PERCAKAPAN INTIM

130 14 0
                                    

Bora menyipitkan kedua mata ketika melihat suaminya makan malam dengan anggun. Gesture orang kaya lama memang tidak bisa diragukan, jika diberikan hal yang tepat.

Malam ini Fendi minta makan malam berdua di salah satu rumah milik keluarga Fendi dan duduk berhadapan dengan berbatas meja, berbeda di tempat kos, duduk berjejer sambil menonton televisi.

Fendi tanpa melihat Bora, tahu dirinya sedang ditatap, bertanya. "Apakah kamu terkesima sekarang? Melihat suami yang tampan?"

Bora memutar kedua bola mata lalu kembali melanjutkan makan, dia bukan Fendi yang ahli makan menggunakan sendok dan garpu tanpa suara. "Ternyata kamu bisa table manner juga, ya?"

"Istri pertamaku tidak pernah bertanya soal itu, sekarang jika dipikirkan kembali- Rukmasara merupakan keluarga keturunan bangsawan, mereka terlalu pemilih untuk menantu-"

Bora menggoyangkan sendoknya dengan santai. "Itu karena orang tuaku terlalu sibuk bekerja, dan aku sibuk healing di rumah. Tidak ada pelajaran tata krama."

"Apakah kalian tidak pernah kumpul keluarga?"

"Oh, pernah kok. Sering malah, cuma-" Bora menggaruk pipinya dengan canggung. "Mereka semua lebih banyak menghindari aku dan kedua adik."

"Kenapa?" Selidik Fendi.

"Karena papa kami tidak masuk kriteria orang yang bisa mereka dekati, yah memang terlihat baik dan sopan sih- tapi ya gitu-" Bora tidak melanjutkan kalimatnya lagi dan hanya mengangkat kedua bahu dengan santai. "Selain itu, ada tradisi kalau suami yang mendidik anak, bukan istri. Papa tidak begitu paham tentang tata krama, jadinya dialihkan ke pekerjaan untuk kabur."

Fendi menjadi tertarik. "Kenapa?"

"Apanya?" Tanya Bora yang masih tidak paham.

"Bukankah keturunan bangsawan itu selalu mengagungkan anak laki-laki? Selain itu, kebanyakan mereka menyerahkan pendidikan anak ke wanita."

Bora meletakkan sendok. "Begini, di zaman dahulu kala. Para bangsawan entah dari kerajaan mana, percaya bahwa seorang wanita yang mendidik anak, tidak akan menjadi anak pintar."

Fendi baru mengetahui hal itu.

"Di sisi lain, ada juga keluarga bangsawan yang lebih menghormati wanita, karena wanita melahirkan keturunan dan juga kecerdasan anak berasal dari wanita."

Fendi langsung paham. "Akhirnya keluarga Rukmasara mengambil jalan tengah, supaya mereka menghasilkan anak yang berkualitas, maka pria ditugaskan mendidik supaya bisa menghasilkan anak berkualitas."

"Tepat sekali. Sayangnya orang tua aku terlalu sibuk dengan kegiatan masing-masing, jadinya aku dan dua adik, tidak pernah mendapatkan pendidikan apa pun."

"Ada keluarga lain, terutama kakek dan nenek. Kenapa mereka tidak mengajarkan kalian bertiga?"

"Mereka tidak akan ikut campur selama orang tua masih hidup. Bagi mereka, ikut campur mendidik anak orang lain merupakan larangan. Lebih tepatnya aku tidak paham."

Fendi merasa cocok menjadi calon menantu keluarga Rukmasara. "Lalu alasan kamu masih memakai nama keluarga Ibu kandung, meskipun terpisah karena- Papa kamu lebih rendah kedudukannya dari Mama kamu?"

"Seratus untuk kamu." Bora mengangkat jempol dengan senang.

"Bukankah mereka berdua sudah cerai?"

"Ah, itu karena Papa mendapat kompensasi dari keluarga Rukmasara,  intinya sih karena kasihan dan tahu Papa masuk dunia politik."

"Kenapa kasihan? Bukankah mereka harusnya bangga?" Tanya Fendi yang masih tidak paham sambil menuang wine ke gelasnya.

Bora menjadi tidak fokus, memperhatikan botol wine di tangan suaminya. "Boleh aku coba?"

SKANDAL PUTRI PRESIDEN (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang