Yuni, Laras dan Akmal masih belum paham apa yang dimaksud Fendi, mereka bertiga tidak berani bertanya, takut diusir seperti Rina. Namun, meskipun mereka bertiga tidak berani menyinggung Fendi, mereka lupa bahwa Bora adalah istri dari Fendi.
Fendi memperlakukan hal yang sama seperti Rina, mengusir mereka bertiga keluar dari pesta, tentu saja wartawan di luar menjadi bingung dan mendekati mereka bertiga.
"Ibu, kenapa Ibu dikeluarkan seperti itu?"
"Apakah ada masalah?"
Wartawan lain yang mengikuti lewat media sosial grup Tsoejipto, terkejut ketika melihat acara live. "Oh, Pak Aji menceraikan Ibu."
Wartawan di luar ruangan sontak menoleh ke wartawan itu lalu ke Yuni, Laras dan Akmal yang berusaha berdiri dan kabur dari tempat itu, sayangnya wartawan cepat menghalangi dan mewawancarai mereka, tidak ada perlindungan sama sekali, bahkan ajudan pun tidak ada.
Tidak lama grup Tsoejipto mengumumkan nama-nama dan akun media sosial orang yang sudah merundung istri dari Effendi Tsoejipto, CEO baru Tsoejitpto grup. Netizen menjadi panik dan berbondong-bondong menghapus jejak digital yang mereka lakukan, ada juga yang langsung mengganti nama akun atau menutup akun miliknya, sebagian orang-orang bodoh yang merasa dirinya pintar menertawakan kelakuan orang-orang yang panik.
'Yang membully Bora satu Indonesia, apa mereka mau menangkap seluruh masyarakat Indonesia?'
'Mana nih Pak Aji? Anaknya dihina karena kelakuan sendiri, tapi yang disalahkan dan ditangkap malah netizen?'
'Rezim! Makanya aku tidak pernah memilih dia! Tolol!'
'Hahahaha- rasakan kalian, buzzer-buzzer pemuja Aji. Mereka mulai mencari mangsa.'
'Kritik dibungkam, hak asasi manusia diabaikan.'
'Turunkan Presiden sekarang!'
'Rezim Aji membuat rakyat tidak bisa mengutarakan pendapatnya!'
'Kita telah dibungkam oleh orang-orang yang berkuasa!'
Lawan politik Aji di media sosial pun mulai bertebaran tentang rezim sekaligus Aji yang sudah melawan hak asasi manusia. Termasuk Edwin yang mulai frustasi karena tidak bisa menghubungi Ike dan keluarganya sama sekali, padahal dia membutuhkan dukungan mereka. Kecemburuannya semakin besar ketika melihat acara live pesta keluarga Tsoejipto sekaligus pengusiran yang dilakukan mereka.
Awalnya yang menonton hanya sedikit karena merasa tidak berguna sama sekali menonton acara orang kaya, namun ketika para wartawan yang menunggu di luar melihat pengusiran Rina, Yuni, Laras dan Akmal di luar, mereka langsung melihat akun live group. Sementara netizen menjadi tertarik karena ancaman yang dikeluarkan keluarga Tsoejipto, bahkan salah satu netizen menyodorkan bukti ke media sosialnya.
'Aku tidak tahu kalian percaya atau tidak, tapi ibu aku ditangkap polisi. Ya, polisi mendobrak masuk ke dalam rumah dan kami disodorkan bukti bahwa ibu menghina Bora dan ikut merundungnya. Aku dan adik tidak percaya, tapi kita bisa buat apa? Ayah juga kaget, ternyata Ibu main media sosial seperti itu. Sekarang Ibu menangis dan menyesal, tidak akan mengulanginya.'
'Aku juga sama, suamiku ternyata merundung Bora. Handphone disita dan anak kami masih kecil, aku mohon ke polisi untuk tidak membawa suami, karena besok harus kerja. Hukum memang tumpul ke bawah, tajam ke atas.'
'Aku kagum dengan Bora dan mengikuti akun dia saat bersama Bern- aku tahu perundungan itu salah, begitu tahu adikku yang bodoh dan hanya masih smp, dibawa polisi malam-malam. Aku tidak bisa berbuat apa pun, karena memang itu kesalahannya. Orang tua aku menangis tapi tidak bisa mengatakan apa pun karena bukti sudah jelas.'
'Menyeramkan, ternyata banyak yang merundung Bora dan ditangkap ramai-ramai. Tetangga aku yang perempuan dan tukang nyinyir satu kompleks, ternyata salah satu perundung Bora di media sosial, dia juga yang suka membuat sengsara tukang paket. Rasakan itu hahahaha-'
'Sama, aku pikir ada apa ramai-ramai di malam hari seperti ini, polisi datang menggerebek rumah pak rt. Ternyata bu rt yang suka ghibah, ditangkap polisi. Satu kampung menjadi heboh, sampai pak rt panggil preman kampung buat menghalangi. Alhamdulillah- Pak Polisinya menangkap preman meresahkan juga.'
Banyak pro dan kontra terkait penangkapan para perundung Bora, lawan politik pun ikut kena dan meneriakkan kalimat rezim di televisi, membuat stasiun televisi sibuk menyuruh para wartawannya keliling meliput.
Para tamu undangan di dalam ruangan tidak mengetahui apa yang terjadi di luar, mereka kembali menikmati pesta yang mewah, menjalin hubungan baik dengan Fendi dan Bora. Di dalam hati diam-diam bersyukur tidak terlibat dengan perundungan itu. Namun, begitu keluar dari ruangan, sebagian tamu terkejut karena keluarganya sudah ditangkap polisi, terkait perundungan terhadap Bora.
Namun wartawan meliputnya seolah acara sukses, mewah dan meriah. Tidak ada yang berani berkata buruk, karena takut ditangkap.
***
Beberapa hari kemudian, grup Tsoejipto mengucapkan selamat di media cetak terkait Fendi yang menjadi CEO serta Bora yang berhasil sembuh dari penyakit anxiety-nya, ditampilkan juga catatan kesehatan Bora dari muda sampai sekarang. Sebagian rakyat Indonesia yang awalnya tidak percaya, mulai percaya dan tidak ada yang berani menjelek-jelekkan Bora.
'Aku tidak mau ditangkap.'
'Aku juga.'
'Mau dibilang rakyat dibungkam pun, tetap saja yang salah, yang merundung.'
Fendi tidak hanya menangkap para perundung Bora, tapi juga Rina yang sudah berhasil menipunya selama bertahun-tahun, Yuni, Akmal dan Laras. Semuanya ditunjukan dengan bukti, melalui pengacara dan juru bicara, bahkan sebagian di up di media sosial.
Fendi tidak main-main dengan ancamannya, dia akan melakukan apa pun yang terbaik untuk melindungi Bora.
Sementara Ike juga memutuskan untuk mengakhiri hubungan dengan Edwin, dia tidak mau pulang ke rumah suaminya dan hanya ingin bersama ketiga anaknya. Fendi terpaksa menambah satu ruang untuk ibu mertuanya. Namun, yang membuat dia kesal adalah kehadiran Aji yang merasa tidak adil dengan aturan Fendi.
"Ike, bisa tinggal di rumah ini. Kenapa aku tidak?" tanya Aji dengan menunjukkan raut wajah sedih.
Fendi mendengus kesal. "Pa, Papa bisa tinggal di istana khusus Presiden."
"Aku Presiden? Aku mengizinkan kamu memanggil aku Papa, dan sekarang kamu menganggap aku Presiden?"
"Pa, Papa sudah bercerai dengan Mama. Kalian tidak bisa tinggal di satu atap yang sama." Bora membantu Fendi untuk mengusir Aji dari rumah.
Aji menatap sedih Bora. "Apakah sekarang Bora mengusir Papa? Bora masih belum memaafkan Papa?"
Bora tidak bisa berkata-kata. "Papa-"
"Aku hanya ingin bersama anak-anakku saja, apa aku salah?"
"Bagaimana dengan pekerjaan Papa?" tanya Fendi yang memijat keningnya.
"Tidak masalah, kan tempat ini dekat dengan ruang kerja Presiden. Atau kalian semua tinggal dengan Papa saja?" tanya Aji yang masih berharap keluarganya bisa harmonis, meskipun tidak utuh seperti semula. "Apa salahnya Papa juga tinggal di tempat seperti ini?"
Ike yang masih duduk di kursi roda, menggerakkan kursi roda untuk mendekat ke Bora dan Fendi. "Masih ada kamar, tidak apa kan dia istirahat di sini? Kasihan."
Fendi menoleh ke Ike. "Mama tidak apa kalau ada Papa di sini?"
Ike tersenyum, menunjukkan giginya yang ompong. "Tidak masalah, dia tidak akan membuat ulah. Lagi pula kami sudah tidak mau menjalin hubungan asmara lagi, lebih baik mengurus anak-anak yang bisa diurus."
Bora dan Fendi saling bertukar tatapan lalu menyerah, biarkan sang presiden tidur di rumah mereka. Mungkin bagi orang lain merasa terhormat, namun bagi anak dan menantu Presiden, merupakan beban yang harus mereka hadapi di masa depan.
KAMU SEDANG MEMBACA
SKANDAL PUTRI PRESIDEN (TAMAT)
RomanceSaat ulang tahun ke 17. Bora Zanitha Rukmasara harus menyaksikan anjing kesayangannya dibakar hidup-hidup oleh kedua saudara tiri. Satu tahun kemudian, anjing kesayangannya datang ke dalam mimpi dan menunjukkan masa depan selama satu bulan berturut...