DELAPAN BELAS

128 18 0
                                    

Selesai mengobati tangan Bora, Hendra menuntun anak itu menuju tempat tidur lalu memberikan obat tidur dosis rendah.

Bora tertidur lelap dan memimpikan Bern. Memeluk anjing berbulu cokelat itu lalu berbicara dengan nada sedih, Bern hanya duduk mendengarkan seperti biasa.

Bora terdiam.

Bern menoleh bingung.

Bora bertanya pada Bern. "Tolong jangan tinggalkan aku."

Bern tidak menjawab dan hanya menyandarkan kepalanya di atas pangkuan Bora. Jika disuruh memilih, dan bisa memutar waktu, Bern tetap akan memilih jalan yang sama, jika itu untuk membuat Bora tidak menderita di masa depan.

Bern tahu dirinya hanya seekor anjing yang bisa saja dilupakan di masa depan atau hanya seekor hewan yang dianggap tidak berguna. Namun dia beruntung dan bersyukur bisa bertemu dengan Bora.

'Bora, aku tahu apa yang terjadi dengan Toni.'

Karena terlalu sedih, Bora jadi melupakan Harsa dan Toni. Harsa pasti sedih karena kehilangan Toni.

'Jangan sedih begitu, rabies memang tidak bisa diobati. Toni juga pasti tidak mau melihat tuannya menderita.'

"Apakah Bern bertemu dengan Toni?"

'Tidak, belum.'

"Kenapa?"

'Jiwanya masih berada di sekitar pemilik.'

Bora mengetatkan pelukan di leher Bern. Dia tidak mau kehilangan anjing kesayangan selamanya.

'Bora, istirahatlah. Kamu pasti lelah.'

"Aku tidak ingin kamu pergi."

'Aku selalu memperhatikan kamu dari jauh, Bora. Jangan merasa kehilangan lagi.'

Bora menguap lalu kepalanya bersandar di perut Bern, tubuhnya melingkar supaya hangat. Bern melindungi Bora dengan kehangatan tubuhnya di sekitar tubuh Bora.

Posisi ini favorit mereka, terutama jika di tempat hangat, tidak ada yang mengerti apa yang mereka lakukan. Bora dan Bern juga tidak terlalu peduli.

Bora masuk ke dalam mimpi lainnya, tiba-tiba dia berdiri di tempat gelap sambil mengusap kepala Bern.

'Kamu harus perhatikan lebih serius lagi, Bora. Di masa depan, dia adalah calon suami kamu.'

"Calon suami?"

Bora masih belum paham dengan penjelasan Bern, orang-orang datang yang melayat hanya sedikit. Harsa dan Genta juga ada, tapi sepertinya mereka bertengkar dengan seseorang.

"Biarkan Bern jadi satu dengan kakakku, kenapa kalian tidak paham juga?" Tanya Harsa.

"Dia hanya seekor anjing, najis jika tubuhnya jadi satu dengan tubuh manusia."

Genta menjadi kesal. "Kamu berkata seolah peduli, selama ini yang peduli pada kakakku, hanya Bern. Bahkan kamu hanya peduli dengan diri sendiri. Biarkan tubuh Bern satu liang lahat dengan kakakku."

"Bukankah anda terlalu berlebihan dengan seekor hewan? Padahal berlebihan itu tidak diizinkan oleh agama."

Genta berteriak marah. "AGAMA, AGAMA, AGAMA TERUS YANG DIBAHAS!"

Bora memperhatikan Genta yang sudah agak dewasa mulai emosi sambil menunjuk tubuh kakaknya yang terbujur kaku di dalam peti. "Kalian mengagungkan agama, tapi apakah dengan agama yang kalian agungkan, kakakku bisa selamat dari orang-orang yang memukulnya? Aku tidak benci dengan agama! Tapi aku benci dengan orang-orang yang sembunyi di balik kata agama hanya untuk pembenaran pribadi!"

SKANDAL PUTRI PRESIDEN (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang