"Keluarga Tsoejipto memiliki sejarah panjang dan juga bisnis tidak tergoyahkan. Hal ini dikarenakan mereka menjalin hubungan keluarga dengan beberapa orang yang aktif dalam kegiatan sosial dan juga politik. Anda sudah mengetahui hal itu dengan baik bukan?"
Bora dan Fendi hanya mengedipkan kedua mata ketika mendengar penjelasan panjang lebar dari guru, mengenai sejarah keluarga. Di hari minggu, bukannya libur atau bersenang-senang, mereka berdua malah belajar sejarah keluarga sementara yang di luar sedang berjuang melawan musuh Bora.
"Apakah ini penting?" tanya Bora. "Mempelajari sejarah keluarga, maksud aku."
"Sangat penting mempelajari dasar pengaruh keluarga, mengingat anda berdua akan menjadi wakil dari kepala keluarga dan istrinya."
Bora dan Fendi mengangguk lalu tidak lama terkejut. "Apa?!" teriak mereka berdua bersamaan.
"Apakah Tuan besar tidak mengatakannya kepada kalian?" Tanya guru.
Bora menggeleng. "Tidak, lagi pula aku hanya anak biasa yang tidak terlalu cerdas, aku juga memiliki penyakit anxiety."
Fendi ikut menggeleng. "Aku hanya pengacara biasa, tidak sehebat pengacara lainnya yang disewa kakak. Kenapa aku harus menjadi wakil dari kepala keluarga?"
Guru yang mengajarkan mereka berdua berdehem, untuk menghentikan keributan mereka. "Masalahnya adalah anda berdua cocok menjadi perwakilan dari kepala keluarga dan istrinya, selama mereka tidak ada. Sekretaris memang ada, namun mereka bukan keluarga dan tidak akan pernah paham masalah di dalam internal, mereka juga tidak perlu ikut campur."
Fendi dan Bora menjadi bingung.
Guru duduk di kursi dan menatap mereka berdua yang sudah memiliki meja masing-masing. "Tuan muda Fendi memang tidak suka menarik perhatian orang, berbeda dengan kedua kakak anda yang hebat. Anda sudah terbiasa berdiri di bayangan kakak anda, apakah anda ingin bersinar juga di masyarakat?"
Fendi menggelengkan kepala. "Tidak, aku hanya ingin bekerja dan mendapatkan uang untuk istri dan anakku."
"Nah, karakter anda sangat cocok untuk menjadi perwakilan kakak kedua anda. Toh, anda juga tidak akan pernah menghianati keluarga dan serakah, karena harta yang dikelola sekarang hanya sementara dan nantinya akan menjadi milik anak dari kakak pertama anda."
Fendi sudah tahu tentang hal itu, makanya dia mencari uang banyak dan memantapkan posisi untuk mendapatkan kekayaan serta kekuasaan, melindungi Bora. "Tidak masalah, yang terpenting selama aku menjalankan usaha keluarga, aku bisa mendapatkan banyak uang untuk istri dan anak-anakku."
Bora mengerutkan kening. "Kamu akan kembali ke Rina dan anak-anaknya?"
"Kenapa aku harus kembali ke mereka?" tanya Fendi ke Bora. "Aku sudah punya kamu."
"Bukankah cinta tidak bisa diubah begitu saja?"
"Cintaku sudah hilang semenjak dia melakukan threesome dengan pria lain," sahut Fendi dengan terus terang dan tanpa merasa malu.
Guru yang tadinya ingin mengajar sejarah lebih awal terlebih dahulu, mengubah strategi dengan mempelajari psikologis kedua muridnya. Ingin tahu kemana tujuan mereka berdua sebenarnya. "Jadi, kalian masih tidak tahu arah tujuan masa depan? Balas dendam hanya balas dendam, begitu saja?" tanyanya dengan tatapan penasaran. "Setelah balas dendam selesai, apa yang kalian lakukan? Jika balas dendam tidak tercapai, apakah kalian akan tetap memaksakan diri?"
Bora dan Fendi saling bertukar tatapan dan mulai memikirkan perkataan guru mereka, kelas yang tadinya ribut, berubah menjadi hening karena memikirkan pertanyaan sang guru.
Guru kembali melontarkan pertanyaan. "Sekarang, apakah kalian berdua tahu bahwa sebenarnya- kalian tidak memikirkan rencana yang baik. Sekarang saja di luar sedang memanas karena munculnya perdebatan tentang masa lalu Bora."
KAMU SEDANG MEMBACA
SKANDAL PUTRI PRESIDEN (TAMAT)
RomanceSaat ulang tahun ke 17. Bora Zanitha Rukmasara harus menyaksikan anjing kesayangannya dibakar hidup-hidup oleh kedua saudara tiri. Satu tahun kemudian, anjing kesayangannya datang ke dalam mimpi dan menunjukkan masa depan selama satu bulan berturut...