23 Maret 2023 - 29 Maret 2024
INI HANYA FIKTIF BELAKA!
PLEASE, NO PLAGIAT!
Hanya cerita tentang sebuah keluarga.
Berisi tujuh orang bersaudara.
Hidup bersama sejak orang tua mereka tiada.
.
.
.
Jika ada yang mampir ke sini sesama creator/author wa...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Backsound chapter ini adalah Azmi-Pernah Silakan putar di platform musik yg kalian pakai!
Kau buatku menangis tanpa air mata Sampai kuteriak pun sudah tak ada suara Pernah sakit, tapi tak sesakit ini Karena pernah cinta, tapi tak pernah sedalam ini
Happy Reading! Enjoy! . . .
"Maaf yah, semalam harusnya gue sama Rendi maksa buat tetap nemenin lo di sini." Ken pagi-pagi langsung visit ke ruang rawat sahabatnya. Dia kaget begitu sampai rumah sakit dokter jaga laporan bahwa semalam Jin sempat tidak sadarkan diri lagi. Ken bahkan memarahi timnya yang tidak langsung melapor padanya saat itu juga.
"Gak papa Ken, semalam cuma sesak nafas tiba-tiba. Tapi gak papa kok," jawab Jin sambil menyuapkan sarapannya.
"dr. Ferdi bilang semalam saat dia masuk ke sini cuma ada lo doang. Lo bener-bener suruh semua Adek-Adek lo pulang?" tanya Ken, karena semalam Jin memang meminta semua orang pulang. Tapi dia, ayahnya, dan Rendi duluan pulang jadi tidak tahu keputusan akhirnya.
"Nggak, Yoongi nemenin gue kok, cuma dia ada masalah jadi gue izinin buat pergi," jawab Jin tenang sedikit berbohong.
"Kalo ada keluhan tambahan langsung lapor gue yah! Kalo nanti sesaknya bertambah sering lo wajib bilang ke gue!" perintah Ken tegas, dia mendudukkan dirinya di kursi pinggir ranjang pasien.
Jin mengangguk, matanya menatap Ken dalam. Ada banyak hal yang dia pikirkan di otaknya.
"Kenapa natap gue gitu banget dah? Perasaan penampilan gue gak ada yang salah." Ken otomatis langsung membenarkan tatanan rambutnya.
"Ken?" panggil Jin.
"Hhmm?" jawab Ken sambil menaikkan alisnya bertanya.
"RS. Sehat Persada lagi ada R&D apa sekarang?" tanya Jin.
"Lagi memfasilitasi beberapa kelompok dokter muda penelitian soal metode baru penanganan alzheimer," jawab Ken menjelaskan.
"Kenapa nanya-nanya? Lo mau bikin RS juga?" tanya Ken penasaran.
"Ya nggak lah! Dari mana modalnya coba? Cuma cari ide ajah buat Wijaya.Corp, siapa tahu ada ilham setelah denger jawaban lo." Jin kembali menyuapkan makanan ke mulutnya, dia menghela nafas dalam diam-diam.
Jin jadi tenggelam dalam pikirannya sendiri. Jin berpikir dirinya tidak boleh menarik uang dari om Tian sekarang jika begitu. Dia tidak mau memperberat kerja Ken, karena sekarang Ken yang pegang kendali rumah sakit ini. Jika dana pinjamannya dia tarik, meski hanya setengah itu akan memberatkan. Tetap saja Ken harus mencari 17,5M dalam waktu singkat untuk menutupnya lagi.
"Oh iya!" seru Ken tiba-tiba memecah lamunan Jin.
"Papah bilang, lo bisa ambil uang yang lo pinjamin. Tapi RS. Sehat Persada baru bisa balikin setengah." Jin spontan langsung menggeleng.