Fendi pulang bersama Bora dalam keadaan linglung, sudah melihat semua video yang disimpan kakaknya. Dia masih ingat percakapan di dalam kantor.
"Kamu tahu, kenapa aku mendapatkan video ini?"
"Apa?"
"Istri kamu membuat masalah dengan aku. Dia menyerang beberapa dokter hewan di bawah pengawasanku dengan alasan pekerjaannya sebagai hak asasi manusia.
"Kami bekerja sama dengan pemerintah pusat untuk menangkap pemburu liar, dan dia menekan aku para dokter hewan dengan menyatakan bahwa pekerjaan kami buat mereka kehilangan mata pencaharian."
Aji tidak tahu harus bersikap bagaimana dengan penjelasan kakaknya. "Kakak, bagaimana bisa dia melakukan itu semua? Apa keuntungannya?"
"Kenapa kamu bertanya kepadaku? Tanyakan saja ke istri kamu nanti."
"Bukti."
"Apa?"
"Berikan aku bukti jika memang Rina yang menyerang, lagi pula dia hanya pekerja biasa. Tidak punya bekingan apa pun di belakangnya."
Hendra yang duduk di kursi kerjanya, mendorong map berwarna biru ke arah Fendi yang duduk di seberangnya. "Buka dan baca semuanya."
Fendi membuka map itu dan segera membaca isinya dengan teliti, supaya tidak ada yang terlewatkan satu pun.
Selesai membaca, dia mengembalikan ke Hendra.
"Tolong simpan itu," pinta Fendi. "Aku tidak ingin menyimpannya."
"Kamu akan menceraikannya?"
"Aku tidak tahu."
Hendra tahu, Fendi masih ada perasaan dengan istrinya, sehingga dia tidak berani ikut campur ke urusan adiknya. "Terserah kamu akan melakukan apa di masa depan, yang pasti aku tidak ingin terjadi sesuatu pada kalian berdua. Ingat itu."
Fendi mengangguk.
"Kamu memang bukan anak kecil lagi, Fendi. Tapi kamu tetap adik di mataku."
Fendi mengangguk lagi dan tidak berani membantah ucapan kakaknya.
"Pulanglah, dan istirahat," saran Hendra.
Setelah mengingat kembali saat di ruang kerja, rasanya sesak dan juga sakit. Kenapa dirinya harus jatuh seperti ini? Apa salahnya?
Bora melihat suaminya berbaring di tempat tidur tanpa melepas sepatu dan menutup kedua mata dengan punggung tangan, membuatnya bergerak melepas sepatunya.
Fendi tidak bergerak meskipun merasakan tangan kecil ada di kakinya lalu bertanya pada Bora. "Bagaimana kamu tahu tentang perselingkuhan itu? Apakah dari sistem yang kamu ributkan beberapa waktu lalu?"
Bora yang sudah melepas sepatu Fendi, melihat pria tua itu masih di posisi yang sama dan memutuskan menjawab dengan jujur. "Benar, tiba-tiba aku melihat gambaran profesor sedang melihat video istri kamu duduk di atas paha seorang pria gemuk dan jelek sambil mendesah. Aku spontan mengatakannya langsung, kenapa? Apakah kamu masih tidak terima?"
Fendi bangkit dan menatap marah Bora. "Jangan kurang ajar padaku, Bora. Meskipun aku selama ini diam, bukan berarti kamu bisa bersikap kurang ajar kepadaku."
Bora tidak takut pada kemarahan Fendi. "Selalu seperti itu, apakah memang sudah menjadi kebiasaan orang yang lebih tua- jika merasa tersinggung atau tidak berkenan di hati, mengatakah hal seperti itu?"
"Bora."
"Aku tidak suka kamu dipermainkan seperti itu," isak Bora sambil berusaha menghapus air mata yang akan mengalir. "Padahal kamu itu orang baik."
KAMU SEDANG MEMBACA
SKANDAL PUTRI PRESIDEN (TAMAT)
RomanceSaat ulang tahun ke 17. Bora Zanitha Rukmasara harus menyaksikan anjing kesayangannya dibakar hidup-hidup oleh kedua saudara tiri. Satu tahun kemudian, anjing kesayangannya datang ke dalam mimpi dan menunjukkan masa depan selama satu bulan berturut...