Aji terperanjat mendengar jawaban kepala sekretariat. "Benarkah? Aku kira dia tidak akan peduli lagi kepadaku."
Senyum kepala sekretariat hilang. "Kenapa anda-"
Aji mengalihkan tatapannya karena malu, merasa jadi orang bodoh. "Lupakan, aku minta maaf sudah mengganggu kamu seperti sekarang ini."
"Anda baik-baik saja? Sudah sewajarnya anda terkejut dengan tindakan mereka, anda juga bisa menuntut para pelaku dengan pasal penghinaan terhadap Presiden."
Aji tersenyum sedih. "Tidak perlu, biarkan saja mereka."
"Tapi para pendukung anda pasti tidak terima."
"Jika aku melaksanakan tuntutan, masyarakat akan terpecah belah dan aku tidak ingin ada sesuatu yang terjadi. Biarkan saja."
Kepala sekretariat menghela napas. "Seandainya masyarakat tahu jalan pikiran anda-"
"Di luar sana memang ada banyak orang baik, tapi jauh lebih banyak orang egois. Aku tidak mau orang baik terkena imbasnya, hatiku memang sedih tapi jika aku tidak mendapatkan masalah seperti ini, aku mungkin tidak akan pernah tahu kalau Bora masih peduli dan Harsa bersedia datang serta mencurahkan segalanya." Aji tertawa lalu memeluk Harsa dengan sedih. "Sudah berapa tahun aku tidak menggendong anak ini? Bahkan berat badannya tidak aku rasakan sama sekali."
Kepala sekretariat tersenyum melihat mata berkaca-kaca atasannya. "Yah, memang ada sisi positif yang bisa kita ambil dari setiap masalah."
Aji tertawa lalu berjalan menuju mobil, dia tidak tahu bahwa keluarga Tsoejipto memang sengaja masuk serta mengambil kesempatan untuk meluluhkan hati presiden.
Malam ini memang banyak kekacauan, namun lebih kacau lagi di media sosial, Yuni posting foto dan kalimat yang menyayat hati.
Saya sudah melihat akhir perdebatan tadi, saya ingin mendukung suami di sana, tapi apa daya- kami memutuskan jaga jarak atas permintaan suami.
Yuni yang tidak puas dengan postingan tersebut, kembali membuat postingan untuk menarik simpati masyarakat, termasuk foto-foto menyedihkan Bora.
Saya tidak tahu telah salah melakukan apa selama ini, sampai dia tega membuat kekacauan seperti itu dan membuat hubungan saya dengan Pak Aji merenggang.
Yuni menampilkan foto-foto Bora yang meringkuk ketakutan, seolah membuat drama serta video Bora yang menjerit, menangis sekaligus meneriakkan Bern.
Ada salah satu tamu yang digigit anjing Bora, tentu saja tamu tersebut menjadi marah dan meminta anjing tersebut dihukum. Kami tidak ingin anjing tersebut menyakiti orang lain, apalagi saya khawatir dan mendengar isu rabies.
Postingan Yuni yang memojokkan Bora, mendapat tanggapan dari kalangan pecinta anjing. Salah satu postingan yang menarik perhatian masyarakat adalah edukasi mengenai service dog.
Service dog bertugas untuk membantu menangani pasien yang menderita serangan panik atau berkebutuhan lainnya, mereka memiliki karakter yang tidak mudah terkejut pada hal baru, menahan rasa sakit dan juga fokus mendukung tuannya.
Pernah ada kasus service dog di luar negeri, penuntun tuannya yang buta. Suatu hari anjing itu berjalan dengan aneh, sebagai tuan- tentu saja membawa service dog ke dokter hewan karena merasakan ada sesuatu yang tidak biasa, betapa terkejutnya dia ketika dokter beritahu bahwa service dog dia mendapat luka di sekitar salah satu mata karena sundutan rokok, kakinya disabet sampai berjalan pincang, dan berbagai macam luka lainnya.
Service dog itu hanya diam dan tetap menuntun tuannya dalam keadaan luka. Untuk teman-teman yang tahu karakter anjing- pasti paham, siapa iblis di tengah masyarakat.
Kita kembali ke kondisi tiga anak presiden yang harus membutuhkan service dog. Bora menderita anxiety disorder, Harsa menderita narkolepsi sementara Genta menderita epilepsi. Diantara tiga anak ini, apakah ada orang yang menyadari penyakit mereka? Tidak! Mereka hanya akan dianggap aneh, bohong, pemalas dan mencari perhatian. Karena itulah mereka bertiga bersandar pada seekor anjing.
Yang patut dicatat di sini, kenapa ketiga anak sangat bersandar pada hewan? Karena kita bisa melihat contoh nyata langsung seorang ibu tiri ingin merundung anak tirinya dengan membuat narasi saat si anak tiri sakitnya kambuh.
Spontan netizen yang membaca itu, setuju dengan pendapat netizen tersebut dan menyerang akun Yuni.
Yuni tidak menyangka akan mendapat serangan seperti itu, dia bertanya kepada Akmal, karena Laras sibuk bersama teman-temannya. "Ada apa ini? Kenapa mereka malah menyerang akun Mama?"
Akmal yang baru pulang dari tempat kuliah dan lelah, melihat berbagai macam komentar ditujukan ke Yuni, mulai tersulut emosi. "Kenapa ini?"
Yuni menggeleng dengan kedua mata yang ingin menangis. "Tidak tahu, tiba-tiba saja mereka begitu ketika Mama membahas masalah Bora."
Akmal sejak awal bertemu, sangat membenci Bora tapi tidak pernah menunjukkannya. Dia lebih banyak diam, namun jika kesal- dia akan menyakiti Bora, karena anak perempuan itu tidak pantas memiliki ayah kandung sebaik Aji.
Akmal tidak tahu kalau Bora pernah dipukul oleh Aji, dia hanya tahu Aji selalu memanjakan anak pendiam itu.
Akmal membuat postingan terkait dengan Bora dan menunjukkan foto Bora bersama Bern.
Pada awal kami bertemu, dia merupakan anak baik dan manis. Lalu entah kenapa, dia mulai menunjukkan watak aslinya. Lihat ini, kami foto sekeluarga, tidak mempermasalahkan adanya Bern. Masalah najis dan lainnya di video waktu itu, karena ungkapan kekesalan kami terhadap anak manja yang tidak ingin kehadiran ibu dan saudara tiri.
Akmal yang tidak tahu titik permasalahan, melindungi ibunya tanpa mencari tahu letak masalahnya.
Netizen menjadi gempar dengan postingan Akmal yang terlihat tidak tahu malu.
Laras yang sedang keluar bersama lima teman dekatnya, kembali dari kamar mandi dan melihat pesanan makanannya sudah datang, wangi harum makanan membuat perut lapar.
Kelima teman Laras saling bertukar tatapan serta saling menyenggol, untuk menanyakan berita yang sedang heboh.
Salah satu teman yang memakai dress berwarna merah dan rambut blonde, memberanikan diri untuk bertanya. "Laras, apakah kamu sudah tahu kalau Presiden dilempar tomat dan diberikan kartu kuning?"
Laras mengangguk. "Ya, aku tahu dan tidak mau tahu. Itu ulahnya sendiri dan juga resiko menjadi Presiden."
"Apakah kamu tahu juga postingan Mama kamu?"
"Ya, aku tahu. Kenapa?"
"Dia menyerang Bora, adik tiri kamu?"
Laras tertawa. "Mamaku tidak mungkin melakukan hal yang memalukan."
"Adik kamu, juga menulis di media sosialnya."
Laras mengalihkan tatapannya ke teman yang lain. "Adik aku? Akmal?"
"Ya. Netizen sekarang menyerang mereka berdua. Coba kamu cek di handphone, apakah memang itu mereka atau karena handphonenya diretas orang lain."
Laras membuka media sosialnya dan terkejut. Akmal dan mamanya membuat postingan tidak penting untuk menyerang Bora. "Wtf, apa yang mereka berdua lakukan sekarang? Apakah mereka berdua punya otak?"
Kelima teman Laras menjadi bingung dengan reaksinya
"Laras, tenang dulu. Habiskan makanan kamu."
"Jangan emosi, Laras."
"Ayo kita berpikiran dingin."
Sementara dua teman lainnya hanya takut melihat wajah marah Laras.
KAMU SEDANG MEMBACA
SKANDAL PUTRI PRESIDEN (TAMAT)
RomanceSaat ulang tahun ke 17. Bora Zanitha Rukmasara harus menyaksikan anjing kesayangannya dibakar hidup-hidup oleh kedua saudara tiri. Satu tahun kemudian, anjing kesayangannya datang ke dalam mimpi dan menunjukkan masa depan selama satu bulan berturut...