Rina yang emosional, berteriak marah lalu melempar handphonenya di atas tempat tidur. Frustasi karena Fendi tahu semua dan menceraikan dirinya.
Awalnya Rina ingin mengubah surat pernikahan palsu itu menjadi asli tanpa ketahuan oleh Fendi, sejak Raka membuang dirinya. Namun, tidak pernah bisa dijalankan karena bersamaan dengan dirinya mendapat masalah dan Fendi harus masuk ke dalam penjara.
Anak-anak lainnya di luar kamar dan tidak berani mengganggu ibu mereka yang sudah mulai frustasi.
Aku kehilangan Raka dan Fendi, Hendra bahkan tidak mau mendekat sama sekali. Kenapa kalian semua tidak bisa tunduk kepadaku? Malah tunduk ke wanita yang kedudukannya lebih rendah dari aku!
Rina menangis di atas tempat tidur, bingung karena anak yang ada di kandungannya tidak akan memiliki ayah, anak ini tidak bisa merasakan kasih sayang dari seorang ayah.
Rina membelai perutnya dengan penuh kasih sayang, meskipun tidak tahu siapa bapak dari anak yang ada di dalam kandungannya, dia sangat menyayangi anak ini. "Aku yakin, ayah kamu pasti akan menyesal telah meninggalkan kamu, sayang."
Hanya Fendi yang bisa menjadi ayah dari anak-anaknya.
Pikiran egois Rina yang membuat darah di kepala Hendra mendidih, membuat adik Hendra bertanggung jawab atas moral buruk Rina.
***
Siang hari, Bora memutuskan memaksakan diri untuk makan siang di restoran hotel dengan memakai kursi roda.
Sepanjang pinggang hingga ke bawah rasanya kram dan terlalu lemah untuk digerakkan, berdiri tegak saja rasanya mau jatuh.
Fendi menjadi segar kembali dan tidak merasakan lelah, namun dirinya merasa bersalah pada Bora yang tidak bisa menggerakkan tubuhnya sama sekali. Dia melayani sang istri dengan sepenuh hati.
Sekarang mereka duduk berhadapan, Fendi membantu Bora, duduk di kursi makan lalu pelayan restoran bantu memindahkan kursi roda, untuk tidak mengganggu jalan.
"Bora mau makan apa?" Tanya Fendi sambil melihat menu makanan yang baru diberikan pelayan. "Semuanya makanan kelas atas, apakah cocok dengan lidah kamu?"
Bora memang keturunan bangsawan, tapi bangsawan Indonesia, bukan Eropa. Makanan yang dimakan pun pasti asli Indonesia. "Pilihkan saja makanan yang tidak aneh-aneh."
Selama tinggal bersama dengan Bora, Fendi baru menyadari bahwa istrinya tidak suka makanan yang tidak terlalu dikenalnya. "Ada sih sapi teriyaki, kamu mau?"
"Terserah," jawab Bora sambil memainkan handphone Fendi sementara handphonenya ada di dalam tas.
Fendi memanggil pelayan dengan tatapan mata, lalu pelayan yang sudah sigap, berjalan mendekatinya. Dia mulai memesan makanan dan minuman air hangat untuk Bora.
Bora menatap kesal Fendi. "Kamu tidak menanyakan aku minum apa, tapi malah pesan sembarangan."
"Kamu tidak boleh minum minuman dingin dulu, badan kamu kram kan? Lebih baik minum air hangat."
Bora tidak bisa membantahnya. Fendi lebih tua dan jauh lebih berpengalaman. "Oh."
Bora memajukan tubuhnya dan bertanya pada Fendi. "Kamu pesan apa? Bolehkah aku mencicipinya?"
"Aku pesan steak, kamu mau juga?"
Bora membulatkan kedua matanya lalu mengangguk antusias. "Aku mau-"
"Tadi katanya nggak mau yang aneh-aneh."
Bora cemberut. "Sedikit saja."
Fendi tersenyum lalu bertanya pada Bora. "Di masa depan, kamu masih ingin mencari hewan-hewan hilang?"
KAMU SEDANG MEMBACA
SKANDAL PUTRI PRESIDEN (TAMAT)
RomanceSaat ulang tahun ke 17. Bora Zanitha Rukmasara harus menyaksikan anjing kesayangannya dibakar hidup-hidup oleh kedua saudara tiri. Satu tahun kemudian, anjing kesayangannya datang ke dalam mimpi dan menunjukkan masa depan selama satu bulan berturut...