Rasa-rasanya aku mencium wangi masakan. Seperti...jeon atau sup daging? Tapi dari mana aroma menggugah ini datang? Mataku terbuka lebih besar setelah menyipit cukup lama untuk menghindari terang lampu kamar. Bukan karena tuntutan perut yang entah sejak kapan berkeroncong lapar, tapi karena bunyi ponsel di sebelah telinga. Getarannya mengenai cupingku yang terhimpit bantal.
Lee Jeno?
Dadaku terhenyak. Hal pertama yang kuingat adalah seks kami waktu itu, dan hal kedua?
Oh shit!
"Halo..." Aku mencoba mengatur suara agar tidak terdengar seperti baru bangun tidur.
Tubuhku tegak terduduk sambil berusaha sadar sepenuhnya bahwa ini adalah hari Senin. Kumohon Tuhan, semoga ini adalah mimpi dalam mimpi. Aku tidak mungkin menerimanya sebagai kenyataan bahwa_
"Lo dimana?" tanyanya dengan suara berat.
"Di-dijalan. Gue... masih di jalan, Jen, emm..."
Kudengar dia menghela napas. "Beliin gue kopi sebelum ke kantor."
Tanpa menunggu sambungan terputus aku segera menyibakkan selimut dan setengah berlari menuju kamar mandi. Merutuki hariku yang sial sepagi ini jelas sudah menjadi beberapa ritual rutin, tapi dadaku berdegup terpacu lebih kencang mengingat kami akan mengadakan rapat ulang di kantor pusat. Aku tidak yakin apa aku mandi dengan bersih, yang jelas aku tidak berdandan maksimal.
Untungnya aku sudah cukup mahir menggunakan motor ke kantor meski sesampainya di sana rambut dan bajuku terlihat kacau. Kusisir rambutku dengan tangan sambil menunggu pintu lift terbuka. Sisa penampilan bisa aku rapihkan di ruangan, itu pun kalau Jeno tidak memberondongku dengan sejumlah tugas dadakan. Sambil membawa kopi panas di tangan, aku tergopoh-gopoh masuk ke ruangan. Kuletakkan gelas karton bergambar putri duyung di atas mejanya.
"Kamu kelihatan kacau," komentar Jeno sambil meraih gelas kopi.
"Ma-maaf Pak, ini pasti karena saya naik motor."
Aku lalu beranjak ke mejaku dan membenahi penampilan. Rasanya nyawaku masih tersisa sebagian di tempat tidur, mengakibatkan pusing di kepala. Aku sendiri butuh kopi tapi tidak dengan perut kosong seperti sekarang.
"Woong, hari ini kita ke kantor pusat lagi jam berapa?"tanya Jeno dari dalam.
Kubuka buku catatanku dengan gerakan cepat. "Sepuluh, Pak."
"Semua dokumen udah siap?"
"Sud-"
Bibirku terkatup saat menyadari flasdisc berisi presentasi milik Jeno tertinggal di rumah. Jantungku seperti melesat keluar dengan kepanikan yang langsung mengguyur tubuh. Sial. Si Jeno bisa membunuhku sekarang juga.
"Kamu siapin mobil, setengah jam lagi kita berangkat biar nggak macet."
"Iy-iya."
Sambil terbirit aku membawa berkas-berkas di atas mejaku keluar ruangan. Kuhampiri Jaemin yang sedang menyesap kopinya sambil mendengarkan lagu dari ponsel.
"Nyet, lo tolongin gue."
Dia menengadah menatapku heran.
"Apa lo pagi-pagi udah rusuh? Kesambet setan perawan?"
Aku menggeleng cepat, tidak berminat menanggapi candaannya.
"Lo bantu gue siapin rapat di kantor pusat," kataku sambil menyerahkan sebagian berkas.
"Hah?"dia tercengang.
"Please, gue harus balik dulu. File presentasi bos gue ketinggalan di rumah."
KAMU SEDANG MEMBACA
LOGIC SPACE || HWANWOONG 🔞⚠️
FanfictionTentang Hwanwoong dan segala sesuatu di luar buminya ...