23 Maret 2023 - 29 Maret 2024
INI HANYA FIKTIF BELAKA!
PLEASE, NO PLAGIAT!
Hanya cerita tentang sebuah keluarga.
Berisi tujuh orang bersaudara.
Hidup bersama sejak orang tua mereka tiada.
.
.
.
Jika ada yang mampir ke sini sesama creator/author wa...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Bagi yang belum baca double up hari kemarin, silakan baca dulu dua chapter sebelum chapter ini!
Happy Reading! Enjoy! . . .
Suasana sarapan pagi rumah keluarga Wijaya tampak berjalan seperti biasa, padahal sebenarnya tidak. Karena bibir si bungsu yang manyun seperti bebek.
"Makan yang banyak, Dek! Jangan manyun terus! Abang spesial loh masak sarapan buat Adek, biasanya kan nggak." Yoongi mengacak rambut Jungkook gemas, adik bungsunya tetaplah menjadi anak kecil di mata mereka.
"Bang Jin kenapa gak ada di rumah sih? Kita jarang banget loh ketemu Abang belakangan ini. Terakhir Adek ketemu Abang sarapan minggu lalu. Hari ini Adek turnamen tapi Bang Jin juga nggak ada di rumah!" Jungkook dengan kasar menyuapkan satu sendok nasi goreng ke mulutnya.
"Jangan sedih, Dek! Inget kan dari minggu lalu Abang udah set alarm loh di kalender dia. Mungkin Abang langsung dateng ke tempat turnamen nanti." Jimin mencoba memberikan pengertian pada Jungkook dengan lembut.
"Bener kata Nchim, Adek fokus ajah sama turnamen nanti. Jangan sampe mood-nya kamu malah mempengaruhi performa di lapangan." Hoseok juga ikut memberikan nasihat.
"Jangan manyun mulu ah! Malu sama gelar kapten!" Taehyung meninju lengan kiri Jungkook ala-ala untuk memberikan semangat.
"Semangat, Dek! Abang semua selalu ada buat kamu." Namjoon menepuk-nepuk punggung Jungkook memberi kekuatan.
Jungkook meneguk air putih tanpa menanggapi omongan abang-abangnya. Yoongi menggeleng tidak habis pikir, dia menyerahkan satu mangkuk buah potong untuk Jungkook yang langsung di lahap oleh orang bersangkutan.
Jungkook menggenggam erat garpunya seperti anak kecil. Mulutnya masih manyun dan menghembuskan nafasnya dengan kasar.
"Adek itu nggak minta apa-apa dari Bang Jin loh! Adek cuma pengen dipeluk sebelum berangkat sekolah hari ini. Pengen dipeluk juga sebelum nanti masuk lapangan. Biasanya kan kayak gitu, posisi Ayah di moment apa pun di hidup kita Abang yang selalu isi." Jungkook berbicara sambil menunduk. Abang-abangnya saling pandang satu sama lain. Mereka berlima segera memeluk si bungsu bersamaan.
"Jangan sedih, Dek! Selama ini pernah nggak Bang Jin ngecewain kita?" tanya Namjoon, Jungkook menggeleng di pelukan mereka.
"Nggak pernah kan? Jadi hari ini pun tetap percaya sama Bang Jin yah! Abang pasti dateng ke turnamen Adek nanti. Adek pasti dapet pelukan Abang sebelum masuk lapangan." Namjoon berusaha memberikan semangat pada bungsunya mereka. Jungkook mengangguk, mencoba mempercayai abang-abangnya.
"Malu sama badan gede lo, Dek! Udah ayo gue anterin ke sekolah! Kita semua ngosongin jadwal buat elo loh. Nanti kita langsung ke tempat turnamen, jam sembilan kita udah ada di sana, lo tenang ajah!" Yoongi meraih tangan Jungkook, membawanya berdiri dan mengajak anak itu berangkat ke sekolah.