"Tapi kamu bisa pulih dengan cepat, mengingat ada kepentingan yang harus kamu lakukan." Hendra mengembalikan catatan kesehatan Bora dan mengusir perawat itu.
"Apa yang harus saya lakukan?"
Setelah perawat menutup pintu, Hendra menunduk dan menatap Bora. "Bukankah kamu punya cheat yang sangat menguntungkan?"
"Cheat?"
"Semacam kekuatan atau berkah yang diberikan oleh Bern."
Bora menatap lurus Hendra. "Selain itu? Tidak ada lagi alternatif lain?"
"Apakah cheat yang diberikan tidak berguna?"
Bora mengalihkan tatapan. "Dibilang berguna sih iya, tapi tidak terlalu berguna untuk melihat kondisi kesehatan. Karena itu-"
Hendra angkat tangan untuk menghentikan cerita Bora. "Oke, cukup. Lebih baik kamu simpan sendiri cheat tidak berguna itu."
Bora cemberut.
"Karena tidak terlalu berguna, yang bisa saya lakukan hanya memberikan resep obat dan juga- kamu harus selalu mengunjungi saya."
"Baik."
"Tidak ada berita mengenai kamu jatuh dari tangga, papa kamu melindungi keluarga barunya. Bagaimana perasaan kamu?"
"Bagaimana dengan mama? Apakah mama tahu?" Tanya Bora yang meskipun merasa percuma bertanya pada Hendra tapi tetap menanyakannya. "Anda pasti tidak tahu, bukan? Mama selalu terlambat menanyakan kabar."
Hendra menghela napas panjang. "Jika kamu ingin balas dendam, kamu harus kuat melawan mereka- termasuk orang tua sendiri, Bora. Aku tidak mengajarkan kejelekan tapi faktanya bisa kamu lihat dan rasakan sendiri."
Bora menatap sendu Hendra. "Terima kasih."
"Besok kamu bisa pulang, papa kamu akan jemput dan- kamu mau kemana?"
Bora turun dari tempat tidur. "Tidak ada gunanya istirahat. Aku akan pulang sekarang."
"Bora-" Hendra memanggil Bora.
Bora keluar dari kamar, mengikuti tanda merah di sistem yang tiba-tiba muncul.
Hendra mengikuti Bora dari belakang. "Bora!"
Bora berhenti dan memencet tanda merah itu, muncul informasi. Jantungnya berdebar ketika melihat informasi yang muncul.
Hendra ikut berhenti dan berdiri di belakang Bora. "Ada apa, Bora?"
Bora menarik tangan Hendra dan berhenti di dekat tiang, mereka melihat keluarga mama Bora berhadapan dengan papanya.
Hendra mengerutkan kening. "Panjang umur, keluarga mama kamu datang."
"Kenapa bisa mereka datang?" Tanya Bora dengan heran.
Hendra bisa mendengar percakapan mereka di lobby.
"Kemarin aku menghubungi Bora, dari cara dia bicara- dia tidak ingat sama sekali kalau sudah bunuh diri. Apa yang kamu lakukan terhadapnya?"
"Apakah dia mengadu? Dasar tukang pengadu!"
Mama Bora menatap tajam ibu tiri Bora. "Jangan ikut campur urusan kami!"
Ibu tiri Bora tidak terima. "Aku sudah menikah-"
"Kalian hanya menikah di bawah tangan, tidak bisa menikah secara sah." Ejek mama Bora.
Ibu tiri Bora menatap kesal mama Bora. "Karena ulah kalian- kami tidak bisa meresmikan pernikahan."
Mama Bora menertawakan ibu tiri. "Hah! Seorang wanita kelas rendah yang bermimpi menjadi orang kaya!"
Papa Bora menengahi mereka berdua. "Sudah! Cukup! Jangan bertengkar untuk hal yang tidak penting!"
KAMU SEDANG MEMBACA
SKANDAL PUTRI PRESIDEN (TAMAT)
RomanceSaat ulang tahun ke 17. Bora Zanitha Rukmasara harus menyaksikan anjing kesayangannya dibakar hidup-hidup oleh kedua saudara tiri. Satu tahun kemudian, anjing kesayangannya datang ke dalam mimpi dan menunjukkan masa depan selama satu bulan berturut...