ternyata mengungkap sebuah kebenaran tentang gue, Jaem."
Dia menghela napas. Mengontrol raut wajahnya karena sadar kami tidak sedang bercanda.
"Soal apa?"
Aku memotong puding buah dan memasukkannya ke dalam mulutku.
"Tentang kejadian tujuh tahun lalu."
Jaemin tercengang. "Apa hubungannya sama dia?"
Dalam hati aku merasakan keraguan yang luar biasa. Hingga aku tidak tahu apakah Jaemin ini masih pantas menjadi teman yang tepat untuk mendengar semua fakta yang terjadi. Aku tidak tahu bagaimana mungkin selama beberapa bulan terakhir aku menyimpan seluruh kebenaran untuk diriku sendiri.
"Dia yang pertama nemuin gue di gedung itu dan bawa gue ke rumah sakit."
Kedua alisnya bertaut. "Terus kenapa dia nggak pernah muncul semenjak kejadian itu ? Lo yakin dia bukan pelakunya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
LOGIC SPACE || HWANWOONG 🔞⚠️
FanfictionTentang Hwanwoong dan segala sesuatu di luar buminya ...