'Bora.'
"Hmm." Bora yang masih tertidur lelap merasa terganggu.
'Bora.'
Bora membuka mata ketika menyadari siapa yang memanggil lalu melihat di sekelilingnya gelap. "Bern?"
Tiba-tiba muncul cahaya di sekeliling Bora sekaligus layar dan juga sosok Bern.
Bora memeluk Bern lalu menatap mata anjing kesayangannya berbulu cokelat. "Apakah ini di dalam mimpi? Sudah lama kamu tidak datang, aku jadi merindukan kamu."
'Aku sengaja tidak datang karena kamu akhir-akhir ini lelah.'
Bora baru menyadari sekarang, beberapa hari belakangan terlalu sibuk mengejar hewan dan juga hadiah. "Aku- membutuhkan uang banyak, jadi tidak sadar-"
'Bora, apakah kamu tidak sedih?'
"Sedih?"
'Tulisan di media sosial tentang kamu dan pernyataan keluarga, apakah itu tidak menyakitkan hati kamu?'
Bora menggelengkan kepala. "Aku sudah terbiasa mendapat perlakuan kasar dari berbagai orang, perasaan aku tidak penting, aku harus membalas perbuatan mereka ke kamu."
Bern menggosokkan kepala di pipi Bora, untuk menghapus air mata. 'Bora aku memang tidak bisa memang berbohong.'
Bora yang sedari tadi menahan tangis, menatap Bern lalu memeluknya dengan erat dan menangis. "Memang hanya Bern yang paling paham perasaan aku."
Bohong jika Bora tidak merasakan sakit hati. Ayah kandung yang diharapkan melindunginya dari gangguan orang lain, lebih memilih lepas.
"Papa dan juga mama menganggap aku gangguan, padahal aku berpikir tidak mau menghalangi kebahagiaan mereka, tapi ternyata mereka-" Bora tidak tahu harus bagaimana lagi mengatakannya.
'Bora, apakah sekarang kamu ingin balas dendam?' Tanya Bern sambil menjauhkan dirinya dari Bora.
Bora menghapus air mata lalu mengangguk. "Aku sebenarnya sudah berpikir bagaimana membalas mereka, hanya saja keuanganku terbatas dan aku tidak bisa mendapatkan informasi lebih ba-"
Bora terdiam ketika melihat senyuman Bern. Benar juga!
Bora terlalu sering menggunakan sistem untuk mencari uang, sehingga melupakan fakta bahwa sistem yang dimilikinya bisa memberikan banyak informasi.
Layar di belakang Bern tiba-tiba menampilkan banyak kotak berisikan identitas.
Bora menjadi bingung. "Apa ini semua Bern?"
Senyum Bern menghilang dan digantikan menatap serius Bora. 'Identitas orang-orang yang menghina kamu, apakah kamu ingin menuntut mereka?'
Bora terpana, dia tidak menyangka anjingnya memiliki sifat yang sangat menakutkan. "Tu- tunggu Bern, bukankah berlebihan menuntut mereka semua? Aku rasa tidak perlu."
'Bora, mungkin kamu tidak akan tahu. Di masa depan, jika masih mempertahankan sifat tidak enak seperti itu, para musuh akan semakin suka menjatuhkan kamu. Kamu harus bisa membedakan sifat itu di waktu yang tepat.'
Tidak ada yang mengajarkan Bora tentang hal ini.
"Aku memang ingin membalas dendam pada mereka semua, tapi aku juga harus memantaskan diri untuk melawan mereka terlebih dahulu. Saat ini, aku tidak punya apa pun, hanya sedikit uang dan sertifikat. Aku juga tidak bisa menggunakan semuanya dengan benar."
'Bukankah kamu sudah menikah?'
"Ah, pria tua itu. Bukankah dia hanya berguna untuk masalah sepele? Dia bahkan tidak mau bekerja di bidang hukum seperti sebelumnya, aku jadi menyesal berkata sombong seperti itu. Mencari uang banyak terlalu melelahkan."
KAMU SEDANG MEMBACA
SKANDAL PUTRI PRESIDEN (TAMAT)
RomanceSaat ulang tahun ke 17. Bora Zanitha Rukmasara harus menyaksikan anjing kesayangannya dibakar hidup-hidup oleh kedua saudara tiri. Satu tahun kemudian, anjing kesayangannya datang ke dalam mimpi dan menunjukkan masa depan selama satu bulan berturut...