Aku sengaja bangun lebih pagi hari ini walaupun sudah dua hari kemarin kumanfaatkan waktuku untuk bermalas-malas di rumah. Tapi sekarang semenjak subuh aku sudah membersihkan setiap ruang, mengganti sprei di kamar tidur Kak Minhyun, mengganti sarung-sarung bantal di sofa, menggosok lantai kamar mandi, membersihkan dapur, mengganti semua isi kulkas dan mencuci taplak meja makan. Aku jarang sekali punya waktu untuk beres-beres seperti ini akibat kesibukanku di kantor. Rasanya melelahkan, tapi aku bahagia menyambut kepulangan kakakku. Yeji menyuruhku menunggu di rumah, dia akan membawa kakakku pulang menggunakan taksi.
Kubuka jendela kamar, membiarkan udara dan sinar matahari masuk sebanyak mungkin. Sambil menunggu kedatangan mereka aku membuka-buka isi ponsel. Tidak banyak chat yang masuk, kelihatannya penggantiku di kantor hari ini tidak terlalu kewalahan menghadapi Jeno yang kerap rewel.
Mataku tertuju pada pesan dari Juyeon. Tertera angka sepuluh pesan belum terbaca di sana yang akhirnya kembali kumasukkan ke dalam kolom arsip. Kemarin ibunya malah sempat meneleponku namun tidak kujawab. Hatiku jelas masih gamang. Bukankah pelajaran seperti ini sudah jelas baginya? Lantas kenapa dia terus menghubungiku?
Aku menarik napas dalam-dalam. Rasanya meskipun ini hanya sebuah cuti lima hari, tapi aku seperti sedang bersiap memulai hidup baru. Aku seolah sedang memasuki kenyataan yang lain, bahwa kakakku akhirnya terbangun dari koma, berangsur sembuh, dan kembali hadir di rumah ini.
Perhatianku teralihkan oleh suara mobil yang berhenti di gerbang depan. Aku melempar hpku ke atas meja belajar dan melesat turun ke bawah dengan tidak sabar sambil buru-buru membuka pintu ruang tamu.
"Kak,"segera kupeluk Kak Minhyun yang berjalan menghampiriku. Melihatnya tidak lagi duduk di kursi roda menambah euforia kebahagiaanku saat ini.
Pelukanku berbalas dekap hangat dan lembut. Dia mengecup keningku sambil tersenyum.
"Ayo masuk, biar aku yang bawa."
Dengan semangat kuangkut semua tas dan bingkisan yang mereka bawa dari rumah sakit. Ada dua kantung plastik besar berisi makanan dan buah-buahan, padahal katanya sebagian sudah diberikan pada perawat di sana. Lalu sebuah koper seperti habis mereka pakai setelah travelling jauh berbulan-bulan.
"Kak ayo kita makan dulu,"ajakku sambil mengamit lengan Kak Minhyun menuju dapur.
"Kamu udah mesen makan?"tanya Yeji sambil mengeluarkan buah-buahan dan memasukkannya ke dalam kulkas.
"Aku masak sendiri."
"Hah?" mereka terperangah.
Kak Minhyun menatapiku tidak percaya sampai Yeji menghentikan gerakan tangannya untuk menjejalkan apel-apel itu ke dalam kulkas.
"Kenapa?"aku menatap mereka bergantian.
Langkahku langsung tertuju pada meja makan dan membuka tudung saji.
"Bukan masakan ala resto tapi semoga rasanya mirip-mirip masakan mama ya?"
Kak Minhyun dan Yeji berbarengan melongok ke atas kari ayam dan sup kimchi pedas yang kubuat untuk mereka.
"Wah, aku ambilkan nasi sebentar."
Yeji segera beranjak menuju rak dan menumpuk tiga mangkuk sekaligus untuk dibawa ke atas meja.
"Maaf ya kamu sampai harus masak,"kata Kak Minhyun dengan tatap mata meredup.
Aku tersenyum. "Lah, kenapa minta maaf sih. Seharusnya Kakak seneng karena keadaan kita kemarin akhirnya membuatku belajar tentang sesuatu. Dulu kan aku yang selalu dimanja oleh Kakak, sekarang aku jadi lebih mandiri dan bisa mengurus semua kebutuhanku tanpa harus bergantung pada orang lain."
KAMU SEDANG MEMBACA
LOGIC SPACE || HWANWOONG 🔞⚠️
FanfictionTentang Hwanwoong dan segala sesuatu di luar buminya ...