Jin hampir terjatuh dari supranya begitu masuk area basement khusus Wijaya.Corp. Dua security yang sedang berkeliling segera berlari menahan motor dan badan Jin agar tidak terguling.
"Astaghfirullah, Pak!" seru mereka kaget.
Satu orang membantu Jin turun dari motor, satu orang lagi memarkirkan motor bosnya dengan baik.
"Bapak sakit? Perlu saya antar ke ruang kesehatan?" tanya mereka panik, Jin terlihat sangat lemas dan pucat.
"Tolong antar saya ke ruangan saya saja."
"Man, bantuin!" ujar security itu pada temannya, karena Jin memiliki badan yang tinggi jadi sulit jika memapahnya sendirian.
Dua security itu mengantarkan Jin ke ruangannya dengan tegang. Bukan cuma karena khawatir, tapi mereka takut kena semprot Rendi begitu sampai di ruangan bosnya nanti. Untung ada lift khusus untuk eksekutif, jika tidak, satu kantor pasti heboh tahu bos idola mereka sakit. Begitu sampai di ruangan Jin mereka mendudukkan Jin ke sofa perlahan.
"Lo panggil Pak Rendi, Man! Gue nungguin Pak Seokjin di sini," titah security bernama Jajang kepada temannya Maman.
"Enak ajah! Lo ajah sana!" Maman enggan memanggil Rendi karena takut.
"Kalian keluar! Ribut sekali!" Kepala Jin bertambah sakit mendengar keributan dua pegawainya.
"Aaarrgghhh!" Jin mengerang kesakitan mendekap kepalanya kuat. Wajahnya semakin pucat dan cairan berwarna merah mengucur deras dari hidung bangir Jin.
"Astaghfirullah, Pak Seokjin!" pekik dua security itu panik bercampur takut.
"Gue ke ruangan Pak Rendi!" Akhirnya Maman segera pergi memanggil Rendi dengan terburu-buru.
Jajang meraih banyak lembaran tissue dan memberikannya pada Jin. Jin sendiri segera menutup hidungnya dengan tangan kiri dan tangan kanannya tetap mendekap kepalanya. Dia menyandarkan penuh punggungnya ke sofa. Badannya mulai lemas dan sulit bergerak.
"Apa yang sakit, Pak?" tanya Jajang cemas, Jin hanya menggeleng.
"Seokjin?!" Teriakan cemas dari Rendi mendominasi ruangan Jin. Dia datang dengan panik, diikuti dua anggota timnya yang kebetulan tadi ada di ruangannya.
"Ren?" panggil Jin lirih.
Rendi segera meraih tangan Seokjin, mengecek nadi sahabatnya seperti yang pernah Ken ajarkan. Ken sudah mewanti-wantinya, dalam keadaan tertentu maka Jin harus segera dilarikan ke rumah sakit.
"Ke rumah sakit sekarang!" putus Rendi tegas.
"Rex!! Bawa mobil gue! Kuncinya di meja kerja gue!" perintah Rendi pada Rexa, salah satu tim sekretaris Seokjin. Orang yang diperintah bergerak dengan cepat.
Jin memejamkan matanya erat, jika dia membuka matanya dunianya berputar hebat. Rendi mengambil alih lembaran tissue yang Jin pegang. Dia cukup syok, karena darah Jin mengalir deras dengan konsistensinya sangat encer. Syukurnya darahnya berhenti dengan cepat.
KAMU SEDANG MEMBACA
ABANG (END)
Fanfiction23 Maret 2023 - 29 Maret 2024 INI HANYA FIKTIF BELAKA! PLEASE, NO PLAGIAT! Hanya cerita tentang sebuah keluarga. Berisi tujuh orang bersaudara. Hidup bersama sejak orang tua mereka tiada. . . . Jika ada yang mampir ke sini sesama creator/author wa...