Jika memikirkan kembali masa lalu yang mereka berdua lewati, memang terasa hambar. Tidak ada cinta ataupun kasih sayang yang diperlihatkan. Hanya perasaan tanggung jawab dan bermimpi hidup bebas.
Ike dan Aji menikah hanya berdasarkan tanggung jawab, menghargai orang asing, lalu ketika sudah mulai bosan, tidak ada yang namanya mempertahankan. Keduanya hanya ingin menjauh dan saling melepaskan. Tidak peduli meskipun memiliki tiga orang anak yang membutuhkan perhatian orang tua.
Sekarang, mereka berdua mulai menyadari kesalahan masing-masing dan merasakan penyesalan mendalam karena telah menyakiti tiga anak kecil yang tidak tahu apa pun.
"Terkadang-" Ike mulai bicara sambil mengamati tangan Aji yang memperlakukan kakinya dengan lembut. "Aku pernah berpikir untuk mengulang semua waktu."
"Tidak ada yang seperti itu."
"Hahahaha- benar, memang tidak ada. Tapi bukankah Bora mendapatkan keajaiban?"
"Dia berbeda. Dia masih memiliki pemikiran polos dan suci, Tuhan pasti akan memilih umat yang seperti itu."
"Apakah kamu percaya dengan perkataan Bora?"
"Kamu tidak percaya?" tanya Aji sambil mendongak dan menatap Ike. "Apakah kamu tidak percaya kalau Bora mendapatkan keajaiban selama ini?"
"Aku percaya." Jantung Ike berdegup keras, ketika melihat wajah Aji yang letih. "Dia anakku, tidak mungkin berbohong."
"Tapi, sayang sekali kita tidak sempat percaya kepadanya. Dia pasti sakit hati." Aji kembali membersihkan kaki Ike, kali ini yang satunya.
"Aji."
"Hm?"
"Aji."
"Ya?"
"Aji."
Tangan Aji berhenti dan mendongak, dia melihat Ike menangis.
"Aku tidak cantik sekarang, bahkan dua gigiku hilang."
Aji tersenyum dan bisa melihatnya dengan jelas, Ike sengaja memamerkan lokasi hilangnya gigi. "Ya, aku bisa melihatnya dengan jelas dari sini," jawabnya sambil tertawa geli.
Ike cemberut seperti anak kecil. Meskipun sudah berpisah, tetap saja mereka pernah hidup bersama. "Sekarang aku sudah menjadi wanita jelek."
"Apakah kehilangan gigi akan menggeser standart kecantikan seorang wanita?" tanya Aji sambil mengambil salep di atas nakas dan mengoleskannya di kaki Ike.
Ike merasakan sedikit perih dan menarik kakinya tanpa sadar.
Aji menahan kuat kaki Ike. "Hanya sebentar, tahan."
Ike menangis dan mengerang manja. "Sakiit."
"Aku tahu."
"Kenapa rasanya sangat menyakitkan?"
"Karena kamu lari tanpa memakai pelindung kaki, di atas aspal yang panas. Tentu saja kaki jadi melepuh."
"Aku tidak mengenal mereka."
"Aku sudah menghajar mereka."
"Benarkah?"
"Aku tidak bisa membiarkan ibu dari anak-anakku disakiti."
Ike menghapus air mata yang mengalir di pipinya yang merona. "Huh!"
Ayah Ike yang baru dari restoran bersama kedua cucunya, menyipitkan kedua mata ketika melihat mantan suami istri itu bertindak seperti pengantin baru, dia menutup pintu dengan hati-hati.
Genta bertanya ke kakeknya. "Kenapa ditutup?"
Harsa juga heran.
"Sepertinya orang tua kalian tidak ingin diganggu, sebaiknya kita pulang saja." Ayah Ike mendorong lembut Harsa dan Genta untuk menjauh dari pintu. "Kalian berdua tidak sekolah?"
KAMU SEDANG MEMBACA
SKANDAL PUTRI PRESIDEN (TAMAT)
RomanceSaat ulang tahun ke 17. Bora Zanitha Rukmasara harus menyaksikan anjing kesayangannya dibakar hidup-hidup oleh kedua saudara tiri. Satu tahun kemudian, anjing kesayangannya datang ke dalam mimpi dan menunjukkan masa depan selama satu bulan berturut...