Aku mengamati makhluk menggemaskan yang menghisap-hisap jempol mungil dalam mulutnya sambil terpekur di pelukan Karina. Selama ini aku terlalu sibuk dengan urusanku sehingga melewatkan momen lahirnya putri cantik itu ke dunia. Sekarang dia sudah berumur satu bulan, tubuhnya gendut dan pipi tembamnya kemerahan.
"Kalau liat yang begini gue suka pengen bikin sendiri," celetuk Jaemin sambil menempelkan dagunya di bahu Karina demi mengintip si bayi tidur.
"Ya lo benerin dulu lah anu lo itu, terus lo cari lahan garapannya," sahut Karina.
"Sue lo ah, anu gue udah bener kok. Cuma emang lahannya aja yang belom ada," Jaemin mencibir sambil mengusap rambut si bayi yang masih tipis.
Aku mengamati mereka berdua sambil mengulum senyum. Dulu, jaman kami masih sekolah SMA, Jaemin pernah bercerita bahwa dia sebenarnya menyukai Karina bahkan sejak masa orientasi. Tapi entah mengapa, selama tiga tahun berjalan, mereka tidak pernah berakhir pacaran. Selalu gonta ganti pasangan, yang disebabkan karena Jaemin tidak berani mengungkapkan perasaannya. Dia takut merusak persahabatan kami katanya. Dan saat ini, aku melihat rindu yang sekilas terpancar dari mata Jaemin. Mungkin lebih menyerupai andai-andai, jika saja dia dulu mampu lebih berani mengambil resiko dengan berkata jujur soal perasaan pada Karina, mungkin ia tidak perlu lagi pusing memikirkan desakan keluarga soal menikah.
"Dia mirip lo banget, Rin, cantik."
Nada pujian Jaemin terdengar sangat tulus. Membuat Karina menoleh sekilas padanya lalu tersenyum.
"Lo cepet nikah deh, umur lo itu loh. Masa mau kayak gini terus? Lo kan punya penyakit vertigo, kasian kalau nggak ada yang ngurusin lo. Mending kalau keluarga lo deket-deket, ini kan jauh semua."
Jaemin menghela napas. "Gue nggak mungkin menikahi siapa pun hanya karena alasan vertigo, Rin. Hold on a little longer."
Hatiku sedikit terkoyak melihat mereka. Seolah mengingatkan diriku pada Jeno. Aku tidak tahu apa alasan dia menikahi Min Ah. Benarkah hanya karena keinginanku agar kami tetap menjaga jarak? Benarkah karena dia berusaha mengikuti semua mauku untuk tidak diperjuangkan? Tapi ketika ketidakwarasannya kambuh, dia selalu bilang bahwa dia akan bertahan untukku. Laki-laki sialan macam apa sebenarnya dia itu?
Tanpa sempat kucegah, sebuah bantalan kursi melayang dan tepat mengenai wajahku.
"Woi! Ngelamun aja lo nyuk, udah kayak orang kudu di rukiyah," omel Jaemin.
Aku mencibir, "Apaan sih nyet? Lo berisik, nanti bayinya bangun gue panggil bapanya pulang loh."
"Lagian gue bawa lo kesini bukan buat ngelamun, tapi buat nyerita. Nih Rin, sobat lo ini udah menjelma jadi cowok aneh."
"Aneh gimana?"
"Yaa... aneh gitu. Lo tahu kan film jombi yang bangkit dari kubur, nah gue mulai mengira kalau dia itu sebenernya udah mati entah kapan, dan yang datang ke kantor setiap hari itu ya mayatnya."
Karina memukul bibir Jaemin pelan. "Hush, lo asal banget kalau ngomong."
"Ya abis dia tuh udah kayak orang dililit hutang ratusan juta. Setiap gue perhatiin dia pasti lagi ngelamun, parahnya nggak kenal waktu dan tempat. Alhasil dia disemprot sama si Jono waktu rapat kemarin gara-gara ngelamun, dipanggil-panggil nggak nyahut,"Jaemin terus menyerocos. "Coba deh lo yang tanya, dia itu kenapa? Abis diperawanin lagi apa gimana? Kalau dia punya utang sama rentenir kan seenggaknya dia ngomong, gue bisa bantu dikit-dikit."
Karina menoleh padaku. "Bener itu, Woong?"
"Ah, si monyet lo dengerin. Dia emang kadang suka lebay."
"Nah kan, malah gue dibilang lebay kan? Harusnya dia tuh ngaca terus lihat sekacau apa dirinya. Biasanya dia profesional banget walaupun lagi ada masalah, tapi sekarang udah nggak bisa ditolelir, Rin. Dia udah kayak tersangka kasus mutilasi yang takut ketahuan nyembunyiin mayat dimana."
KAMU SEDANG MEMBACA
LOGIC SPACE || HWANWOONG 🔞⚠️
Fiksi PenggemarTentang Hwanwoong dan segala sesuatu di luar buminya ...