"Bagus, dorong lagi. Jaga napas lo, Woong."
Setengah berteriak Jeno mengoreksi gerakanku mengayuh tubuh dari dalam ke permukaan air. Aku terengah, mengambil udara sebanyak mungkin sebelum kembali meluncur turun ke bawah. Membuka mataku lebar-lebar untuk meraih mainan bebek yang dilempar Jeno, tapi aku terlambat, tanganku tidak berhasil menggapainya sebelum benda itu tergeletak ke dasar kolam. Aku tetap berusaha mendayuh kakiku yang sudah pegal, mengambilnya dan masih harus melambungkan tubuh sampai ke permukaan air. Aku hampir menyerah sebelum menggapai tepi kolam. Ini kali ketiga simulasi menyelamatkan bebek kuning itu gagal. Aku tidak tahu kalau tubuh kurus sepertiku pun masih kesulitan untuk bergerak cepat di dalam air.
"Atur napas lo lagi. Tadi kan gue bilang bahunya digerakin lurus ke bawah, bukan ke depan."
Kugelengkan kepalaku menepis rambut yang menempel di kening. Udara di atas sini tidak jauh hangat ketimbang di bawah, dan otakku mencoba memikirkan kembali mengapa di pagi buta aku sudah berada bersamanya melatih kemampuan renangku yang tidak seberapa. Aku tahu Juyeon tidak akan memeriksa ke kamar apakah aku masih meringkuk di balik selimut atau tidak, tapi dia jelas akan bertanya-tanya apa yang aku lakukan di saat matahari belum menampakkan diri.
"Apa lo yakin kalau tubuh seseorang akan bergerak cepat kayak gitu saat tenggelam?"pertanyaanku terdengar seperti sebuah protes.
Dia jelas-jelas menyamakan benda yang tidak lebih besar dari ukuran kepalan tangannya dengan Juyeon. Menyuruhku meraih di kedalaman lebih dari tiga meter dengan perhitungan waktu yang pendek sehingga bisa disimpulkan aku gagal menyelamatkan nyawa seseorang kalau kemampuan renangku masih di level ini.
"Itu memang bukan tubuh manusia, tapi kita nggak tahu apakah suami lo bakalan tenggelam dalam keadaan sadar atau enggak. Kalau sadar, ya bagus. Dia akan memperlambat waktu tenggelamnya dengan sedikit usaha, bagaimana kalau udah nggak sadar duluan?"
"Terus gue harus menjelaskan sama dia soal ini?"
Jeno berjongkok sambil meraih bebek mainan itu.
"Mengajari orang bertahan harus dimulai dari membeberkan kemungkinan terburuk. Lo belum lupa prinsip gue dulu waktu pertama ngajarin lo banyak hal di kantor kan? Itu jelas akan melatih kewaspadaan dan antisipasi yang tepat."
"Jen, menurut lo gue masih bisa berpikir soal ini kalau Juyeon tiba-tiba di dorong ke air? Spontanitas dan insting untuk menyelamatkan dong pastinya,"keluhku gemas.
Jeno tersenyum miring. "Yang berpotensi mencelakakan kalian berdua?" dia memutar-mutar boneka bebek sambil mengalihkan tatapannya dariku. "Perhatikan ini!"
Dilemparnya lagi benda itu ke dalam air lalu dengan cepat dia menceburkan diri setelah hampir setengah jam hanya memberi protokol dari pinggir kolam dalam keadaan kering. Kuperhatikan tubuh itu menghilang di balik genangan air raksasa berwarna hijau dan beberapa detik kemudian sudah mengacungkan mainan bebek ke atas. Jeno mendekat, rambutnya turun menutupi hampir semua wilayah kening. Dia mengusap wajahnya dan terlihat tidak kedinginan sama sekali.
"Gue bisa aja menganggap boneka ini sebagai sesuatu yang pantas mati tenggelam, tapi insting menolong gue seharusnya menjadi tenaga paling besar. Gue nggak ambil pusing dengan kemampuan berenang lo yang bisa dibilang masih payah, hanya saja lain ceritanya kalau lo harus mengajari lagi seseorang untuk akhirnya bisa berkemampuan sama seperti gue barusan."
Aku mencoba mengubah mimik wajah agar rasa dongkolku tidak ketara, sambil berusaha mencari padanan kata yang tepat untuk menanggapi komentarnya barusan. Tiba-tiba saja dia berubah menjadi Jeno sang bos yang pertama kali kutemui setelah kedatangannya di kantor kala itu. Menjengkelkan dan tukang ngatur. Harusnya dia berhenti bersikap seolah dia memikirkan hal ini sebagai sebuah misi yang wajib berhasil. Karena aku sendiri sebenarnya hanya memiliki kepesimisan mengingat usahaku untuk membujuk Juyeon agar mau datang ke tempat ini pun adalah sesuatu yang akan sangat membutuhkan tenaga dan waktu.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOGIC SPACE || HWANWOONG 🔞⚠️
FanfictionTentang Hwanwoong dan segala sesuatu di luar buminya ...