Fendi yang mulai mempertimbangkan pemikirannya, menatap lurus Hendra yang sedang menunggu pendapatnya. "Aku tidak ingin ada potongan ini, bagaimana dengan kakak?"
Hendra tentu saja tidak langsung mengiyakan pendapat sang adik, harus ada penjelasan masuk akal yang bisa diterima oleh berbagai pihak. "Uang potongan adalah hak para pekerja, jika mereka menginginkan adanya serikat buruh. Kenapa kita melarangnya? Kita tidak punya hak sama sekali."
"Dan kita juga tidak memiliki kewajiban sama sekali," jawab Fendi dengan cepat. "Perusahaan mewajibkan potongan dan diberikan kepada serikat pekerja- lucu sekali, jika kita melakukan hal itu."
Arka mengangguk paham. "Aku punya pegawai hotel, mereka bekerja sesuai shift. Misalnya pagi jam tujuh sampai jam dua siang, tujuh jam. Tidak ada istirahat. Bagaimana dengan buruh di pabrik kita?"
Direktur operasional pabrik menjawab. "Dari jam sembilan sampai jam empat sore, jika ada lembur- mentok jam delapan malam. Kami berikan uang lembur dua puluh ribu perjam dalam waktu satu hari, tapi kami juga tidak melebihi batas lembur yang ditetapkan pemerintah dalam satu minggu, yaitu delapan belas jam perminggu.
"See?" Tanya Fendi ke Hendra. "Kita sudah memberikan hak serta melaksanakan kewajiban. Untuk apa membayar serikat buruh? Tidak ada gunanya di mataku."
"Tidak berguna bagi kamu, tapi berguna bagi mereka." Hendra memutuskan tidak di sisi adiknya, untuk melihat apakah dia bisa memenangkan perdebatan ini. "Menurut aku, organisasi ini penting untuk mereka. Kita tidak perlu memperbesar masalah yang bukan urusan kita."
Seperti yang Hendra katakan, perdebatan ini memang tidak berguna untuk mereka, tapi tidak bisa diabaikan begitu saja oleh Fendi.
"Menurut aku, ini sangat penting sekali, kak. Katakanlah satu kaleng, kita jual keluar seharga lima belas ribu rupiah lalu dikalikan dengan jumlah pembuatan dalam sehari yaitu lima ratus ribu kaleng. Tujuh setengah milyar dalam satu hari dapatnya, lalu dikalikan tiga puluh hari- kita mendapatkan dua ratus dua puluh lima milyar rupiah." Fendi menatap para petinggi. "Menurut kalian, apa yang ada di pikiran para buruh, jika melihat hal ini?"
Arka mengeluarkan kalkulator dari dalam tasnya, dan mulai berhitung. "Tiga juta untuk seratus orang, berarti tiga ratus juta rupiah dalam waktu sebulan. Ini hanya gaji buruh, bukan manajemen lainnya."
"Jujur saja, aku tidak mau menjelekkan buruh. Tapi, kebanyakan buruh yang mengikuti demo adalah buruh pemalas yang hanya ingin menuntut hak mereka sendiri, sementara kita tidak boleh menuntut hak sebagai pengusaha." Fendi menjelaskan kepada para petinggi perusahaan. "Aku tidak masalah dengan adanya organisasi ini di luar pabrik, tapi begitu masuk ke pabrik- mereka harus patuh pada aturan kami."
Direktur operasional bertanya ke Fendi. "Lalu, bagaimana dengan perwakilan serikat? Atau jika ada masalah komunikasi antara pegawai dengan manajemen?"
"Mereka boleh membentuk perwakilan sendiri untuk bertemu dengan manajemen, tapi- tidak boleh ada penyelewengan posisi. Misalnya, mereka yang bisa bertemu dengan manajemen, tidak suka dengan satu orang lalu melakukan perundungan. Hal ini ada di setiap pabrik, jadi awasi penyakit yang seperti ini."
"Baik."
"Baik, pak."
"Baik."
Fendi melanjutkan. "Sebaiknya kalian catat dan berlakukan mulai bulan depan, tidak ada yang namanya pemotongan gaji untuk serikat buruh. Kita sudah berikan mereka pekerjaan, gaji dan uang lembur tepat waktu, asuransi juga ada. Jadi tidak ada alasan perlakukan pemotongan gaji seperti ini. Gila juga, tujuh setengah juta dikalikan dua belas- itu sudah berapa?"
Para petinggi perusahaan mengangguk pasrah.
Arka membalik dokumen lain. "Aku tidak tahu ada hal konyol seperti ini, gaji pegawai hotel aku saja, bersihnya satu setengah juta, bukan umr. Masih bersyukur bisa bekerja- ini, buruh- astaga-"
KAMU SEDANG MEMBACA
SKANDAL PUTRI PRESIDEN (TAMAT)
Любовные романыSaat ulang tahun ke 17. Bora Zanitha Rukmasara harus menyaksikan anjing kesayangannya dibakar hidup-hidup oleh kedua saudara tiri. Satu tahun kemudian, anjing kesayangannya datang ke dalam mimpi dan menunjukkan masa depan selama satu bulan berturut...