Aku mengamati Juyeon yang pelan-pelan meminum teh herbal. Keningnya mengernyit ketika mendapati rasa pahit yang menyentuh lidah. Segera kuraih cangkir itu dan kulihat ternyata hanya dia minum setengah dari isinya.
"Mau ke rumah sakit?"tanyaku.
Dia menggeleng pelan. "Dingin," katanya sambil menarik selimut sampai ke dagu.
Aku meraba kening Juyeon yang panas.
"Dingin Woong,"giginya bergemeletuk. Dia lalu meringkuk, menempelkan kening ke dekat pahaku.
"Sebentar lagi dokter datang,"kataku sambil meraba lehernya yang juga panas.
"Tolong matiiin ACnya."
"AC mati dari tadi, Juy."
"Hmmm..."
Dia mengerang pelan, membisikkan sesuatu yang tidak bisa kudengar dengan jelas sambil tetap menggigil. Suara pintu kamar terbuka, seorang dokter yang wajahnya familiar masuk ke dalam. Dia tersenyum sekilas padaku sebelum menggelengkan kepalanya saat melihat keadaan Juyeon.
"Kenapa lagi ini?"tanya dokter itu sambil berkacak pinggang.
"Udah tiga hari demam, Dok."
Pria itu mendekat lalu duduk di pinggir tempat tidur.
"Saya keluar dulu."
Tapi tangan Juyeon langsung menarik ujung bajuku.
"Jangan kemana-mana, Woong. Di sini saja.."
Wajahku menghangat karena tingkah Juyeon di hadapan temannya. Tapi pria bernama Yonghoon itu hanya mendecak sebal sambil mulai memeriksa tubuh Juyeon.
"Kita infus ya? Lo dehidrasi. Demi apalah lo baru ngasih tahu gue setelah tiga hari." Yonghoon berpaling padaku. "Apa dia muntah-muntah?"
"Iya,"anggukku. "Terakhir setengah jam lalu."
Juyeon mengerang lagi. Aku lama-lama tidak bisa menutupi perasaan cemas.
"Ap-apa dia nggak sebaiknya dirawat?"
Yonghoon menggeleng. "Saya udah bosan nyuruh dia dirawat, karena ini cuma demam, jadi untuk sementara dia bed rest total aja dulu."
Dokter itu mulai mengeluarkan infus set dari dalam tas, memasangkan pemvlon di punggung tangan Juyeon dan menyuntikkan obat lewat cairan infus.
"Kita tunggu sampai tiga hari, usahakan dia tetap mau makan meskipun dimuntahin lagi nantinya."
"Kalau luka operasinya gimana? Bu-bukan pengaruh dari sana kan?"
Yonghoon tersenyum. "Bukan, lukanya udah mengering dengan baik. Dia ini cuma seorang begundal yang kalah sama demam sekarang, kamu nggak perlu terlalu khawatir."
Aku mengangguk. Memperhatikan sang dokter yang sekarang sedang menyiapkan berbagai macam obat.
"Untuk antibiotik, harus habis. Kalau ada gangguan ketenangan atau serangan panik_"
"Serangan apa?"
"Panik, dia pasti akan mengiggau dan gelisah semalaman."
"Terus nanti aku harus gimana? Nggak ada yang nungguin di sini."
"Udah telepon Haejin?"
"Aku...aku nggak tahu..."
Dia kelihatan memahami sesuatu lalu akhirnya mengangguk.
"Kasih obat ini dua jam dari sekarang. Setelah itu usahakan dia minum banyak agar buang air lebih sering."
Aku menerima beberapa bungkus obat.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOGIC SPACE || HWANWOONG 🔞⚠️
FanfictionTentang Hwanwoong dan segala sesuatu di luar buminya ...