"Saya sudah mendapat kabar dari Dokter Lee tentang kedatangan Dokter Hwanwoong dan apa maksud tujuannya. Jujur, saya belum mempersiapkan apapun akan hal ini," terang Dokter Han Gyowon, pria paruh baya bertubuh pendek dan mempunyai raut wajah lembut, yang merupakan pimpinan Spring House.
Aku tersenyum tipis. "Tolong jangan salah paham, Dok. Saya tidak bermaksud untuk ikut campur atau ambil bagian dalam metode pengobatan yang kalian lakukan pada ayah saya. Saya hanya meminta sedikit ruang agar saya bisa tinggal bersama Appa dan ikut mengawasinya."
Dia terlihat berpikir.
"Apa anda tidak lagi menjadi residen di rumah sakit milik keluarga Lee?"
Kepalaku menggeleng pelan. "Saya sudah mengundurkan diri dan mengambil cuti kuliah agar bisa lebih fokus melihat perkembangan Appa."
Dokter Han manggut-manggut. "Keadaan Tuan Yeo memang sudah membaik. Sungguh sebuah perbedaan yang sangat signifikan dibanding saat dia baru pertama datang kemari. Sebenarnya saya sedikit khawatir kalau kedatangan anda yang tiba-tiba ini membuatnya kaget. Kami belum berhasil membujuk Tuan Yeo untuk lebih lapang dada memaafkan orang-orang yang dia benci."
Bagiku itu adalah salah satu alasan paling masuk akal kalau seandainya pria ini menolak keberadaanku. Namun melihat keadaanku yang sudah putus asa, akhirnya dia menyodorkan berkas rekam medis milik Appa untuk kupelajari.
"Jangan terlalu tergesa, Dok." Dia memperingati. "Saya paham dengan keinginan anda untuk berada lebih dekat dengan ayah anda. Akan tetapi kami di sini sangat memerhatikan kondisi psikologis dan suasana hati pasien. Semakin dia nyaman dan tenang, semakin mudah metode terapi kami diterapkan."
"Anda tidak usah khawatir," sahutku mencoba terlihat sangat menghargai penjelasannya barusan. "Saya akan memulai semua ini perlahan. Walaubagaimana pun, ikatan batin seorang ayah dan anak tidak akan pernah putus. Selama bekerja di rumah keluarga Lee, saya sadar kalau keberadaan keluarga adalah faktor paling penting untuk mendukung keberhasilan semua teori penyembuhan jiwa seseorang."
Pria itu mengembuskan napas berat.
"Keluarga memang bisa menjadi penyembuh, sekaligus penyebab berbagai macam luka. Kadang kala mereka yang begitu dekat dengan kita lah yang bisa menyakiti dengan leluasa."
Aku merasa tersindir. Bukan karena kasus Appa, tapi karena Jeno. Entah apa yang akan dia lakukan begitu tahu aku menghianatinya semudah ini.
"Baiklah. Silahkan Dokter Hwanwoong pelajari terlebih dahulu catatan perkembangan Tuan Yeo selama diam di Spring House. Karena ini permintaan dari Dokter Lee, saya dengan senang hati membantu anda. Jangan sungkan untuk meminta tolong para perawat dan dokter yang ada di sini."
"Terima kasih sebelumnya, Dok." Kepalaku mengangguk cepat dan senyuman di wajahku semakin lebar.
Dia lalu meninggalkanku sendiri di ruang rapat untuk melihat-lihat catatan rekam medis Appa dengan lebih leluasa. Saat mataku bergerak pelan melihat tanda tangan direktur di lembar pengesahan pertama, aku tiba-tiba teringat sosok Haejin.
"Tolong hargai keputusanku kali ini. Lagipula adik kamu sudah berangsur sembuh, Hyung. Aku nggak punya alasan untuk tetap ada di rumah kalian."
"Tapi kamu tidak harus mengundurkan diri segala, Woong. Bagaimana dengan kuliah kamu? Pasien-pasien kamu? "
"Hyung, kamu masih belum paham dengan yang terjadi di sekitar kita atau gimana?"
"Maksud kamu rumor murahan itu? Kenapa kamu harus menggubris sesuatu yang jelas-jelas nggak pernah kamu atau kita lakukan?"
"Kumohon, Hyung.. Aku akan mengembalikan uang kamu kalau kamu pikir kerjasama kita belum mencapai target sesuai perjanjian. Jangan sampai semua ini memperkeruh suasana dan membuat kamu dipandang buruk oleh orang-orang. Aku nggak mau keadaan di antara kita semakin menyakitimu, atau Jeno."
KAMU SEDANG MEMBACA
LOGIC SPACE || HWANWOONG 🔞⚠️
FanfictionTentang Hwanwoong dan segala sesuatu di luar buminya ...