Part 9 - Sehat dan Bahagia

1.2K 114 18
                                    

Hari sudah berganti, semua adik Jin masih setia menemani Jin di rumah sakit

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari sudah berganti, semua adik Jin masih setia menemani Jin di rumah sakit. Abang mereka masih belum sadar, mereka bahkan meninggalkan semua kegiatan mereka senin ini yang biasanya senin pagi menjadi pagi yang paling sibuk dan berisik di rumah mereka. Yoongi tidak pergi ke kantornya, Namjoon izin tidak masuk kuliah, sementara Hoseok memang tidak ada kelas hari ini, dan para adek yang izin tidak masuk sekolah. Mereka takut terjadi sesuatu yang buruk pada Bang Jin ketika mereka tidak ada di sisi sang abang.

Sejak selesai subuh mereka tidak tidur lagi, mereka dengan setia duduk mengelilingi Jin. Berharap Jin cepat bangun dan sepertinya harapan mereka terkabulkan.

Kelopak mata Jin membuka perlahan tangannya membalas genggaman tangan Yoongi pada tangan kanannya. Semua adik Jin harap-harap cemas menunggu mata itu terbuka sepenuhnya.

"Assalamualaikum, Bang?" sapa Yoongi sambil mengelus puncak kepala abangnya. Jin masih menyesuaikan diri, semuanya yang dia rasa adalah ringan, terasa seperti melayang, seperti tidak memiliki tenaga sedikit pun.

"Waalaikumsalam," jawab Jin dengan sangat lirih, masker oksigen yang dia kenakan kini lumayan berembun karena Jin berbicara.

Namjoon segera menekan tombol pemanggil tenaga medis. Mereka kini bisa tersenyum dengan tenang karena abang kesayangan mereka setidaknya sudah mampu membuka mata. Tidak lama Ken masuk, dia tidak melakukan banyak pemeriksaan karena sebenarnya tadi pagi sekali dia sudah visit, dia hanya memastikan hal-hal dasar saja.

"Bang Ken, Abang baik-baik ajah kan?" tanya Jungkook.

"Kebetulan saya datang sekalian memberikan hasil lab dan X-ray kemarin."

"Ini, kalian lihat sendiri!" Ken menyerahkan sebuah amplop. Namjoon yang menerimanya, adik Jin yang lain mengerumuni Namjoon untuk melihat hasilnya. Sementara Jin sendiri malah tidak menghiraukan itu, dia hanya fokus mengatur nafasnya yang terasa tidak lega.

"Alhamdulillah." Semua adik Jin serempak mengucap syukur. Senyum lega dan bahagia merekah di bibir mereka.

Ken tersenyum melihat pemandangan itu. "Bersyukur sekali tidak ada indikasi gangguan jantung maupun paru pada abang kalian seperti yang saya khawatirkan. Tapi kedepannya Jin harus ekstra hati-hati karena efek alerginya bisa sangat membahayakan nyawanya. Sebaiknya kalian juga bisa ikut membantu menjaga makanan Jin!" Mendengar perkataan Ken, tiga adek langsung menunduk dalam, karena asal muasal dari kejadian ini kan mereka, jadi mereka benar-benar merasa bersalah sekarang.

"Ken?" panggil Jin pelan.

Ken menunduk mendekatkan telinganya pada wajah Jin. "Buka maskernya!" pinta Jin.

"Nafas lo masih belum benar-benar membaik, di ganti nasal cannula saja yah? Gak papa kan?" Jin menganggukkan kepalanya, Ken mengelus kepala Jin sambil tersenyum lalu segera melakukan hal Jin minta.

"Gimana nafas lo? Udah enak belum?" tanyanya memastikan Jin nyaman apa tidak.

"Udah, makasih yah," jawab Jin. Ken menatap mata Jin yang menghitam dan sedikit cekung, bibir kering memutih, wajah Jin tampak sangat pucat seperti tidak dialiri darah.

ABANG (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang