Fendi sudah memikirkan sejak lama, untuk sementara dirinya tidak mau kembali menjadi pengacara. Dia benci menghadapi orang-orang. "Apa aku minta pekerjaan ke kakak saja, ya? Minimal kakak pasti memberikan kedudukan yang bagus. Supaya aku bisa membiayai les Bora."
Masalahnya jika mereka terus-terusan mengandalkan uang hadiah, yang ada malah kelelahan dan banyak resiko lainnya.
"Memangnya aku kenapa?"
Fendi yang masih menutup mata dengan punggung tangan, menjawab dengan nada malas. "Tidak apa, cepat tidur sana."
"Aku tidak bisa tidur."
Fendi merasakan sedikit gerakan di samping kanannya, otomatis dia sedikit bergeser untuk memberikan tempat pada Bora, tanpa membuka mata.
Bora yang melihat itu jadi cemberut.
Fendi merasakan tidak ada gerakan lagi di atas tempat tidur. "Bora, kamu bisa tidur."
Bora tersenyum licik lalu duduk di atas perut Fendi.
Fendi terkejut dan tanpa sadar mengangkat tangan yang menutupi kedua matanya, dia lebih terkejut lagi ketika melihat Bora tidak memakai pakaian sama sekali, otomatis dirinya menutup kedua mata. "Kamu gila?"
Bora melihat layar di depan wajah Fendi dan menunjukkan wajah istri Fendi sedang berlutut dan memohon. "Apakah kamu masih memikirkan istri tukang selingkuh itu?"
Fendi tidak membuka mata. "Bora, berhenti main-main dan tidurlah."
"Aku tidak bisa tidur." Bora menguap malas lalu kedua tangannya menyelinap di balik mantel tidur Fendi, merasakan tonjolan kecil yang terlihat tidak berguna diciptakan di sana untuk kaum adam.
Karena ac di kamar sangat dingin, lalu tangan mungil Bora tiba-tiba menyelinap di balik mantelnya, tanpa sadar Fendi mengerang.
Bora dan Fendi sama-sama terkejut.
Wajah Fendi sontak memerah sementara Bora tertawa kecil.
"Apa yang kamu tertawakan?" Fendi tersinggung dengan kelakuan Bora, namun tidak bisa menyingkirkan istri kecilnya karena terlalu lelah.
"Tidak ada." Kedua tangan Bora menjepit kacang kecil di dada Fendi.
Kali ini Fendi merasa Bora sudah keterlaluan. "Bora, aku mohon hentikan, kamu tidak perlu melakukan ini. Kita sama-sama lelah dan juga harus istira-"
Bora membungkuk lalu menghisap kacang kecil milik Fendi.
Fendi mau tidak mau menarik napas dan tidak bisa melanjutkan kalimatnya.
"Ngh-" Fendi mengerang nikmat. Sudah lama tidak ada yang menyentuh dirinya. Tidak, memang tidak ada yang menyentuh bagian sana, Rina selalu bergerak aktif di bagian bawahnya, tidak pernah menyentuh bagian atas. Dia tidak pernah membayangkan kedua kacang kecil seorang pria sangat sensitif. Napas Fendi semakin berat ketika Bora pindah ke tempat satunya.
Bora menggigit kacang kecil hingga meninggalkan bekas ciuman.
"Bora-" Fendi memindahkan tangannya untuk menelusuri punggung Bora.
Bora memiringkan kepala dan tersenyum puas ketika melihat bekas ciuman di kacang kecil dan sekitarnya. Dia duduk tegak sementara kedua tangan Fendi sudah pindah di masing-masing sisi pinggangnya.
Mereka berdua saling menatap dalam diam.
"Apa yang kamu lakukan?" Tanya Fendi setelah berhasil mengatur napasnya.
"Apakah kamu sudah tidak sakit hati lagi?"
"Apa?"
"Kamu melihat wanita yang dicintai sedang melakukan threesome dengan dua pejabat gendut dan tidak bermoral, apakah kamu tidak sakit hati?"
KAMU SEDANG MEMBACA
SKANDAL PUTRI PRESIDEN (TAMAT)
Storie d'amoreSaat ulang tahun ke 17. Bora Zanitha Rukmasara harus menyaksikan anjing kesayangannya dibakar hidup-hidup oleh kedua saudara tiri. Satu tahun kemudian, anjing kesayangannya datang ke dalam mimpi dan menunjukkan masa depan selama satu bulan berturut...