Perempuan itu mengacungkan gelas minuman berisi gin and tonic yang sudah habis untuk ketiga kalinya pada sang bartender. Tidak lama kemudian, minuman yang dia minta kembali datang terisi penuh. Dia tidak peduli sudah seteler apa dirinya saat ini. Kepalanya berat dan pening, tapi dia belum mau berhenti. Ditatapnya sekeliling bar dengan pengunjung yang mulai berkurang lalu dia kembali memandangi bongkahan es batu dalam gelas.
"Got a bad day?"
Tiba-tiba suara seorang pria mengusik ketenangan. Dia tidak berusaha menoleh sedikit pun pada pria yang duduk di sebelahnya dengan gerakan luwes.
"Shut up."
Si perempuan mendengar sebuah dengkusan. Lewat sudut mata ia bisa melihat lelaki di sampingnya mengacungkan jari meminta minuman tanpa mengatakan apapun. Sepertinya bartender di sini sudah hafal betul apa-apa yang diinginkan oleh setiap pengunjung langganan.
"Jangan terlalu berlebihan. Hidup kita tidak akan selamanya mulus."
"Bullshit,"ujar perempuan itu dengan nada enggan menyahut.
Dia sudah kehilangan keseimbangan tubuh. Maka dibaringkan kepalanya ke atas meja sambil bertumpu pada lengan dan menghadap ke arah pria berpakaian rapih itu. Tidak seperti dirinya yang sudah semrawut dan semakin terlihat frustasi. Pria itu menyesap minumanya perlahan. Dari arah samping, wajahnya terpahat sempurna. Dengan rahang tegas dan hidung yang tinggi. Tapi tidak ada yang lebih mematikan daripada tatap mata dingin juga senyuman sinis yang selalu dia ukir. Keduanya seperti belati yang bisa membunuhmu dengan satu tusukan. Dan ekspresi wajahnya sungguh bagai kertas polos, tidak pernah bisa terlukis seperti apa perasaan yang dia miliki. Semua sama saja. Bahagia, sedih, kecewa, marah, dia akan tetap begitu.
"Aku pengen dia mati. Dia udah menghancurkan segalanya,"bisik si wanita putus asa.
Laki-laki di hadapannya hanya mengangguk samar.
"Aku bisa membantu kamu."
"Apaaaa...?" erangnya tidak bersemangat.
"Membuat dia mati."
Kepala wanita itu langsung terangkat. "Benarkah? Apa yang akan kamu lakukan? Melakukan tabrak lari? Atau menguntit dan menusuknya di tempat gelap? Memangnya gampang membunuh orang."
"Aduh, itu sih kelemahanku,"si pria menoleh sambil menaikkan sebelah sudut bibirnya. "Membunuh tanpa perhitungan."
"Aku nggak peduli dia siapa, tapi aku ingin sekali menghabisi dia sampe jadi potongan daging,"cibir perempuan itu dengan sorot mata penuh kebencian.
Lelaki di hadapannya mengeluarkan sebuah kotak berupa lintingan ganja yang dia nyalakan seperti rokok. Dia menghisapnya perlahan lalu diberikan pada perempuan itu yang juga langsung menghisapnya dengan tenang.
"Tidak ada salahnya dengan menghabisi orang yang sudah mengusik kehidupan kita,"sahut si lelaki. Dia meneguk minumannya agak banyak. "Kita bisa mulai dengan menakut-nakutinya sedikit tapi dengan cara lebih serius."
"Haaahhhhh...entahlah,"erang lawan bicaranya. "Aku ingin sekali mencekiknya, membuat dia memohon belas kasihanku atas udara yang kuhentikan mengalir ke paru-parunya."
"Ah, itu terlalu lama. Kita hanya butuh satu peluru untuk membuat dia sadar bahwa dia tidak berhak mengusik ranah yang tidak seharusnya dia datangi."
"Benarkah? Satu peluru saja? Awww pasti seru ya? Tapi aku kan tidak jago menembak,"dia mengerucutkan bibir seperti anak kecil dengan nada manja.
Pria itu tersenyum. "Aku bisa mengajarimu."
"Serius?"matanya langsung berbinar penuh harap.
"Tapi bayarannya tidak murah."
KAMU SEDANG MEMBACA
LOGIC SPACE || HWANWOONG 🔞⚠️
FanfictionTentang Hwanwoong dan segala sesuatu di luar buminya ...