23 Maret 2023 - 29 Maret 2024
INI HANYA FIKTIF BELAKA!
PLEASE, NO PLAGIAT!
Hanya cerita tentang sebuah keluarga.
Berisi tujuh orang bersaudara.
Hidup bersama sejak orang tua mereka tiada.
.
.
.
Jika ada yang mampir ke sini sesama creator/author wa...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Akhirnya di putuskan story ini berubah Judul. "ABANG" Judul barunya.
Backsound part ini adalah Judika - Jikalau Kau Cinta.
Jangan sampai hingga waktu perpisahan tiba Dan semua yang tersisa hanyalah air mata, hanya air mata Mungkin saja cinta kan menghilang selamanya Dan semua yang tersisa hanyalah air mata, hanya air mata cinta
Happy Reading! Enjoy!
. . .
Jin sudah sampai di rumah Ara tiga puluh menit lebih awal dari yang dijanjikan. Dia sedang menunggu Ara turun dari lantai dua.
"Tunggu disana! Diam! Biar Abang yang angkat koper nya, Sayang." Jin segera berjalan cepat menaiki tangga, meraih koper Ara dan mengangkatnya hingga lantai dasar.
"Gak papa kali, Bang! Koper kecil doang, Ara bisa sendiri padahal," protes Ara.
"Jangan begitu! Abang mana tega biarin kamu angkat-angkat begini, Ra!" sahut Jin dengan wajah keberatan.
"Udah semua?" tanya Jin memastikan.
"Udah, Bang!" jawab Ara sambil mengangguk.
"Ya udah yuk berangkat!" Jin mempersilakan Ara berjalan lebih dulu, Jin menyusul berjalan menyamai Ara sambil menarik koper yang akan Ara bawa. Membukakan pintu mobil untuk Ara lalu segera duduk di kemudi untuk segera menuju ke tempat yang mereka tuju.
"Kita mau ke mana dulu Bang?" tanya Ara, mengingat ucapan calon suaminya sahur tadi.
"Kamu juga nanti tahu, Sayang. Tempat spesial pokoknya," jawab Jin dengan senyum merekah.
"Abang kenapa senang sekali sih memberi Ara kejutan? Ara kan jadi terbang terus-terusan, Bang!" Ara tersipu malu karena merasa selalu diperlakukan spesial oleh calon suaminya.
Setelah sampai di tempat yang dituju. Jin segera keluar mobil lebih dulu, seperti biasa dia membukakan pintu untuk Ara.
Ara menatap sebuah bangunan elite di hadapannya dengan wajah kaget. "Bang ini?" tanyanya dengan mata berbinar.
"Sesuai keinginanmu, Sayang. Kamu ingin cincin pernikahan kita di desain khusus oleh pemilik Tf.Jewellery kan? Abang sudah buatkan janji dengan Ci Tifanny untukmu." Jin memberikan tersenyum hangatnya sambil menjelaskan maksud dan tujuannya.
"Makasih banyak yah, Bang. Ara bener-bener nggak nyangka, susah loh Bang buat janji dengan Ci Tifanny-nya langsung," ujar Ara masih dengan keterkejutannya.
Jin tersenyum manis melihat senyum bahagia calon istrinya. "Masuk yuk! Ci Tifanny sudah menunggu kita."
Jin dan Ara segera masuk ke dalam sebuah kantor pembuat perhiasan ternama di ibu kota tersebut.
Sepanjang proses pembuatan desain cincin pernikahan, senyum Ara sangat lebar, dia tampak sangat bahagia. Jin tidak memperhatikan desain yang sedang Ara dan perancang perhiasan diskusikan, dia lebih fokus memperhatikan wajah berseri Ara.