TANGAN SUAMI

116 17 1
                                    

Fendi mengetuk jari di atas laptop dan melihat semakin banyak netizen menyerang Bora. "Aku tidak mungkin menuntut mereka satu persatu kan? Tapi rasanya aku juga ingin mengejar mereka, sayang sekali kita harus mengeluarkan uang banyak, hanya untuk mendapatkan nama asli para pelaku perundungan."

"Biasanya yang melakukan itu ibu-ibu rumah tangga, pengangguran atau anak muda yang nggak punya otak," jawab Arka dengan santai. Siang ini mereka sedikit bersantai setelah bekerja keras dengan Hendra. "Jadi, Om akan tetap menambah pabrik lagi?"

"Ya." Angguk Arka. "Aku sedang memilah pabrik pengalengan mana yang akan aku akuisisi."

"Untuk membuat makanan hewan?"

"Ya. Aku akan membuat dua versi. Versi murah dan juga premium."

"Apakah Om yakin? Maksud aku- sekarang saja banyak merek dari luar negeri yang invasi ke Indonesia, bagaimana bisa bersaing dengan mereka?" Arka sebenarnya senang dengan rencana si om, tapi masalahnya adalah apakah makanan itu bisa diterima oleh masyarakat.

"Aku sudah meneliti duluan. Di saat pandemi, harga makanan hewan menjadi mahal karena berbagai faktor, salah satu faktornya adalah masalah kontainer pengiriman, karena makanan tersebut didatangkan dari luar negeri, pet shop juga banyak yang menjamur. Aku tidak ingin menyia-nyiakan bisnis ini."

Kedua mata Arka menyipit curiga. "Apakah Om akan memberikan bisnis ini ke istri Om?"

Fendi mengakuinya tanpa malu. "Ya."

"Bukannya dia ingin menjadi pengacara?"

"Setidaknya aku bisa memberikan saham untuk dia."

Arka mengangguk setuju. "Ah-"

"Bora memiliki pemikiran idealis di tengah masyarakat yang tidak bisa menerima ide darinya. Sebagai suami, aku hanya bisa memberikan dukungan yang terbaik untuknya."

Arka menaikkan salah satu alis. "Jadi, Om rela memberikan apa saja kepada Bora- asalkan dia mau berusaha sedikit keras?"

"Aku tidak terlalu suka bergantung pada keluarga, suatu hari nanti- kamu yang akan menguasai tempat ini, dan aku hanya ingin menikmati masa tua bersama Bora," sahut Fendi.

"Ternyata ada yang sedang jatuh cinta sekarang."

Fendi tertawa renyah. "Aku memang kagum karena keberaniannya melamar diriku, tapi aku jatuh cinta karena dia berani menyodorkan dirinya kepadaku, meski pun tahu aku tidak terlalu peduli dengan cinta."

"Bagaimana dengan istri Om yang ketua ham itu?"

"Aku sudah mengirimkan surat cerai secara tidak sopan, selama ini aku sudah berkorban banyak kepadanya- sekarang giliran aku yang membalas."

Arka tersenyum. "Dulu aku sedikit kesal sama Om, yang bersikeras tidak ingin keluar dari penjara meski pun kami bersedia membayar berapa pun, tapi ternyata Om mau keluar karena seorang wanita, Tidak apa, selama hidup Om sekarang bahagia. Aku ikut bahagia."

"Terima kasih, Arka."

Arka mengangguk. "Om tanpa sadar memiliki pemikiran idealis juga seperti Bora, tidak hanya Om saja, Om Hendra dan tante Ratna juga memiliki pemikiran yang sama. Sayang sekali aku sudah tidak bisa berpikiran idealis, cukup istriku saja yang melakukannya."

Fendi menaikkan salah satu alis, menunggu inti dari pembicaraan keponakannya.

"Aku akan mendukung dan juga memberikan suntikan dana, jika kalian membutuhkannya. Selama kalian berdua masih mau menjadi keluargaku."

Dengan kata lain, Fendi dan Bora harus menjadi pendukung Arka dalam kondisi apa pun.

Fendi tidak keberatan dan Bora juga sempat membahasnya, selama mereka berdua mendapatkan keuntungan demi bisa menjalankan pemikiran idealis mereka, tidak menjadi masalah. "Aku tidak masalah, istriku juga."

SKANDAL PUTRI PRESIDEN (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang