Setelah Fendi sudah mengingat masa lalu dan kucing kecil itu, dia segera menyuruh seseorang untuk mengambil tubuh kucing kecil dan membakarnya hingga menjadi abu.
Mungkin bagi orang lain, apa yang mereka lakukan adalah berlebihan tapi- bagi mereka yang sangat menghargai hubungan masa lalu, sangatlah berarti.
Bora bicara ke Fendi dengan nada sedih, sambil melihat dua guci abu kecil yang berdampingan. "Kadang kala manusia memberikan saran agar kita harus move on, melupakan masa lalu dan menjalani hidup dengan baik. Bukankah itu berarti kita harus melupakan jasa makhluk yang sudah menolong kita di masa lalu?
"Pantas saja ada yang mengatakan seekor anjing diberikan makan selama satu hari, akan mengingat pemberi makan selamanya tapi manusia yang diberikan makan selama satu tahun, akan melupakan penolongnya."
Fendi yang berdiri di samping Bora, menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Sebenarnya konsep yang kamu bicarakan tidak salah juga, tapi maksudnya bukan begitu."
"Lalu harus bagaimana?"
Fendi lemah mendapat tatapan sendu dari Bora dan memalingkan kepala Bora. "Ambil sisi positifnya saja."
Bora cemberut. "Hm-"
Fendi menarik tangan Bora, menjauh dari lemari kaca dan bertanya. "Apakah kamu tidak datang ke pemakaman Edwin?"
"Tidak, Mama dan keluarga Mama juga tidak hadir. Keluarga Om Edwin marah besar dan menyalahkan Mama yang ingin mengambil hartanya Om Edwin. Padahal si Om menjadi sukses kan berkat keluarga Mama." Bora semakin kesal jika mengingat keluarga itu kembali. "Aku tidak suka berkumpul dengan keluarga itu sejak dulu, mereka terang-terangan tidak menyukai aku."
"Oh."
***
Ike sudah selesai mengurus barang-barang di rumah dinas, barang milik Edwin dikembalikan ke rumah keluarganya sementara Ike menjual semua barangnya selama bersama Edwin.
Ike sudah mengajukan cerai, namun hakim belum resmi mengetuk palu, Edwin sudah meninggal.
Para penagih hutang datang bergantian untuk menagih hutang, Ike tidak pernah berhutang kepada siapa pun dan tidak pernah tahu apa yang dilakukan Edwin di belakangnya, dia tidak mau membayar hutang-hutang itu dan mengalihkannya ke keluarga Edwin.
Tentu saja keluarga Edwin tidak mau menanggungnya, marah dan menuduh Ike telah mengambil harta keluarga dan kabur.
Keluarga Rukmasara memutuskan menjadikan Bora sebagai kepala keluarga, mengingat Bora adalah istri sah Fendi. Keluarga Rukmasara pasti bisa dilindungi oleh keluarga besan.
"Saya mengurus anak sampai sukses, dia lebih peduli pada istri dan anak-anak dari pria lain, belum punya anak tapi uangnya habis untuk mereka. Kami selama ini diabaikan begitu saja!" Ucap ibu Edwin di hadapan para wartawan saat jumpa pers ketika muncul isu Edwin telah berhutang banyak dan tidak mau membayar. "Uang yang didapatkan Edwin, ya dihabiskan untuk mereka- istri dan dua anak haramnya!"
Keluarga Edwin sangat kesal dengan Ike yang melimpahkan hutang Edwin.
Kali ini netizen, tidak mau berkomentar banyak, mengingat dalam waktu dekat adalah sidang keputusan lanjutan untuk para pelaku perundungan di media sosial Bora. Namun, para pendukung Edwin berpikiran lain, mereka tidak takut dengan ancaman karena berlindung di ketentuan undang-undang dalam kebebasan berpendapat.
'Ternyata buah tidak jatuh jauh dari pohonnya. Sikap Bora mirip dengan Ike.'
'Yah, Ike jelas-jelas melupakan masa lalu bersama Edwin.'
'Istri laknat, dihukum Tuhan, halal darahnya untuk mati karena sudah menginjak harga diri suami!'
Bora tidak paham, kenapa tiba-tiba muncul komentar seperti itu. Para pendukung Edwin bertindak seolah-olah Ike adalah penjahat yang harus dihukum mati.
Bora mengirim banyak rekaman cctv mengenai kekerasan yang dilakukan Edwin terhadap Ike, dan juga beberapa perjanjian politik dan hutang yang dilakukan Edwin untuk dana kampanyenya.
Bern palsu bantu Bora, mendapatkan bukti bahwa Edwin menyuap sekelompok organisasi untuk menjatuhkan Aji, bahkan nama-nama netizen bayaran Edwin juga muncul.
Bora mengirimkan semua bukti itu ke semua media, dan tentu saja langsung diunggah oleh media, hanya satu perusahaan media yang tidak mengunggahnya karena ingin melindungi harga diri partai politik tertentu.
Dan media itu adalah salah satu stasiun televisi yang sudah membuat acara untuk menyudutkan Fendi.
Bora membuat pernyataan di media sosial seperti biasa, untuk melindungi keluarganya.
Media pers turut mengeluarkan berita terkait masalah yang dihadapi Mama saya terhadap suaminya yang sudah meninggal, Edwin. Tidak mengambil dua pandangan, dan hanya menyebar luaskan berita, berdasarkan asumsi publik yang populer. Saya melakukan hal yang sama lewat media pers, untuk mengeluarkan bukti-bukti bahwa almarhum telah melakukan kekerasan rumah tangga terhadap Mama saya.
Rupanya ada satu media yang tidak mau mengeluarkan bukti-bukti tersebut sama sekali, setelah saya usut- ternyata salah satu petingginya adalah pendukung Bp. Edwin. Yang menjadi pertanyaan saya di sini adalah- bolehkan media pers bersikap seperti itu?
Netizen yang membaca spontan menyerang akun stasiun televisi yang tidak menayangkan bukti-bukti yang dikirim Bora, dan hanya menyerang Aji melalui penghinaan terhadap keluarga dan beberapa debat tidak masuk akal lainnya yang bertindak sebagai oposisi.
'Sebenarnya aku tidak mempermasalahkan adanya debat politik, bahkan sampai mengkritik kinerja presiden. Hanya saja kalau sampai menghina keluarga dan menyudutkan Presiden untuk masalah yang tidak relevan, aku pikir harus dikaji ulang kembali stasiun televisi tersebut.'
'Ah, tidak. Aku dengar salah satu petingginya pendukung lawan politik Pak Aji. Kita tahulah bagaimana oposisi bekerja selama ini, selain meneriakkan politik identitas.'
'Ah, benar. Aku setuju dengan pendapat kamu.'
'Hahahaha- yang paling konyol adalah para pendukung sebelah selalu meneriakkan kata buzzer untuk yang tidak sependapat dengan mereka. Lalu jika mereka merasa tersudut, selalu mengatakan pemerintah Indonesia rezim. Padahal kita tahu konotasi rezim yang diucapkan pihak pendukung sebelah dimaksudkan negatif.'
'Dan sekarang para pendukungnya hanya bisa diam. Aku pernah berdebat mengenai kebijakan Pak Aji, tapi merekanya tidak terima. Disodorkan bukti, malah ngeyel seolah buta. Nah, sekarang siapa yang buzzer di sini.'
'Edwin terbukti membayar orang untuk menjelek-jelekkan Aji. Jika Bora bukan menantu pengusaha, dia tidak akan berani mengungkap semua keburukan Edwin, karena semua pihak pasti akan terlibat.'
'Benar.'
Pihak stasiun televisi yang hanya diam saja setelah mendapat kritikan tajam di media sosial, akhirnya buka suara terkait dengan salah satu petingginya.
Sebelumnya kami meminta maaf terkait keluarga Presiden yang tidak nyaman dengan pemberitaan di tempat kami. Kami sudah memutuskan untuk mengeluarkan dari stasiun kami, beberapa orang yang terlibat menangani acara tersebut dan semua acara yang mereka pegang tidak ada sangkut pautnya dengan kami.
Netizen terkejut. Stasiun televisi tersebut mencari kambing hitam dan cuci tangan.
Bora yang mendengar kabar itu, merasa tidak puas namun tidak bisa berbuat apa pun. Karena memang begitulah cara bekerja mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
SKANDAL PUTRI PRESIDEN (TAMAT)
RomanceSaat ulang tahun ke 17. Bora Zanitha Rukmasara harus menyaksikan anjing kesayangannya dibakar hidup-hidup oleh kedua saudara tiri. Satu tahun kemudian, anjing kesayangannya datang ke dalam mimpi dan menunjukkan masa depan selama satu bulan berturut...