KEPALA SEKRETARIAT NEGARA

110 19 2
                                    

Aji tertekan di ruang kerjanya ketika mendapat laporan mengenai postingan media sosial Bora terkait Bern. "Apakah dia masih mengingat anjing itu? Kenapa? Bukankah aku bisa membelikannya lagi?"

Kepala sekretariat negara adalah orang yang logis dan tidak mudah terpengaruh dengan pendapat orang lain, masalah mengenai Bora pun tidak terlalu ikut campur karena dia baru masuk awal masuk bekerja di bawah perintah presiden. "Apakah ada masa lalu yang membuat anak itu trauma sehingga membutuhkan service dog?"

"Bagaimana kamu tahu Bern itu service dog?"

"Saya melihatnya di media sosial putri anda."

"Dia hanya berlebihan, mental lemah. Biasalah anak muda zaman sekarang suka mengkaitkan semua hal dengan mental health."

"Apakah anda tidak percaya pada putri anda sendiri?"

"Bagaimana bisa aku tidak percaya pada Bora? Dia darah daging aku."

"Dari perkataan anda, saya menilai anda tidak terlalu percaya pada Bora."

"Aku tidak peduli kamu percaya atau tidak, yang pasti aku sudah memberikan semua kebutuhan terbaik Bora."

"Sejak kapan?"

"Apa?"

"Sejak kapan anda peduli pada kehidupan putri anda? Sekarang saya tanya, kebutuhan terbaik apa yang anda berikan ke putri sulung anda."

"Tentu saja, uang." Aji menjawab dengan cepat.

"Selain uang?"

Aji coba mengingat semua permintaan Bora.

"Anda tidak bisa mengingatnya?"

Aji menghela napas panjang. "Aku sibuk bekerja, tentu saja aku tidak mengingatnya. Aku sudah menyerahkan segalanya kepada Yuni."

"Pak Presiden, saya boleh menasehati anda satu hal, sebelum anda jatuh ke jurang yang lebih dalam lagi."

"Apa maksud kamu? Aku tidak paham." Aji semakin pusing dengan permintaan kepala sekretariat negara. "Mumpung kita belum rapat dengan menteri lainnya, kamu bisa berikan aku masukan."

"Sebelumnya saya minta maaf jika berkesan ikut campur urusan rumah tangga anda, Presiden. Menurut saya, tulisan anda di media sosial, terkait dengan putri sulung anda, sangat tidak pantas dan terkesan buru-buru klarifikasi."

Aji mengerutkan kening. "Istri aku yang memberikan masukan, aku pikir sah saja karena Bora memang anak yang bermasalah."

"Siapa yang mengatakan putri anda bermasalah?"

"Siapa lagi? Istriku." Aji menjawab cepat, lalu kembali merenungkannya.

"Bora adalah anak tiri istri anda, apakah dia peduli pada kehidupan putri anda?"

"Tentu saja dia peduli."

"Presiden, saya sarankan anda untuk tidak terpengaruh dengan teman bantal anda. Anda bisa kehilangan posisi jika tetap melakukannya. Saat ini mungkin para pendukung anda menyerang Bora dan memuja anda. Namun, jika putri sulung anda menyerang balik, publik akan menilai anda adalah Ayah yang buruk untuk anak penderita anxiety disorder.

"Suatu saat, publik atau pun lawan politik anda akan mencari tahu penyebab putri anda menderita hal seperti itu. Saya sudah mengamankan semua bukti percakapan putri sulung anda terkait kekerasan rumah tangga."

"BUKAN AKU YANG MELAKUKAN! SEMUA GARA-GARA WANITA ITU!" Teriak Aji tanpa sadar. "Aku berusaha keras menjadi menantu Rukmasara, tapi akhirnya apa? Wanita itu memunggungi aku. Tentu saja wajar jika aku mencari kehangatan yang lain, lalu dia tidak terima dan menceraikan aku!"

SKANDAL PUTRI PRESIDEN (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang