Netizen semakin lama menekan Bora di media sosial dan bahkan ada yang berusaha mengambil akunnya.
Sistem yang mendapat peringatan, menunggu perintah dari Bora. Sementara yang bersangkutan membuat satu postingan berupa tiga foto.
Bora memeluk seekor anjing cokelat dengan memakai leash bertuliskan service dog, serta kalung bertuliskan Bern lalu foto selanjutnya tubuh gosong Bern yang sudah ditutup kain oleh dokter Ditya, foto selanjutnya adalah punggung Bora yang sedang melihat matahari.
Bora menuliskan postingan. 'Ketika manusia menekan manusia lain dengan menyiksa hal yang paling berharga di dalam hidup manusia lain.'
Postingan itu spontan membuat semua pecinta anjing di Indonesia menjadi heboh, bahkan pengikut Bora pun menjadi marah.
"Apakah itu Bern?"
"Pantas saja Bora tidak memasang foto Bern, apakah Bern disiksa?"
"Gila! Tidak masuk akal!"
"Siapa yang sudah menyiksa anjing manis kesayanganku?"
"Ah- sedihnya, kenapa Bern? Apakah dia dibakar hidup-hidup?"
"Tidaak! Kenapa mereka menyiksa Bern?"
Bora tersenyum sedih melihat komentar di media sosialnya berbalik simpati dengan menampilkan foto Bern. "Terima kasih dokter."
Ditya menepuk kepala Bora. "Tidak masalah."
Bora menghapus air mata lalu menyerahkan handphone ke Fendi. "Aku mau fokus dengan kuliah dan lomba selanjutnya, tolong urus bagian ini."
Fendi menerima handphone Bora tanpa mengatakan apa pun.
"Tadinya aku ingin mengumpulkan uang terlebih dahulu dan juga masuk kuliah hukum, tidak aku sangka, mereka yang mulai duluan. Ini saatnya membalas." Bora mengalihkan tatapannya ke Hendra. "Mohon bantuannya, kakak ipar."
Hendra melirik adiknya yang menatap cemas Bora. "Ya."
Inilah yang diinginkan Hendra sejak awal, Fendi kembali ke keluarga Tsoejipto. Berkat masalah Bora, adiknya sukarela masuk ke dalam keluarga.
Bora menatap Fendi. "Apakah kamu kesal?"
"Sedikit," jawab Fendi.
"Tidak perlu kesal, kita terpaksa melakukan ini. Jika ingin disalahkan, salahkan mereka yang sudah mulai duluan."
Fendi menghela napas lalu tersenyum, kadang kala Bora bisa berpikiran dewasa. "Ya."
Sekarang mereka berempat berkumpul di rumah sakit hewan, ruang kerja Hendra. Memikirkan strategi untuk melawan langsung Aji dan istrinya serta membalas dendam Bern.
Bora sebenarnya ingin melakukan sendiri, tapi dia menyadari kekurangan koneksi dan kekuatan untuk melawan papanya.
Hendra memberikan masukan ke Bora. "Kemungkinan besar kamu tidak akan nyaman saat di universitas, mahasiswa juga pasti akan menilai jelek kamu, Bora.
"Karena Fendi sudah kembali ke keluarga Tsoejipto, otomatis kamu bisa mendapatkan semua fasilitas keluarga kami. Kamu tidak keberatan 'kan Fendi?"
Fendi masih menatap istrinya. "Tidak masalah, aku percaya padanya."
Bora tersenyum sedih. "Terima kasih."
Fendi menepuk kepala istrinya dengan sayang. Saat bertemu Rina, yang ada di benaknya selalu nafsu, namun saat bertemu Bora, entah kenapa dirinya menjadi seperti anak kecil yang bebas dan kadang kala juga bisa diajak diskusi meskipun berakhir bertengkar atau pun bercanda.
KAMU SEDANG MEMBACA
SKANDAL PUTRI PRESIDEN (TAMAT)
RomanceSaat ulang tahun ke 17. Bora Zanitha Rukmasara harus menyaksikan anjing kesayangannya dibakar hidup-hidup oleh kedua saudara tiri. Satu tahun kemudian, anjing kesayangannya datang ke dalam mimpi dan menunjukkan masa depan selama satu bulan berturut...