Ambil baiknya, buang buruknya !!!
Take your time to reading, enjoy it !!! 🍵🧸
❄
Keep VOTING !!!✨
--------------------------------------------------------------
❄
Seokjin buru-buru datang ke ruangan itu setelah menerima panggilan Jisoo. Sedangkan Irene sudah memanggil dokter untuk mengetahui kondisi Jennie.
"Bagaimana dok?" tanya Seokjin, dokter mengeluarkan nafas dalam dan memberitahu sesuatu pada semua.
"Sepertinya nona Jennie harus dirawat di sini, kondisinya kekurangan banyak vitamin, dan tubuhnya terlalu lemas"
Jisoo melihat pada Seokjin, dan ia pun segera bertanya.
"Oppa, apa yang terjadi pada Jennie?"
"Oppa sudah jelaskan sejak di perjalanan tadi, Jisoo. Itulah yang terjadi sebenarnya. Jennie terlalu memikirkan Lisa sampai kondisinya sendiri seperti ini"
"Lisa?" tanya Irene terheran, Seokjin menunduk dan meminta maaf padanya.
"Em, mianhamnida" jawab pria yang berprofesi sebagai polisi itu.
"Ya Tuhan, anak yang malang. Kenapa Lisa bisa sampai membuat Jennie seperti ini?" ucap ibunya sembari mengusap tangan Jennie.
"Jadi bagaimana, wali Jennie? Apa nona Jennie akan dirawat di sini, atau tidak?" tanya dokter, semua orang mengangguk.
"Tentu saja dok, tolong rawat adik saya sebaik mungkin, beri vitamin yang dia butuhkan, karena memang seharian kemarin dia tidak datang untuk makan"
"Lisa, nak, jangan lakukan ini pada Jennie, mama mohon" - Irene.
Dokter mengangguk dan pergi menyerahkan Jennie pada beberapa perawat yang akan segera menangani Jennie.
Beberapa menit kemudian Jennie dikeluarkan dari ruangan Lisa, dibawa bersama dokter, Seokjin, juga teman-temannya.
###
Setelah keadaan cukup kondusif, kesadaran menghampiri Jennie, namun hari masih tetap sama, hampa dan sunyi menyertai Jennie. Tidak ada rasa ingin sembuh, Jennie justru pasrah dan berharap bisa menyerah. Menyerahkan raganya pada Tuhan, membiarkan segala apa yang menimpanya terjadi dan lelah.
Jarum jam terus berdetik, yang kadang beriringan dengan tetesan air infusan. Di sisi Jennie ada Seokjin yang tertidur, di sudut lainnya ada Rose dan Jisoo yang juga tertidur di sofa. Namun bukan mereka yang Jennie cari, bukan sesiapa selain Lisa yang Jennie inginkan.
Lagi, air mata Jennie mengalir, hingga sebuah tangan dingin menyeka air mata itu, dan membelai pipi Jennie.
Jennie sontak menoleh pada pemilik tangan, ia melihat raut khawatir Lisa yang ternyata berdiri di sebelahnya. Tangisan Jennie semakin menjadi saat ia berusaha memeluk Lisa dan Lisa mengecup dahinya.
Semua terasa begitu cukup dan baik-baik saja saat Jennie melihat sosok Lisa yang teramat dia rindukan. Dari sekian banyak rasa kasih peduli, hanya sentuhan Lisa yang ingin sekali terus Jennie ulangi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fun-tasy ☆
Fanfiction[18+] Ketika matanya terbuka, aku ingin jadi seseorang yang hadir di sisinya. Dan walaupun aku tidak dapat menyentuh langit, tapi tanganku akan selalu terbentang untuk melindunginya. Berusaha sambil berdoa, hanya untuk dia, dia yang akan selalu kuci...