Bora pulang ke rumah dengan perasaan lelah, hari ini dia benar-benar sibuk.
Ibu tiri sudah menunggu di ruang tamu dengan amarah luar biasa. "BORA!"
Bora tidak menghentikan langkahnya dan tetap naik ke atas tangga, jika dulu dirinya ketakutan dan menurut ke ibu tiri, sekarang dia tidak peduli lagi.
Ibu tiri mengikuti Bora dari belakang dan berteriak di bawah tangga. "TURUN, BORA!"
Bora menghentikan langkah di tengah tangga lalu balik badan. "Ada apa?"
"Kamu- bagaimana bisa kamu membuat skandal mengerikan seperti itu?"
"Bisa beritahu aku, skandal apa yang sudah aku buat?" Tanya Bora.
Ibu tiri terkejut lalu kedua mata menyipit curiga. "Semenjak kamu berupaya bunuh diri, sepertinya semua sifat kamu berubah total. Apakah aku harus bawakan kamu untuk ruqiah?"
Bora tertawa sinis. "Tidak ada yang berubah."
"Bohong! Kamu berubah seolah bukan Bora pengecut yang kami kenal."
"Apakah Ibu suka dengan aku yang pengecut?" Tanya Bora.
"Itu-"
"Jadi, ibu suka aku yang pengecut dan takut dengan semuanya?" Tanya bora lagi.
"Apakah kamu tidak bisa bersikap sopan terhadap ibuku? Memang siapa yang membayar biaya sekolah kamu sekarang?" Tanya kakak tiri perempuan di belakang Bora.
Bora mengangguk. "Ya, aku mengucapkan terima kasih karena sudah merawat dengan baik selama tinggal di rumah papa. Tapi, jangan lupa- selama ini uang yang diberikan berasal dari papa, bukan milik kalian."
Kakak tiri perempuan mendorong adik tirinya.
Bora yang belum siap, hilang keseimbangan dan terguling di tangga.
Ibu tiri menjerit ketakutan, kakak tiri perempuan juga terkejut, dia kira Bora bisa bertahan tanpa jatuh tapi ternyata salah.
Bora tidak sadarkan diri.
Papa Bora yang melihat kejadian itu, menjerit histeris. "BORA!"
Bagi Bora, lebih baik seperti ini, tidak sadarkan diri selamanya dan hidup bahagia bersama Bern.
***
Seorang pria keluar dari ruangan dan melihat kakaknya datang berkunjung, dia mendecak kesal. "Kenapa kakak yang datang?"
Hendra memotong kue di atas meja. "Kejutan."
Pria itu mengambil seloyang kue tart yang berisikan cream strawberry di tengah meja dan sudah terpotong seperempat lalu memakannya. "Kenapa kakak datang? Ingin membuat aku berubah pikiran?"
"Istri kamu membuat masalah, aku tidak bisa diam begitu saja. Terutama jika menyangkut anak didik aku."
Pria itu mengunyah kue tart dengan rakus, memakai pisau potong yang terbuat dari plastik. "Apa yang bisa aku lakukan? Aku masuk penjara dan tidak bisa melakukan apa pun."
"Kamu bisa bekerja sebagai pengacara."
"Tidak."
"Apakah tidak ada yang tahu kamu bekerja sebagai pengacara?"
"Aku bekerja di luar negeri, tentu saja tidak ada yang tahu. Bahkan istriku sendiri, apakah kakak tahu dari Daniel? Anak itu memang banyak omong!"
"Dia terkejut ketika tahu kamu di dalam penjara dan cerita semuanya, jangan salahkan dia. Salahkan dirimu yang tidak menyuruhnya diam."
"Jangan beritahu siapa pun!" Tegas pria itu.
"Aku tidak suka ikut campur urusan orang lain. Ngomong-ngomong, kenapa kamu tidak menikah lagi?"
KAMU SEDANG MEMBACA
SKANDAL PUTRI PRESIDEN (TAMAT)
RomanceSaat ulang tahun ke 17. Bora Zanitha Rukmasara harus menyaksikan anjing kesayangannya dibakar hidup-hidup oleh kedua saudara tiri. Satu tahun kemudian, anjing kesayangannya datang ke dalam mimpi dan menunjukkan masa depan selama satu bulan berturut...