AGONY (CHAPTER 16)

56 10 22
                                    

Langkah kakiku terhenti di depan ruang kerja Haejin saat kulihat pintunya setengah terbuka. Aku mendengar suara obrolan pelan dari dalam sana dan memilih untuk duduk di sofa ruang tunggu. Dari sudut mata, kulihat sekertaris Haejin berulang kali melirik ke arahku. Aku hanya mampu mengalihkan perhatianku sendiri dengan membaca-baca lagi sekilas laporan Suyeon lewat layar tablet.

"Dokter Woong."

Aku langsung mendongak ketika mendengar namaku dipanggil. Dokter Sandra yang ternyata baru keluar dari ruangan tersenyum tipis ke arahku.

"Apa kabar, Dok?" Aku mencoba berbasa-basi menyapanya.

"Mau menghadap Dokter Haejin?" tanya perempuan itu tiba-tiba.

Aura tidak nyaman di antara kami sungguh kentara. Walaubagaimana pun, aku tahu bahwa perempuan ini menyukai Haejin dan yah ... memangnya siapa sih yang tidak suka orang itu?

"Ada yang harus kami diskusikan soal keadaan pasien. Permisi, Dok."

Hanya itu yang bisa kulakukan untuk menghindari kecanggungan. Aku segera melewati tubuh Dokter Sandra tanpa menatap lagi wajahnya.

"Apa benar kamu tinggal satu rumah dengan Dokter Haejin?"

Langkah kakiku terhenti di ambang pintu. Aku lantas berbalik demi memastikan bahwa dia tidak sedang melakukan semacam provokasi saat ini.

"Kenapa ya, Dok? Ada masalah?"

Sandra mendekat. Dia menyilangkan kedua tangan dan terlihat ingin sekali puas mengamati keadaanku bahkan mungkin membaca pikiranku.

"Kamu tahu, saya sebenarnya nggak peduli kalau memang kalian tinggal satu rumah."

"Apa perlu saya jelaskan kalau saya sedang bekerja di sana?"

Kalimatku rupanya terdengar menggelikan di telinga Sandra sehingga berhasil membuat dia tertawa pelan.

"Yaah ... saya juga mendengar alasan itu. Tapi di mata saya, sebenarnya kamu ini sedang membuat diri kamu terlihat serakah?"

Alisku bertaut. Aku sungguh ingin memahami apa maksud perkataannya barusan sehingga aku tidak perlu terlihat bodoh.

"Ah, rupanya kamu nggak tahu apapun, ya? Atau kamu sengaja menutup telinga dari kabar yang sedang beredar?" desak Sandra.

"Saya hanya tidak terlalu suka mencampuri urusan orang lain," balasku telak.

Ekspresi wajah Sandra menegang. "Dengar Dokter Woong, saya hanya memperingati kamu kalau-kalau kamu tidak sadar seberapa mengacaukannya rumor tentang kamu dan Dokter Haejin. Saya sendiri tidak nyaman dengan keadaan ini mengingat posisi Dokter Haejin sebagai direktur akan terancam karena dikaitkan dengan isu yang beredar."

"Apa?"

"Biar saya jelaskan sedikit. Dewan direksi dan para pemegang saham tidak menyukai kabar tentang kamu yang bekerja secara pribadi bahkan sampai tinggal di kediaman keluarga Lee. Jujur, saya juga nggak menyangka keluarga terpandang seperti mereka tidak memikirkan resiko soal hal ini. Dokter Haejin dipercaya akan memberi perubahan dan inovasi yang lebih baik dari direktur sebelumnya, tapi karena situasi tidak nyaman terkait hubungan kalian berdua, kelihatannya para petinggi di sini tidak akan mau memberi kesempatan sebelum semuanya jelas dan orang tidak lagi berspekulasi."

Aku tercenung. Walaubagaimana pun aku menolak disalahkan. Kenyataannya memang seperti itu, kok. Aku bekerja, dibayar dan semua akan berakhir bila sudah selesai. Kalau memang sekarang terjadi sesuatu di antara aku juga Haejin, itu jelas di luar perkiraan dan semuanya salah besar.

"Kalau boleh saya beri saran, saya harap kamu menyadari betul seberapa tidak menguntungkannya keadaan ini bagi Haejin, Dokter Hwanwoong," bisik Sandra. "Saya akan mengundurkan diri jika saya menjadi kamu. Mungkin di mata keluarga Lee, kamu dianggap benar-benar menolong anak mereka. Namun di mata karyawan rumah sakit ini, kamu hanyalah batu sandungan yang merusak nama baik Haejin dan bahkan menjatuhkan harga diri kamu sendiri. Apa kamu tidak menyadari itu?"

LOGIC SPACE || HWANWOONG 🔞⚠️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang