KATASTROFA (CHAPTER 53)

43 8 10
                                    

"Aku mau pergi ke Daegu hari ini,"beritahu Kak Minhyun di sambungan telepon.

"Meriksa lokasi yang diceritain Juyeon?"

Dia terdengar menarik napas. "Yah. Walaupun aku sendiri nggak yakin mudah. Anggota di sana bilang pabrik itu besar, bekerja sesuai prosedur, dan semua kegiatan di dalamnya terlihat sangat normal. Akses masuk juga begitu ketat, kami nggak mungkin datang begitu saja sambil membawa surat perintah pemeriksaan. Kalau sampai tidak terbukti ada apa-apa, kami bisa dituntut balik."

"Apa yang mereka produksi?"

"Sepatu. Merek luar. Tapi ada satu hal yang cukup aneh."

Aku mendengar gemerisik suara berkas yang dibolak balik. Kulirik jam di dinding. Pagi-pagi begini dia sudah ada di kantor. Apa dia menyempatkan sarapan tadi pagi? Atau justru dia tidak pulang sejak semalam?

"Ah ini," suara Kak Minhyun yang kembali muncul langsung menyadarkanku. "Sepatu yang mereka jual hanya di kirim ke luar negeri, mereka tidak pernah melakukan pemasaran untuk dalam negeri. Di sini tidak ada nama Tuan Na sebagai bagian dari para anggota pemegang sahamnya."

"Tapi Juyeon bilang, ayahnya rutin ke sana untuk mengontrol kan?"

"Betul. Kami sedang menyelidiki siapa dari sepuluh nama orang asing ini yang merupakan nama samaran. Karena uang yang dihasilkan dari bisnis ini tidak ada yang mengalir ke tubuh Everest. Kami mencurigai mereka menginduk pada sebuah kartel besar di luar negeri. Kalau memang iya, berarti di dalam pabrik itu ada pabrik narkoba yang terselubung."

Aku langsung membayangkan sebuah suasana pabrik yang lampunya berwarna hijau,dengan posisi cukup tersembunyi di lantai dasar gedung. Beberapa orang mengerjakan pembuatan kokain atau meth. Semua terlaksana secara illegal dan diselundupkan dengan proses taktik sempurna untuk mengelabui aparat kepolisian.

Ah tidak.

Jelas tidak mungkin berjalan semudah itu seandainya tidak ada perlindungan dari beberapa pihak. Selalu ada polisi korup yang terlibat atau kalangan pejabat yang juga ikut memuluskan perdagangan itu.

"Sedang memikirkan sesuatu, Sherlock Holmes?"tanya kakakku dengan nada bercanda.

Aku mendengus kesal. "Kakak bikin aku akhir-akhir ini sering nonton film mafia. Mungkin banyak kejadian yang sama dengan di film."

Dia terkekeh. "Bisa jadi. Tapi seperti halnya yang terjadi di film, mereka pasti mempunyai titik lemah. Kami sedang mencari itu. Nah, barangkali kamu bisa bantu ade kecilku?"

Aku mengangguk meski ia tak dapat melihatnya. "Setiap aku mendapatkan sesuatu di sini, aku akan beritahu Kakak."

"Makasih Woong. Ya udah, aku mau latihan nembak dulu sekarang, nanti kalau sudah sampai, aku kabari ya? Oh, kalau kamu mau nengok Byul, dia ada di rumah neneknya."

"Iya Kak, nanti aku ke sana. Hati-hati."

Aku menurunkan ponselku dari depan telinga. Kutatapi dua piring sarapan yang sudah terhidang. Ternyata pergerakan Kak Minhyun di luar sana lebih cepat dari yang kukira. Tuan Na memang buruan yang hebat, apalagi kalau semua ini bisa dibuktikan sebelum pilgub dilakukan. Harusnya sih aku bisa ikut melakukan sesuatu dari sini. Tapi apa?

"Pagi Woongie."

Aku tersentak oleh pelukan Juyeon di belakang tubuhku yang tidak kudengar langkah kaki pria itu sebelumnya. Wajahku menghangat tiba-tiba.

"Makan dulu Juy,"kataku sambil berusaha melepaskan diri.

Tapi pelukannya semakin erat. Dia menciumi leher dan tengkukku, membuat semua tubuhku merinding tidak jelas.

LOGIC SPACE || HWANWOONG 🔞⚠️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang